Korban Kebiadaban G 30 S/PKI yang mengakibatkan tewasnya putri tercinta Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya Lettu CZI Piere Tendean.
Negarawan sejati yang berkomitmen menentang paham komunis tumbuh subur di bumi Indonesia.
Cendekiawan militer, peletak dasar perang rakyat semesta dan prajurit sejati yang selalu menjaga kemurnian Pancasila dan keutuhan NKRI.Â
Beliau adalah perwira yang lolos dari peristiwa penculikan para jenderal dalam G30S/PKI, oleh Pasukan Cakrabirawa. Ketika rumahnya dikepung, beliau berhasil melompati tembok pagar di bagian belakang rumahnya, yang bersebelahan dengan Kedutaan Besar Irak. Dicatat di peristiwa sejarah, pergelangan kakinya patah saat itu.
Nahasnya, seperti penggalan tulisan patung di atas, putri beliau, Ade Irma Suryani Nasution (5 tahun) tertembak di bagian punggung oleh pasukan Cakrabirawa. Nyawanya tak terselamatkan dan mengembuskan nafas terakhir setelah dilarikan dan dirawat di RSPAD Gatot Soebroto, 6 Oktober 1965.
Sementara, Lettu Pierre Andreas Tendean, ajudan beliau, ditangkap di sini karena mengaku sebagai beliau, dan dibawa ke sebuah rumah di kawasan Lubang Buaya. Di sana, dia ditembak mati dan dikuburkan di sebuah sumur, bersama jenazah Jenderal Ahmad Yani, Mayjen R. Soeprapto, Mayjen MT Haryono, Mayjen S. Parman, Brigjen D. I. Panjaitan, dan Brigjen Sutoyo Siswodiharjo.
Di sini, terdapat meja kerja yang sering beliau gunakan dan kumpulan buku yang tertata rapi di lemari. Melihat banyaknya jumlah buku terpajang, sepertinya beliau suka membaca.
Masuk lagi ke dalam, terlihat kamar tidur tempat beliau istirahat dan koleksi senjata api. Dihiasi pula di dinding, foto kenangan beliau bersama keluarga besarnya.