Mohon tunggu...
Haniam Maria
Haniam Maria Mohon Tunggu... -

If it's hard, you don't have to be alone. Come, I'm ready to listen 😇 Seseorang yang selalu tersenyum dan tertawa selagi mencari jati diri. I'm S.Psi 😁

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Konsep Manusia dalam Al-Quran

24 Juni 2014   01:09 Diperbarui: 4 April 2017   17:19 32997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Asal usul manusia dalam pandangan Islam tidak lepas dari figur nabi Adam as. sebagai manusia pertama. Allah menciptakan Adam sebagai manusia pertama yang memiliki kemampuan akal yang sempurna. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Adam adalah manusia pertama yang memiliki nilai-nilai kemanusiaan.

Manusia diciptakan oleh Allah dengan segala kesempurnaannya. Manusia diberi akal pikiran sehingga dengan akal tersebut mereka dapat berpikir. Dengan berpikir, manusia mampu mengajukan pertanyaan serta memecahkan masalah. Dengan adanya akal pula, manusia berbeda dari makhluk-makhluk ciptaan Allah yang lain. Islam mendorong manusia agar menggunakan potensi yang dimiliki secara seimbang. Akal yang berlebihan mendorong manusia pada kemajuan materiil yang hebat, namun mengalami kekosongan dalam hal ruhaniyah, sehingga manusia terjebak dalam segala kesombongan yang merusak dirinya sendiri.

Dalam menggunakan potensi-potensinya, manusia harus menjadi makhluk psiko-fisik, berbudaya, dan beragama untuk tetap mempertahankan kapasitas dirinya sebagai makhluk yang paling mulia. Al-Quran menegaskan kualitas dan nilai manusia dengan menggunakan tiga macam istilah yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu al-insan, an-nas, al-basyar, dan bani Adam.

Kata al-insan berasal dari kata nasiya yang artinya lupa, menunjukkan adanya hubungan dengan kesadaran diri. Manusia disebut al-insan karena kecenderungannya akan sifat pelupa sehingga memerlukan teguran dan peringatan. Kata al-insan digunakan Al-Quran untuk menunjukkan kepada manusia secara keseluruhan dari totalitas, jiwa, serta raganya. Kata al-insan untuk penyebutan manusia diambil dari asal kata al-uns atau anisa yang artinya jinak dan harmonis, karena pada dasarnya manusia dapat menyesuaikan diri dengan realitas hidup dan lingkungannya. Sedangkan kata an-nas merupakan jamak dari kata al-insan, kata ini digunakan untuk menunjukkan sekelompok manusia, baik dalam arti jenis manusia maupun sekelompok tertentu dari manusia.

Kata al-basyar dipakai untuk menyebut semua makhluk, baik laki-laki maupun perempuan, baik satu maupun banyak. Kata al-basyar adalah jamak dari kata basyarah yang artinya kulit. Al-Quran menggunakan kata ini sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan satu kali dalam bentuk mutsanna (dual) untuk menunjukkan manusia dari sudut lahiriahnya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya. Ayat Al-Quran yang lain mengisyaratkan bahwa proses kejadian manusia sebagai basyar (manusia) melalui tahapan-tahapan sehingga mencapai tahapan kedewasaan, dimana tahapan kedewasaan ini menjadikannya mampu memikul tanggung jawabnya sebagai khalifah di bumi. Al-basyar dipakai untuk menunjukkan dimensi alamiahnya, yang menjadi ciri pokok manusia pada umumnya, seperti makan, minum, dan mati sehingga manusia disebut al-basyar karena manusia cenderung perasa dan emosional sehingga perlu disabarkan dan didamaikan.

Manusia disebut sebagai bani Adam karena dia menunjukkan asal usul yang bermula dari nabi Adam as sehingga dia tahu dan sadar akan jati dirinya. Misalnya, darimana ia berasal, untuk apa ia hidup, dan kemana dia akan kembali. Penggunaan istilah bani Adam menunjukkan bahwa manusia bukan hasil dari evolusi makhluk anthropus (sejenis kera).

Manusia dalam pandangan Al-Quran bukan makhluk anthropomorfisme, yaitu makhluk penjasadan Tuhan, atau mengubah Tuhan menjadi manusia. Al-Quran menggambarkan manusia sebagai makhluk theomorfis yang memiliki sesuatu yang agung di dalam dirinya. Di samping itu manusia dianugerahi akal yang dapat membedakan nilai baik dan buruk, sehingga membawa ia pada kualitas tertinggi sebagai makhluk yang bertakwa. Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk yang suci dan mulia, bukan sebagai makhluk yang kotor dan penuh dengan dosa, sebagaimana pandangan mereka bahwa nabi Adam dan Hawa yang diturunkan dari surga karena melanggar larangan Allah merupakan asal mula hakikat manusia sebagai pembawa dosa bawaan (turunan).

Al-Quran memuliakan manusia sebagai makhluk surgawi, yang sedang dalaam perjalanan menuju kehidupan spiritual yang suci dan abadi di akhirat kelak, meskipun ia harus melewati rintangan dan cobaan dengan beban dosa ketika melakukan kesalahan di dalam kehidupan dunia. Bahkan, dalam Al-Quran manusia diisyaratkan sebagai makhluk spiritual yang sifat aslinya adalah berpembawaan baik (hanif). Oleh karena itu, kualitas, hakikat, fitrah, dan kesejatian manusia adalah baik, benar, dan indah. Tidak ada makhluk di dunia ini yang memiliki kemuliaan seperti yang dimiliki manusia. Sebaliknya, kualitas yang buruk, salah, dan jelek selalu menjadi batu sandungan bagi manusia untuk meraih predikat berkualitas tersebut.

Manusia dapat dikatakan berkualitas apabila ia memiliki kebebasan untuk berbuat dan berkehendak. Kebebasan yang dimaksud adalah kesadaran untuk mewujudkan kualitas dan nilai dirinya sebagai khalifah Allah di muka bumi secara bertanggung jawab. Kualitas dan nilai manusia dapat diraih apabila manusia memiliki kemampuan untuk mengarahkan naluri bebasnya berdasarkan pertimbangan aqliyah yang dikaruniakan Allah kepadanya dan dibimbing oleh cahaya iman yang menerangi nuraninya yang paling murni.

Sumber referensi:

Kamaluddin, U.A. (2013). Filsafat manusia: sebuah perbandingan antara islam dan barat. Bandung: CV Pustaka Setia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun