Mohon tunggu...
Hoja Nasarudin
Hoja Nasarudin Mohon Tunggu... -

Urip kuwi mung mampir ngombe, ora bakal urip selawase ( Hidup itu Cuma ibarat mampir minum , ga bakal hidup selamanya )

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Demo di Mana Lagi Kita?

5 Desember 2016   07:22 Diperbarui: 10 Desember 2016   09:27 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Demo sekarang sudah menjadi menjadi mata pencaharian, kalau saja boleh, di KTP kolom pekerjaan mustinya ada kolom pilihan demo. Semenjak LSM MUI dengan fatwanya bisa dijadikan dasar untuk berdemo, maka kedepan pekerjaan pendemo bisa diangap biasa. Sebelum ini, demo hanya dilakukan oleh, simpatisan partai atau kaum profesi seperti guru, nelayan dan pekerja, sekarang pendemo juga profesi.

Jaka sekarang moncer hidupnya, sebagai koordinator demo, ia banyak dapat order untuk mengerahkan massa untuk berdemo. Dan setiap saat Jaka keluar rumah dan bertemu orang, selalu saja ada ucapan, "Demo dimana lagi kita, Jak?," mendengar pertanyaan seperti itu, Jaka biasanya mengucap "Siap-siap aja ya, nanti saya WA, OK!.".

Hari itu, Jaka dan Hoja berboncengan motor hendak ke kota. Sepanjang jalan, ada 7 atau 9 orang yang bertemu mereka dan dan mengucapkan kalimat yang kurang lebih sama, "Demo dimana lagi kita, Jak?" Dan umumnya akan dijawab sama oleh Jaka.

Sambil beristirahat di tepi jalan Raja Mandala arah Cianjur, mereka mampir di warung es cingcau, Hoja berkata pada Jaka, "Wah Jaka, di KTP mu sudah boleh tuh ditulis pekerjaan pendemo!" Ucap Hoja sambil tertawa.

"Haduh Hoja, kalau boleh memilih, aku lebih senang punya pekerjaan seperti kamu, peternak, pedagang, daripada pendemo," ucap Jaka sambil melihat ke jalan.

"Aku harus kepanasan, kehujanan, belum lagi harus berhadapan dengan koordinator demo, sering aku beradu pendapat, aku bawa 100 orang, malah dibayar 50 orang, harus ngotot supaya bayaran pas 100 orang, setelah itu, aku harus lagi bertengkar dengan peserta demo, kadang mereka cidera, kadang sakit, aku yang diminta tanggung jawab oleh keluarga mereka, kan mereka cuma dibayar untuk berdemo, kalau cidera atau sakit, itu bukan urusan kami, ada sih posko kesehatan di tempat demo, tapi kalau dalam perjalanan ada sesuatu, tidak ada bantuan apapun, belum lagi kalau ada yang tercecer, atau hilang, haduh, banyak dukanya Hoja ketimbang sukanya," lanjut Jaka.

"Lantas kenapa kamu mau jadi koordinator demo, kata kamu banyak duka daripada sukanya?" Tanya Hoja.

"Uang Hoja, aku butuh uang, buat kehidupan sehari-hari, aku pernah berdagang seperti kamu, tapi bangkrut, aku juga pernah beternak sapi tapi mati sapinya, jadi petani, aku tidak kuat macul, ini pekerjaan yang memberi aku uang dan tidak membuat aku rugi, kita semua butuh uang Hoja." Jawab Jaka.

"Kamu sendiri Hoja, kenapa tidak pernah ikut aku berdemo?" tanya Jaka.

"Aku berdemo Jaka, tiap hari bahkan, jadi aku gak bisa ikut kamu demo ke Jakarta seperti kemarin!". Jawab Hoja.

"Demo apa Hoja?" Tanya Jaka, "Biasanya kalau ada demo aku yang dihubungi kalau di desa atau di kecamatan kita, cuma aku yang biasa ngurus demo Hoja."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun