Mohon tunggu...
Husni Fatahillah Siregar
Husni Fatahillah Siregar Mohon Tunggu... Lainnya - Content Writer

Corporate Communication - Tennis Addict

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Pemilu Damai di Praha

15 April 2019   21:05 Diperbarui: 16 April 2019   03:03 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi surat suara | foto: Antara/Retno Esnir

Penyelenggaraan Pemilu 2019 sudah akan memasuki tahap pemungutan suara pada tanggal 17 April 2019 nanti. Alhamdulillah di Praha tanggal 13 Aprill 2019 kemarin, WNI sudah menunaikan kewajiban untuk menentukan para pemimpin Indonesia 5 tahun yang akan datang. Dan, saya juga tidak mau ketinggalan untuk ambil bagian dalam pesta demokrasi ini. 

Sebagaimana berita yang dilansir oleh KBRI Praha, pada pelaksanaan Pemilu 2019 ini sebanyak 172 WNI menggunakan hak pilihnya di TPS Praha yang digelar di KBRI Praha.

Sementara 29 WNI memanfaatkan Kotak Suara Keliling (KSK), dan 44 WNI memanfaatkan pengiriman surat suara melalui pos. 

Alhamdulillah pelaksanaan pemungutan suara di KBRI Praha berjalan lancar dan aman, tanpa ada suatu masalah apapun. Tentunya ini juga didukung oleh kesigapan dan kesiapan para petugas PPLN dalam mempersiapkan penyelenggaraan pemungutan suara di KBRI Praha. Suasana saat proses pemungutan suara di KBRI Praha mencerminkan keceriaan pesta demokrasi yang seharusnya. 

WNI yang datang sejak pagi terlihat antusias dan gembira menyambut pesta demokrasi 5 tahunan ini. Seperti inilah harusnya pesta demokrasi itu.

dokpri
dokpri
Tapi yang terjadi 1 tahun belakangan ini, khususnya ketika pasangan capres dan cawapres diumumkan ke publik, yang kita saksikan tiada hari tanpa cacian, hujatan, debat kusir yang ujungnya saling membenci sesama teman, bahkan sesama saudara. 

Ketika kita bicara sebuah pesta, sejatinya adalah sebuah keriaan dan kegembiraan. Siapapun yang berpesta harus senang dan gembira.

Tapi yang saya alami dalam pelaksanaan pesta demokrasi di Indonsia, alih-alih keriaan dan kegembiraan malah suasana keriaan dan kegembiraan itu tertutupi oleh ego masing-masing yang saling memaksakan pendapatnya bahwa jagoannya yang paling baik. 

Rasanya untuk bisa berpendapat saja sudah enggan karena jika pendapat yang kita sampaikan berbeda pasti akan diserang dan dianggap dari golongan yang berbeda.

Dan itu terjadi mulai dari level paling atas, yang katanya orang-orang berpendidikan tapi justru malah mempertontonkan perilaku dan sikap yang justru seperti orang yang tidak berpendidikan. 

Dan tanpa mereka sadari, apa yang mereka ucapkan, apa yang mereka sampaikan ditelan mentah-mentah dan disebarluaskan  oleh para pendukungnya tanpa berupaya untuk memilah dan memilih informasi yang benar dan salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun