Mohon tunggu...
RM TPA
RM TPA Mohon Tunggu... Belum ada, masih mencari -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Banda Aceh, 12 Agustus 1991 S-1 Pend. Matematika FKIP Unsyiah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Solusi Listrik untuk Aceh

26 April 2016   03:46 Diperbarui: 26 April 2016   04:23 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto documen pribadi

Listrik Pintar hanya sebuah program yang mana mengganti listrik prabayar dengan listrik pintar. Listrik Pintar berfungsi bila kita mengisi dengan pembelian voucher. Permasalahan utama di Aceh bukanlah Listrik Pintar atau Listrik Prabayar, namun puncak masalah di Aceh adalah kenapa Aceh harus bergantung dengan Medan sedangkan Sumber Energi yang dapat dimanfaatkan untuk tenaga listrik sangatlah potensial apabila Pemerintah Aceh dan PLN mau mengembangkannya. Berdasarkan  Lembaga Ombudsman perwakilan Aceh menyatakan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan perusahaan paling buruk memberikan pelayanan publik di Aceh. 

Kepala Ombudsman Perwakilan Aceh, Taqwadin Husin mengatakan, pertama sekali lembaga Ombudsman hadir di Aceh pada tahun 2012 lalu, pelayanan publik terburuk di Aceh berdasarkan pengaduan masyarakat yang masuk merupakan institusi kepolisian dan Pemerintah Aceh. Namun berselang beberapa tahun, institusi tersebut telah lebih baik. Taqwadin menilai, jika pemadaman listrik di Aceh dengan alasan kekurangan daya sangat disayangkan. Karena Aceh memiliki beberapa pembangkit listrik yang mampu menyuplai kebutuhan pasokan listrik khususnya di Aceh.

"Aceh punya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), ada arun dan ada beberapa lainnya. Inikan masalahnya kemapa hasus dipasok dulu ke Medan, setelah itu baru dibagikan ke Aceh," jelasnya.

Menurutnya, jika PLN wilayah Aceh diberi kewenangan langsung mengelola pasokan listrik tanpa intervensi, maka apa yang menjadi keluhan masyarakat saat ini tidak akan terjadi. (sumber: dari sini)

Nah, yang menjadi tanda tanya "kenapa PLN wilayah Aceh tidak mau mengembangkan potensi yang ada di Aceh untuk menjadi pembangkit listrik, sehingga tidak perlu terjadi seperti ini. 

contohnya : Pengembangan Seulawah Agam yang bisa digunakan untuk pembangkit tenaga listrik Uap atau panas bumi, terus penggunaan pembangkit tenaga listrik berbahan sampah, karena saat ini jumlah sampah yang masuk di TPA Gampong Jawa sebanyak 150 ton perhari. 

Dan selain bisa sebagai pembangkit tenaga listrik, TPA Gampong Jawa juga menghasilkan gas Metana. Kepala DK3 Banda Aceh Jalaluddin menambahkan, gas metana itu dihasilkan dari tumpukan sampah organik yang sudah ditanam selama dua tahun ke atas. Gas yang dihasilkan dari sampah itu ditampung ke tempat pengolahan sampah terpadu atau Intermediate Treatment Facility (ITF), lalu disuplai ke rumah penduduk.“Gas ini sangat aman untuk digunakan oleh masyarakat dan tidak akan habis, karena tumpukan sampah itu akan terus menghasilkan gas metana sampai 25 tahun,” kata Jalaluddin didampingi Kabid Persampahan DK3 Banda Aceh, Mirzayanto ST dan Sekretaris DK3, Drs Mahdi.Mirza menambahkan, TPA Gampong Jawa berpotensi menghasilkan sekitar 4.000 meter kubik gas metana dalam sehari. Namun, pihaknya hanya memproduksi gas metana untuk kebutuhan masyarakat Gampong Jawa. (sumber: GNFI).

dan selain itu PLN juga bisa memanfaatkan Waduk-waduk keliling yang ada di daerah-daerah, seperti contohnya daerah Waduk Keliling Aceh Besar. Waduk Keliling ini selain menjadi tempat wisata atau rekreasi bisa juga dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik Mikrohidro.

Semoga PLN dan Pemerintah Aceh segera mengambi tindakan terhadap hal ini, apalagi Kota Banda Aceh ingin mengwujudkan Kota Madani. Ini salah satu terobosan dan solusi untuk Pemerintah Aceh. Dan juga untuk memperbaiki layanan publik oleh PLN.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun