Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pedoman Singkat untuk Memulai Usaha

25 Oktober 2020   18:32 Diperbarui: 25 Oktober 2020   18:42 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image via dutaislam

Pemerintah memasukkan UKM/UMKM ke dalam salah satu program prioritas pada Making Indonesia 4.0, hal itu disampaikan oleh pemerintah Indonesia dalam pertemuan dengan IMF-World Bank di Bali pada 2018. Program UKM/UMKM menjadi salah satu prioritas pemerintah karena lebih dari 80% tenaga kerja di industri bekerja di UMKM, termasuk petani dan produsen skala kecil (kemenperin.go.id).

Dalam artikel Saya sebelumnya yang berjudul "Cacat Logika Kepala BKPM yang Menyebut Mahasiswa Lulus Kuliah Jadi Pengusaha", Saya sudah memberikan koreksi atas pernyataan Kepala BKPM yang dengan mudahnya berkata, bahwa lulusan perguruan tinggi akan menjadi pengusaha, karena regulasi investasi dalam Omnibus Law lebih memudahkan lulusan perguruan tinggi untuk menjadi seorang pengusaha.

Namun rasanya akan sedikit naif bagi Saya, jika Saya hanya memberikan koreksi maupun kritikan atas statement Kepala BKPM. Artikel ini akan lebih tertuju pada edukasi berusaha, karena Saya sendiri sudah bergelut dalam bidang UMKM dari tahun 2009 hingga saat ini.

Apa saja sih, yang harus dipersiapkan bagi calon pengusaha (skala kecil)? Niat, modal, wawasan, manajemen, adalah beberapa aspek yang minimal harus dipenuhi oleh calon pengusaha.

Ketika kita ingin membuka sebuah usaha, kita harus memiliki konsep usaha yang akan kita jalani. Apakah ingin konsep yang low range, middle rage, atau high range. Karena tiap range, akan berpengaruh terhadap segmentasi pasar.

Saya beri contoh, misalkan ada orang yang ingin membuka usaha kuliner skala kecil, dalam bentuk angkringan. Hal pertama yang harus dipersiapkan adalah konsep, misal low range. Dalam konsep itu berarti harus tercakup design (gerobak, lesehan, hingga variasi menu serta harga). Ketika konsep sudah siap, kita jangan terburu-buru untuk eksekusi langsung, karena kita harus mempersiapkan langkah selanjutnya.

Ialah segmentasi pasar. Kita harus bisa memetakan calon konsumen, melalui kajian marketing mix. Dalam segmentasi pasar, kita harus dapat memilih lokasi untuk kita berjualan (lokasi yang strategis). Selain itu, kita harus dapat menyisir target mana saja yang kita tuju. Apakah anak-anak sekolah, mahasiswa/i, pekerja kantoran, warga biasa, ataukah pekerja sektor informal. Karena dengan begitu, kita bisa menentukan harga jual yang kita tawarkan (sesuai dengan kemampuan target).

Hal berikutnya yaitu perizinan. Jika kita hendak membuka angkringan, kita hanya memerlukan izin dari pemilik ruko (jika tempatnya di depan sebuah ruko) untuk bisa ikut berjualan ketika ruko sudah tutup. Kemudian, kita harus memperhatikan cita rasa makanan yang kita jual, karena itu merupakan hal yang vital. Selanjutnya, kita harus menata lapak dagangan kita (termasuk kebersihan) agar pengunjung merasa nyaman.

Ketika semua hal di atas sudah siap, barulah kita bisa mengeksekusi usaha yang akan kita jalani. Namun persoalan belum selesai di situ. Kita harus bisa mengatur keuangan, terutama arus kas dalam usaha yang kita jalani. Karena jika tidak, kita tidak akan bisa memutar hasil dagang untuk kebutuhan berbelanja esok hari. Dan jika kita tidak bisa mengatur arus kas, bisa dipastikan kita akan membutuhkan biaya tambahan agar usaha esok hari bisa berjalan kembali. Hal terakhir yang harus kita dapatkan adalah edukasi, terutama dalam melayani pelanggan.

Saya sendiri sudah 11 tahun menghadapi pelanggan, dan tentunya tiap-tiap dari mereka mempunyai karakter masing-masing. Ada yang ramah, cuek, keras kepala, hingga intonasi suaranya yang terkesan tegas. Namun, mau seperti apapun karakter mereka, Saya tetap memberikan pelayanan yang terbaik. Saya selalu memberikan senyuman hangat ke semua pembeli, menggunakan bahasa kromo alus agar lebih sopan, selalu menjawab pertanyaan dari mereka. Intinya, apapun yang Saya terima dari pembeli, Saya selalu memberikan pelayanan yang terbaik. Dan satu hal penting yang tidak boleh dilupakan, yaitu mengucapkan terima kasih karena sudah membeli jasa yang Saya tawarkan.

Dalam menghadapi sikap pembeli, ataupun hal yang mereka inginkan, Saya selalu diberi pesan oleh Ibu Saya. Beliau berpesan "Dalang ora oleh kelangan lakon", yang artinya jika dibahasakan berbunyi "apapun yang diminta oleh pembeli, harus Saya berikan semaksimal mungkin." Karena dengan begitu, pembeli akan puas dengan pelayanan yang Saya berikan, yang akhirnya akan membuat dia (pembeli) segan untuk datang kembali.

Demikianlah tips dari Saya untuk kalian yang ingin memulai usaha. Semoga bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun