Saya sendiri diskusi dengan Nanang [teman baik saya] ketika sedang ngopi tempo hari perihal ini. Kebanyakan manusia nyocot dulu, mikir belakangan. Saya dengan tegas bilang kepada teman saya bahwa, saat ini kita hidup di jaman Post-Modernisme. Tidak ada salah dan benar. Semuanya relatif. Logika kita dipaksa untuk tnduk bahkan mati pada jaman ini.Â
Kita tidak bisa untuk berpikir jernih, berhati-hati dalam bicara ataupun bertindak. Itulah sebabnya kenapa saya bela-belain menulis panjang lebar tentang "Membedah Konsep Berpikir Manusia" hanya untuk menyampaikan: utamakan logika, pikiran, otak. Karena tiga hal itulah yang bisa membedakan mana yang salah dan mana yang benar.Â
Minggu malam saya bertanya kepada teman saya itu, apakah ia memiliki waktu luang atau tidak. Saya berniat mengajaknya untuk ngopi di pedesaan, agar kepala saya yang pusing waktu itu bisa segera sembuh. Saya pusing bukan karena migran atau tidak punya uang, saya pusing karena saya sedang menyaksikan pergulatan antara logika dan perasaan yang ada di dalam diri saya.
Saat itu saya benar-benar hampir gila karena harus memilih salah satu di antara dua pilihan yang sama-sama saya inginkan. Saya berterus terang kepada teman saya, saya ingin sekali berdiskusi masalah kebatinan. Dan sampailah pada saat itu. Di temani segelas kopi robusta tubruk, singkong keju, bakso goreng, tempe mendoan, dan suasana yang begitu tenang nan asri. Teman saya mencoba menyadarkan saya dengan menerangkan: kamu harus menggunakan logika kamu, Har.Â
Terkadang apa yang kamu rasa dan inginkan sama-sama benar. Tetapi kamu harus menggunakan logika kamu untuk memilih salah satu di antara yang benar itu.
Kita kembali pada inti dari tulisan ini. Kita harus bisa menjadi manusia yang seutuhnya. Menjadi manusia yang memanusiakan manusia. Kita harus berpikir, menimbang, dan menilai sebelum akhirnya memutuskan. Dunia ini begitu rumit dan menyimpan banyak misteri. Kita harus bisa memilih salah satu dari dua hal yang sama-sama benar.Â
Seperti yang saya katakan pada tulisan yang lalu: kita harus bisa membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan. Kita tidak boleh menyia-nyiakan apa yang sudah kita raih, termasuk hubungan pertemanan. Kamu boleh saja memilih satu atau dua teman untuk dijadikan teman baik/teman dekat. Tapi bukan berarti kamu harus melupakan dan menyia-nyiakan teman yang lain karena ulahmu sendiri.
Saya kira sangat tidak nyaman jika kita memiliki musuh, walau hanya satu. Belajarlah untuk menghargai orang lain. Jangan sampai kita menyakiti perasaan orang lain.