Di tengah derasnya arus polarisasi dan fanatisme, moderasi beragama bukanlah bentuk kompromi terhadap keyakinan, melainkan upaya menjaga kemanusiaan dalam keberagaman. Banyak orang salah paham, mengira moderasi beragama berarti melemahkan iman. Padahal, justru sebaliknya — ia adalah kekuatan untuk menahan diri dari sikap berlebihan, agar agama tidak menjadi alat pembenaran untuk kebencian dan kekerasan. Dalam konteks masyarakat Indonesia yang majemuk, moderasi bukan sekadar wacana, tapi kebutuhan mendesak untuk memastikan perbedaan tidak berubah menjadi permusuhan.
Ketika tafsir keagamaan dipolitisasi, dan simbol-simbol agama dijadikan alat untuk memecah belah, maka di situlah moderasi beragama diuji. Ia menuntut keberanian berpikir kritis, empati sosial, serta kesediaan berdialog tanpa kehilangan prinsip. Moderasi beragama berarti beriman tanpa menyakiti, meyakini tanpa menghakimi. Sebab, sejatinya, kedamaian tidak lahir dari siapa yang paling benar, tetapi dari siapa yang paling mampu menghargai perbedaan.
Jejak Karya, Desainer Grafis : Aisah Syifa Azzahra
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI