Mohon tunggu...
H.M.Hamidi
H.M.Hamidi Mohon Tunggu... Lainnya - Berusaha Berdo'a Bersyukur Berpikir Positif

Pekerja Sosial, Pelaku Pemberdayaan, Praktisi Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sisi Lain dari "3M" dalam Mengatasi Covid-19

26 November 2020   09:59 Diperbarui: 26 November 2020   10:06 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Vaksin sebagai satu satunya harapan untuk mengantisipasi penularan lebih luas lagi hingga kini belum juga dipastikan. Bahkan dikalangan elite negeri ini masih menimbulkan silang pendapat akan keefektifan penggunaan vaksin tersebut.

Tindakan aparat dan pejabat dalam meneggakan protokol kesehatan terhadap kerumunan massa dirasakan tidak adil oleh sebagian pihak.

Polemik kedatangan Imam Besar FPI , pemanggilan Gubernur DKI dan pencotopotan dua Kapolda, dan proses pilkada serentak sebaiknya dijadikan pelajaran penting bagi semua pihak agar merenungkan kembali makna filosofi dari "3M" untuk melawan virus korona ini.

Memakai masker tidak cukup dimaknai hanya sebatas menutup mulut dengan kain atau sejenisnya. 

Akan tetapi lebih jauh dari pada itu  bahwa mulut yang tidak terjaga adalah senjata yang paling tajam untuk membunuh atau menghancurkan apa saja yang diinginkan.

Dalam agama islam mulut yang tidak terjaga dari ucapan dusta lebih kejam daripada pembunuhan. Alfitnatu Asaddu minal qatli bahwa fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan.

Oleh karena itu dalam situasi seperti sekarang  hendaknya semua pihak khususnya para aparat dan pejabat yang berwenang agar tidak hanya memakai masker secara zahir saja melainkan juga harus nampu menjaga perkataannya dari hal hal yang menimbulkan perpecahan di masyarakat.

Menjaga jarak disini merupakan tuntunan bagi kita agar menghindarkan diri dari kerumunan orang yang sedang melakukan perbuatan maksiat atau melanggar hukum. Seperti yang dicontohkan oleh baginda Nabi ketika melihat masyarakatnya melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan fitrahnya sebagai manusia.

Baginda Nabi pergi ke Gua Hiro untuk mencari solusi bagaimana agar masyarakatnya sadar bahwa apa yang diperbuatnya adalah bertentangan dengan norma dan ajaran yang telah diturun oleh Allah kepada Rasul Rasul sebelumnya.

Demikian juga dengan mencuci tangan. Allah telah mengingatkan kepada kita bahwa adanya kerusakan di darat dan dilautan disebabkan oleh tangan manusia.

Kasus korupsi, ekploitasi kerusakan lingkungan tidak lepas dari perbuatan manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun