Mohon tunggu...
Hizkia RonaldusSilalahi
Hizkia RonaldusSilalahi Mohon Tunggu... Guru - Tidak ada perjuangan yang sia-sia, maka tetap lah lakukan yang terbaik yang bisa dilakukan

Tidak ada perjuangan yang sia-sia, maka tetap lah lakukan yang terbaik yang bisa dilakukan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Transisi Peran Sekolah dalam Meningkatkan Kecerdasan Intelektual (IQ) ke Kecerdasan Emosional (EQ)

2 Mei 2019   23:07 Diperbarui: 3 Mei 2019   14:26 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu kecerdasan dapat dibagi menjadi 3 yaitu Intelligence Quotient (IQ) / Kecerdasan Intelektual, Emotional Quotient (EQ) / kecerdasan Emosional, dan Spiritual Quotient (SQ) / Kecerdasan Spritual

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 ini jelas menyampaikan bahwa
Pendidikan selalu berusaha meningkatkan kecerdasan anak didik baik Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosional (EQ), dan kecerdasan Spritual (SQ).

Namun saat ini, institusi pendidikan yaitu sekolah mulai kehilangan tugasnya untuk meningkatkan kecerdasan intelektual (IQ) anak didik.

hal ini di tandai dengan banyaknya orang tua dari anak didik yang memberikan kepercayaan kepada lembaga-lembaga bimbingan belajar yang dilaksanakan setelah jam pembelajaran sekolah. Kepercayaan itu membuat lembaga-lembaga bimbingan belajar bertumbuh subur.

Menurut direktorat jenderal kursus dan pelatihan, bahwa pada tahun 2016 lembaga bimbingan belajar mencapai 1.866 usaha, jumlah ini naik dari 1.135 usaha pada tahun 2009.

Lalu, apa yang menjadi peran institusi/lembaga pendidikan (sekolah formal) ?.....
Sekolah Formal harus menyadari bahwa sekolah tidak lagi berperan untuk meningkatkan kecerdasan intelektual (IQ) anak didik, tetapi Sekolah harus mampu meningkatkan dan menumbuhkan kecerdasan Emosional (EQ) anak didik agar dapat menyeimbangkan Kecerdasan Intelektual (IQ) yang di miliki.

Kecerdasan Emosional (EQ)

Ki Hajar Dewantara mengatakan Tujuan pendidikan adalah untuk mendidik anak agar menjadi manusia yang sempurna hidupnya, yaitu kehidupan dan penghidupan manusia yang selaras dengan alamnya (kodratnya) dan masyarakatnya.

Dari tujuan pendidikan yang di sampaikan oleh Ki Hajar Dewantara lebih menekankan pada suatu Kecerdasan Emosional (EQ) bukan Intelligence Quotient (IQ) .

Kecerdasan Emosional (EQ) pertama kali diperkenalkan oleh Keith Beasley pada tulisannya pada artikel Mensa pada tahun 1987. Tapi, istilah ini baru bener-bener mendunia (dan udah ganti jadi EI) setelah Daniel Goleman pada bukunya "Emotional Intelligence -- Why it can matter more than IQ" yang terbit pada tahun 1995

Goleman sendiri membagi kemampuan-kemampuan emosional menjadi lima kemampuan:
(a) kesadaran diri,
(b) kontrol diri,
(c) kemampuan sosial,
(d) empati,
(e) motivasi.

Kecerdasan Emosional (EQ) berperan penting bagi anak didik dalam berinteraksi dengan teman-teman sebayanya, guru, orang tua dan lingkungan masyarakat dimana anak didik berada.

Banyak anak didik yang memiliki kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi tidak dapat di terima oleh lingkungan sekitarnya, karena anak didik tersebut memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang rendah. Anak didik yang seperti itu lebih cenderung lebih mementingkan kepentingan pribadi dari pada kepentingan bersama.

Lain halnya dengan anak didik yang memiliki kecerdasan Emosional (EQ) yang tinggi, walaupun anak didik tersebut memiliki kecerdasan intelektual (IQ) yang rendah, anak didik yang seperti ini sangat gampang untuk dapat diterima oleh lingkungan sekitarnya, karena lebih dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Dan anak didik yang seperti ini lebih mementingkan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadinya.

Peran Sekolah dalam meningkatkan kecerdasan Emosional (EQ) anak didik

Kecerdasan emosional (EQ) dapat dilatih karena kecerdasan Emosional (EQ) dapat di perbaiki menjadi lebih baik, berbeda halnya dengan kecerdasan intelektual (IQ) yang telah permanen.

Oleh karena itu, sekolah harus dapat meningkatkan dan melatih kecerdasan Emosional (EQ) anak didik melalui emosi anak didik. 

Untuk meningkatkan kecerdasan emosional (EQ) anak didik, sekolah harus menciptakan suasana sekolah yang dapat membuat anak didik berinteraksi dengan lingkungan masyarakat, misalnya dengan melakukan kegiatan-kegiata sosial di masyarakat dengan melibat anak didik.

Maka dengan melibatkan anak didik dalam kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan sekolah, maka anak didik akan mengeluarkan emosi yang dimilikinya, yaitu bahagia, marah, sedih, ketawa, menangis, malu, dan senyum.

Pada saat anak didik dapat mengeluarkan dan menyampaikan emosi atau perasaan yang anak didik rasakan, di saat itu pula sekolah telah berhasil dalam menciptakan kecerdasan emosional (EQ) anak didik.

Penulis : Hizkia Ronaldus Silalahi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun