Mohon tunggu...
Hizkia Roland Prawyra Sitorus
Hizkia Roland Prawyra Sitorus Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hai, Saya Hizkia Roland Prawyra Sitorus. saya seorang mahasiswa di Universitas Negeri Medan dengan Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Menulis adalah cara saya mengekspresikan kekhawatiran dari dalam diri saya. Tulisan-tulisan ini saya buatkan dengan data-data serta realita yang sebenarnya.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Pilih Jadi Solopreneur atau Bermitra? Ini Kata Para Pelaku Usaha Muda di Era Digital

29 Juni 2025   01:25 Diperbarui: 29 Juni 2025   01:25 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Medan, Juni 2025 --- Era digital membuka banyak peluang usaha, dari menjual produk kerajinan tangan di TikTok Shop hingga menjadi konsultan bisnis berbasis AI. Tapi satu pertanyaan klasik kembali muncul. Apakah lebih baik menjadi solopreneur, atau justru lebih kuat jika bermitra? Pertanyaan ini tak sekadar soal preferensi gaya kerja. Ini menyangkut risiko, fleksibilitas, mentalitas, dan masa depan.

Solopreneur Bebas, Tapi Sendiri

Solopreneur adalah seseorang yang membangun dan mengelola bisnisnya seorang diri, tanpa partner tetap. Mereka populer di era gig economy sebagai kreator konten, penulis lepas, coach online, desainer, hingga dropshipper. 

"Semua keputusan di tangan saya. Saya bisa gesit, fleksibel, dan tidak perlu berbagi hasil", ujar Nadya Safira, 24 tahun, solopreneur yang menjual alat tulis estetik di Instagram. Namun, Nadya juga mengakui bahwa kesepian, burnout, dan beban kerja tak terbagi sering menghantui. 

"Saat bisnis macet atau ada krisis, saya nggak punya teman brainstorming. Kadang cuma bisa curhat ke Google." Sambungnya.

Bermitra Lebih Kuat, Tapi Butuh Komitmen

Di sisi lain, ada mereka yang memilih membangun usaha bersama mitra baik teman, saudara, atau rekan profesional. Keuntungan utamanya adalah berbagi beban dan memperluas perspektif.

"Kalau saya punya ide, partner saya bisa kasih kritik atau eksekusi teknisnya. Itu priceless," kata Rizky dan Tara, pasangan founder bisnis kopi literan berbasis langganan bulanan.

Namun, mereka juga tidak menutup mata terhadap risiko:

  • Konflik visi misi

  • Perselisihan soal pembagian hasil

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
    Lihat Entrepreneur Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun