Mohon tunggu...
Himma Ulya
Himma Ulya Mohon Tunggu... -

sedang belajar menulis :)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Episode Cinta Tanah Air

14 Maret 2013   23:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:45 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini aq bertemu dengan seorang kakek yang telah lanjut usia,

seorang supir angkot jurusan sampangan johar,

kakek itu mengenakan seragam yang sangat lengkap, bak seorang prajurit pembela negara tahun 1965an

celana coklat pramuka, baju safari berkantung empat, slayer merah putih di leher dan topi khas tentara lengkap menjadi kostumnya hari ini, aq sempat terheran olehnya...

" mengapa sang kakek memakai kostum seperti itu, dibandingkan dengan sopir angkot lainnya yang hanya berkaos oblong dan celana kolor saja". gumamku dalam hati

tepat pukul jam tujuh pagi, angkot berhenti dipinggir jalan tanpa ada penumpang yang menyetop, dengan sigap sang kakek memutar radio RRI Semarang dan mendedangkan lagu "PADAMU NEGRI" dengan volume yang lumayan tinggi. saat itu hanya aq satu-satunya penumpang di angkot itu, mungkin karna hari minggu jadi tak begitu ramai, biasanya pukul tujuh pagi ramai dengan anak-anak yang hendak berangkat sekolah.

" Bagimu Negri...... Jiwa Raga Kami......"

" mbak, masih sekolah ato sudah kerja? " sang kakek membuka perbincangannya denganku tepat setelah lagu Padamu Negri selesai.

" Saya masih kuliah pak" jawabku

lalu kami pun terlibat dengan perbincangan yang lebih dalam.

ternyata dugaanku benar, kakek itu adalah seorang pejuang tanah air yang saai ini belum bisa menikmati apa yang telah ia perjuangkan. malah orang-orang yang tidak tau apa arti dari perjuangan dan kemerdekaan, merasakan kenikmatan di dalam gedung hijau itu tanpa menghiraukan para pejuang seperti kakek ini yang harus berjuang kembali untuk bisa tetap hidup. mungkin tak hanyaa kekek itu saja, mungkin masih banyak kakek-kakek yang lain yang bernasib sama. yang setiap bulannya hanya mengambil unag pensiunan yang tak seberapa, ditambah dengan kebutuhan hidup yang semakin susah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun