Mohon tunggu...
Himawijaya
Himawijaya Mohon Tunggu... Administrasi - Pegiat walungan.org

himawijaya adalah nama pena dari Deden Himawan, seorang praktisi IT yang menyukai kajian teknologi, filsafat dan sosial budaya, juga merupakan pegiat walungan.org

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kecemasan, Kematian dan Pergumulan Para Filsuf

14 Februari 2017   23:55 Diperbarui: 15 Februari 2017   20:16 1006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : binghamton.edu

Kebanyakan manusia, hampir di segala masa, berteriak mengutuki jaman, “saat ini adalah jaman yang suram, bahaya, bobrok, penuh tipu daya”. Mereka terpenjara dalam ‘waktu’. Alih-alih mencoba mencari kedalaman dari keseharian yang banal dan dangkal, mencari dirinya yang otentik, malah mengangankan sebuah dunia lain yang ideal, baik di masa depan maupun di masa lalu. 

Ada yang terpenjara dalam ‘waktu di masa lampau’, mengangankan sebuah kondisi ideal yang telah terjadi, dan berupaya keras menggapainya kembali, tanpa mempertimbangjkan perubahan jaman. Inilah sikap umum para fundamentalis. Ada juga yang berteriak lantang tentang keidealan di masa depan, kondisi yang seusai dengan konsepsi dibenaknya, dengan ideloginya, dan menganggap bobrok masa kini dan masa lampau. Inilah sikap umum dari para pembaharu.

Tentu saja dalam masa hiruk pikuk jaman yang tak tentu arahnya ini, cerita tentang globalisasi, pentas selebritis yang remeh temeh, ulah para politisi yang heroik, ragam perilkau yang banal dan dangkal, kita akan kesulitan untuk sekedar mencari keunikan diri, autensitas pribadi. Kita larut dan tengelam dalam kerumunan hasrat komunal yang tak kunjung habis-habisnya. 

Apalagi untuk sekadar mengingat kematian. Tapi semua ada masanya, ada gilirannya, selau saja ada peristiwa besar dalam sejarah yang cukup mengguncangkan, secara masal. Dan pada momen inilah kita sebenarnya dituntut untuk sejenak menghentikan kerja kognitif kita yang terbawa arus besar jaman. Sejenak berpikir tentang bagaimana mengantisipasi kematian, sesuatu yang nisacaya dialami semua manusia. Bertanya pada diri: dari mana dan hendak ke mana.

Toh, ada banyak jalan untuk mencari keotentkan diri, kekhasan dan keunikan individu. Bisa dengan gaya dan cara para eksitensialis-humamnis, atau khas para mistikus, yang pasti apakah semua daya kognitif kita, semua perilaku dan gerak tubuh, segenap tindakan kita sudah diletakkan sebagai perisapan menghadapi kematian? Seberapa jauhkah kita menenmpatkan ‘pandangan terhadap kematian ini’ , dalam menentukan kualitas kehidupan?. Layaknya sikap seorang Socrates.

----

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun