Mohon tunggu...
Himawan Wicaksono
Himawan Wicaksono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa ilmu komunikasi UIN sunan kalijaga 23107030095

saya adalah mahasiswa uin sunan kalijaga prodi ilmu komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Keluh-kesah Menjadi Petugas KPPS

19 Februari 2024   15:09 Diperbarui: 19 Februari 2024   15:11 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Haduuuh banyak ngeluh tapi mau gimana lagi , apa yang jadi unek-unek di pikiran ku harus ku tuangin daripada di pendem sendiri kan gaenak wkwk, jadi gini nih lurr aku bakal critain apa aja sih pengalamanku sebagai petugas kpps, yang pasti ga tidurr hahahaha.

Sebagai petugas kpps harus di tuntut untuk kuat fisik, cermat dalam menghitung, teliti, tenang dan yang terpenting harus sabar, karena di setiap situasi pasti ada aja yang bikin fisik capek hilang fokus dan juga emosi karena hal sepele pun bisa vital bangett jadi harus di tuntut untuk well condition hahahah tapi ini serius jangan pada ketawa. Banyak banget hal yang perlu diomongin tentang petugas di pesta demokrasi negara indonesia ini mulai dari proses awal pelantikan sampai pengumpulan kotak suara di stop point terakhir.

Hal pertama adalah mengenai bimbingan teknik , hal yang bikin banyak banget petugas kpps bingungin khususnya di daerahku, karena hal ini sangatlah penting karena di dalam bimbimngan teknis ini menentukan arah suksesnya petugas kpps dalam pemilu / pesta demokrasi di daerah daerah petugas kpps bertugas. Keluhkesah pada point ini adalah kurang nya efektivitas dalam pembimbingan teknis, mulai dari kurangnya intensitas dalam pendampingan bimbingan, artikulasi yang disampaikan kurang jelas.

Kasus yang terjadi di daerah saya adalah penjelasan daripada proses pemungutan suara, perhitungan, dan rekapitulasi masih kurang efisien. Akibatnya banyak dari setiap tps di daerah saya kurang maksimal dalam menjalankan tugasnya seperti gagalnya pengoprasian aplikasi sirekap yang seharusnya mudah tetapi menjadi sulit karena kurangnya pembelajaran baik dari si petugas sendiri maupun dari pihak yang membimbing, sebetulnya simpel saja seperti arahan dari pihak pps meng oflinekan aplikasi tersebut dan langsung di foto saja tetapi banyak dari petugas tps yang tidak memperhatikan hal tersebut. Oh iya capek nya petugas sirekap itu gilakkk, udah jadi kpps 4 yang setiap mendata orang saat mau mencoblos salah 1 orang saja bisa terjadi PSU ( pemungutan suara ulang ) contoh kasus orang tersebut ber ktp jakarta tetapi ingin mencoblos di jogjakarta, nah hal tersebut diperbolehkan jika pemilih tersebut sudah mengurus pindah pemilih dengan mendapat form.A pindah memilih, tetapi pemilih tersebut tidak diperbolehkan walaupun memiliki hak sebagai pemilih karena dia belum mengurus pindah pemilih , hal tersebut sangat rawan sekali sebab jika petugas tidak memahami hal tersebut dan salah menerima pemilih bakal riweh deh pokoknya, dan satulagi petugas rekap/kpps4 selesainya paling akhir karena harus memfoto hasil perhitungan suara sampai malem pokoknya huhhh.

Hal kedua yang bikin aku stress adalah banyak bangett yang harus dikerjain mulai dari pembuatan SPJ spj itu semacam surat pertanggungjawaban dari kpps untuk anggaran yang diberikan, setelah pembuatan SPJ lalu pembuatan TPS bersama rekan kerja, rapat kerja kpps, pembagaian C.Pemberitahuan atau bisa disebut undangan, proses pemungutan suara, proses perhitungan suara, dan juga rekapitulasi data perhitungan suara sampai kotak suara dikembalikan ke kantor PPK atau KPU tingkat kecamatan. Banyak banget kan yang harus dikerjain pokoknya mulai dari H-1 sampai hari H tuh gak tidur, karena harus mempersiapkan segala sesuatu dan juga menjaga kotak suara sebelum proses pemungutan berlangsung sampai pagi, lalu dilanjutkan proses pemungutan dan hitung suara serta reapitulasi sampai pagi lagi di hari berikutnya.

Banyak banget sih drama-drama yang terjadi selama proses masa kerja kpps, nah akan aku critain drama yang seruu ini pokoknya simak aja deh hehe, nih masuk yang ke 3 yaitu drana ketika perhitungan  presiden berlangsung, pada awalnya petugas kpps menghitung seluruh jumlah surat suara mulai dari Presiden dan wakil presiden, DPR RI, DPD, DPRD Prov, dan DPRD Kabupaten/Kota. Setelah menghitung surat suara tersebut petugas menemukan jumlah dari setiap sub yang akan dicoblos adalah 228, oke clear jumlah surat suara dari setiap sub 228. Nah sampai di proses perhitungan surat suara suwaktu menghitung sisa surat suara dengan mencocokan jumlah  DPT (Data Pemilh Tetap) ,DPTB ( Data Pemilih Tambahan ) , dan DPK (Data Pemilih Khusus ) mencapai angka 193 lalu menghitung sisa surat suara semuanya seharusnya 35 namun ditemukan pada surat suara presiden 36, nah disitu mulai deh kepanikan , kemungkinan yang presiden kurang 1 surat suara. Di situ seluruh petugas di tempatku Termenung. Setelah berunding dengan sangat lama akhirnya kami tetap dijalan yang benar dengan tidak menambahkan/mengurangi jumlah surat suara dan akhirnya setelah membuka sampai DPR-RI memang cocok dengan jumlah surat suara yang digunakan pasalnya terdapat 1 pemilih tambahan yang hanya mencoblos presiden saja dan benar Presiden mendapat 193 dan DPR RI mendapat 192 surat suara clear sampai akhir DPRD kab/kota jumlah tetap 192.

Dari kasus tersebut dapat dijadikan pengalaman berharga terutama bagi saya , dan dapat disimpulkan bahwa sebenarnya jumlah surat suara presiden adalan 229 hanya dengan salah hitung jumlah surat suara di awal saja dapat mengkacaukan proses perhitungan surat suara. Jadi sebagai petugas KPPS harus dituntut untuk sabar, ulet, kuat fisik, dan terutama teliti. Huuh garagara itu jadi sampai pagi deh proses perhitungan sampai rekapitulasinya. Demikian cerita keluh kesah sebagai Petugas KPPS ini. Buatkamu yang ingin merasakan Cobain deh Rasanya deg deg ser , tetapi kalau berhasil Bangga banget kaya aku hehehehehehehe, sekian dan trimakasih telah membaca

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun