Mohon tunggu...
Hilyatus Shalehah
Hilyatus Shalehah Mohon Tunggu... Lainnya - Sosiologi

Bismillahirohmanirohim.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Konser Online Sebagai Bentuk New Normal Dimasa Pandemi Covid-19

5 Juli 2021   14:52 Diperbarui: 5 Juli 2021   15:47 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Perubahan Budaya Musik dengan Hadirnya Konser Online sebagai bentuk New Normal di Masa Pandemi Covid-19

Kemunculan Pandemi Covid-19 pada akhir tahun 2019 tentunya telah mempengaruhi kehidupan dan aktivitas keseharian masyarakat di dunia salah satunya hal-hal yang berhubungan dengan dunia industri hiburan musik. Sebelum adanya pandemi Covid-19 ini, para pekerja yang menggeluti dalam industri musik pastinya banyak dari mereka yang dalam penyelenggaraan pertunjukan musik mengandalkan dan erat kaitannya dalam kegiatan yang berupa pertemuan secara fisik yaitu seperti adanya kerumunan penonton secara langsung, baik itu dalam kegiatan pertunjukan konser musik ataupun hal-hal dalam mempromosikan album/karya terbaru mereka. Pertemuan fisik yang terjadi disini dianggap bukan hanya untuk berorientasi pada distribusi komoditas saja tetapi menjadi aktivitas yang dapat memperkuat ikatan antara idola dan penggemar serta untuk menyampaikan nilai-nilai dalam sebuah karyanya.

Kebijakan yang di realisasikan pada masa Pandemi Covid-19 adalah mematuhi Protokol Kesehatan, salah satunya yaitu dengan cara menjaga jarak (sosial distancing) seperti menghindari kerumunan. Sehingga membuat kegiatan yang menghasilkan kerumunan menjadi suatu aktivitas yang dilarang dan harus di hindari. Selama berbulan-bulan pada awal masa pandami, kegiatan industri musik tentunya mengalami kondisi yang tidak jelas dari adanya pembatalan ataupun diundurnya jadwal konser yang sudah ditentukan sebelumnya. Kemudian hal itulah yang memaksa industri musik untuk melakukan pengembangan atau penyesuaian dengan beradaptasi sesuai gaya hidup pada masa pandemik ini atau dapat kita sebut dengan gaya hidup “New Normal”.

Dengan memanfaatkan kemajuan IPTEK diharapkan menjadi alternatif baru mengingat banyaknya acara konser yang harus ditunda atau batalkan. Sehingga industri hiburan musik telah mengambil langkah untuk tetap survive di tengah pandemik covid-19 dengan membentuk konser dengan nuansa berbeda yaitu konser online. Seperti yang dikemukakan oleh Kistanto (2015:1) bahwa “Masyarakat manusia melahirkan, menciptakan, menumbuhkan, dan mengembangkan kebudayaan: tak ada manusia tanpa kebudayaan, dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa manusia; tak ada masyarakat tanpa kebudayaan, tak ada kebudayaan tanpa masyarakat”. Sebagaimana, Syawaludin (2017:39) berpendapat pula bahwa Perubahan budaya dalam masyarakat sesungguhnya merupakan sesuatu proses adaptasi dan sama dengan seleksi alam. Artinya secara luas bahwa masyarakat adalah individu-individu yang berbuat dan bertindak harus menjalankan satu hubungan adaptif dengan lingkungannya dalam rangka untuk tetap dapat hidup. Meskipun manusia dapat melakukan adaptasi ini secara prinsipil melalui alat budaya, namun prosesnya dipandu oleh aturan-aturan seperti seleksi alam seperti yang mengatur adaptasi biologis.

Berbagai perkembangan teknologi digital, komputer, dan media massa memiliki pengaruh yang besar terhadap kebudayaan masyarakat. Berbagai teknologi yang mempengaruhi kebudayaan adalah media massa yang didasarkan pada satelit, televisi kabel, video, CD, DVD, multimedia komputer dan internet (Zajats,2010:35). Sebagaimana fenomena yang telah dijelaskan diatas merupakan sebuah perubahan kebudayaan dalam industri musik yang terjadi baik dalam maupun luar negeri. Jika di kaitkan dengan salah satu persfektif sosiologi kebudayaan yang sesuai adalah Teori Evolusi Unilinear (teori unilinear theories of evolusi) yang dipelopori oleh Aguste Comte dan Herbert Spencer. Menurut teorinya bahwa manusia dan kebudayaan mengalami perubahan atau perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu dari tahap yang kompleks menjadi tahap yang sempurna. Dimana perkembangan budaya musik ditengah Pandemi Covid-19 ini dari yang sebelumnya pertunjukan konser musik disaksikan secara langsung kemudian memasuki tahapan baru yaitu menikmati pertunjukan konser musik secara live streaming (online). Perubahan ini terjadi berdasarkan usaha industri musik dalam menyesuaikan diri dengan kondisi yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.

Dapat disimpulkan bahwa pengalaman dalam mengapresiasi pertunjukan konser musik secara langsung maupun online tentu memiliki euphoria yang berbeda. Dimana pengalaman yang didapatkan melalui pertunjukan musik langsung yaitu adanya interaksi yang lebih intim antara penggemar dan idola ataupun penggemar dan penggemar, dari segi audio visual yang didengar juga lebih menggelegar yang membuat kita merasa berada di dimensi yang berbeda sehingga membuat melupakan kepenatan dan hiruk pikik kehidupan. Dari segi pertunjukan secara online memiliki sisi positifnya tersendiri yaitu harga/biaya yang di patok jauh lebih murah dari pada menonton konser secara lansung dan kita tidak perlu bersedak-desakan selain itu lebih menghemat dari segi waktu, uang dan tenaga. Namun demikian, seperti yang dikemukakan (Sjukur, 2014: 108), dua budaya mengapresiasi pertunjukan musik baik secara langsung ataupun online sebenarnya masih dalam ruang lingkup yang masih sama yaitu mendengar musik secara aktif, pembedanya ada pada ruang gerak bunyi itu sendiri. Mendengarkan musik secara aktif tidak cukup hanya mendengar yang sedang terdengar, namun diperlukan daya ingat auditif untuk dapat menangkap hubungannya dengan yang sudah lewat. Dan sebaiknya pertunjukan secara online ini tetap dilaksanakan mengingat mendengarkan musik menjadi salah satu cara penghilang rasa bosan dan penat di masa pandemic covid-19 ini.

Referansi:

Inkeles, Alex. (1965). What is Sociology? Am Introduction to The Discipline and Profession. New Delhi: Prentice Hall of India.

Kistanto, N. H. (2015). Tentang konsep kebudayaan. Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan, 10(2).

Sjukur, Slamet Abdul. (2014). Sluman Slumun Slamet: Esai-esai Slamet Abdul Sjukur (1976- 2013). Yogyakarta: Art Music Today

Soekanto, S. (2014). Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: Rajawali Pers

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun