Mohon tunggu...
Hilyatul Maknunah
Hilyatul Maknunah Mohon Tunggu... Lainnya - -

Gubuk rasa semata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pukulan yang Pas untuk Anak-anak Zaman Now

25 Oktober 2020   11:35 Diperbarui: 25 Oktober 2020   11:44 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Masih ingat betapa terkejutnya seluruh badan ini saat sebatang rotan mengayun dengan kencang kemudian beradu dengan kulit kaki menyisakan kenangan berwarna di kulit, memar maksudnya. Hehe tak usah dibayangkan, nyilu. Itulah cara beberapa guru dan orang tua kami zaman dahulu membentuk pribadi yang tangguh, patuh dan teguh, seperti teman2 sekalian. Btw cara ini masih ada gak ya di zaman now?
.
Namun cara ini, bukanlah solusi di zaman sekarang, buktinya, ada kasus guru dipidanakan orang tua siswa hanya karena mencubit siswa akibat kesalahannya sendiri. Si siswa nih kan nakal ya, siapa yang gak sebel coba, mungkin Ibu Guru sudah tak punya cara lain, ya cubitan itulah sebagai bukti kasih sayang agar tak nakal lagi. Sebenarnya ga cuma itu tapi aku udah gak kuat kalau bahas satu satu, miris.
.
Nakalnya anak2 wajar aja sih tapi kalau berlebihan ya gak baik juga kan? Kewajiban yang lebih tua juga, mengajarkan bagaimana seharusnya, kata pak Ustadz kan gitu.
.
Pukulan itu ya penting buat peringatan, kalau zaman old dengan rotan yang menyakitkan, zaman now dengan kelembutan dan kebijaksanaan.
.
Terbukti kalau anak-anak akan lebih manut apabila dirangkul dengan kelembutan
Misalnya "Jangan mainan HP terus !" Sambil melotot gitu, ih serem. diganti menjadi "Dek, kalau jarum jam yang panjang udah sampai angka 10, HPnya balikin ke Kakak ya".
.
Sepertinya kalimat "Adek belajarnya sampai halaman ini, nanti baru boleh main" lebih meluluhkan sikap polosnya daripada kalimat "Belajarnya belum selesai udah keburu main!" Sambil mukul meja lagi
.
Trkadang kita yang merupakan orang terdekat mereka lebih fokus mengabadikan 1 kesalahan mereka dgn bentakan bahkan kekerasan sebab mereka belum bisa meraih nilai A di sekolah. Tapi Kita lupa mengapresiasi lebih dari 10 hasil baik mereka dalam sehari. Mereka sudah berhasil bangun lebih pagi, nulis cerita kesukaan dan masih sempat bantuin nyapu. Ah sulit mengakui itu, malah sepertinya tidak terfikirkan sama sekali.
.
Sampai disini, mungkin kesimpulannya adalah "kelembutan memiliki kekuatan dahsyat yang tidak menghancurkan" menghancurkan kepercayaan diri misalnya.
.
So? Apakah pukulan zaman now ini adalah senjata yang ampuh?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun