Mohon tunggu...
Hilman Idrus
Hilman Idrus Mohon Tunggu... Fotografer

√ Penikmat Kopi √ Suka Travelling √ 📷

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mengunjungi Dua Benteng Peninggalan Bangsa Portugis di Kota Ternate

21 April 2025   05:53 Diperbarui: 21 April 2025   12:03 1102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangga dalam benteng Kalamata di sisi selatan. Foto: Hilman Idrus

Secara geografis kota Ternate terletak antara 3 lintang utara dan 3 lintang selatan, serta 124 - 129 bujur timur dengan ketinggian rata-rata dari permukaan laut yang beragam. Ketinggian tersebut diklasifikasi menjadi tiga kategori, yakni rendah (0-499 M), sedang (500-699 M), tinggi (lebih dari 700 M). sedangkan luas wilayah kota Ternate adalah 5.795,4 Km dan lebih didominasi oleh wilayah laut (5.544,55 Km, serta luas daratan berkisar 250,85 Km. Sementara itu, batas-batas wilayah yakni sebelah timur berbatasan dengan selat Halmahera, dan di sebelah utara, selatan, dan barat berbatasan dengan laut Maluku.

Dengan luas wilayah tersebut Cengkeh (Syzigium aromaticum) dan Pala (Myristica fragrace) merupakan tanaman endemik yang menjadi primadona Ternate di masa lampau hingga saat ini. Dan' dua tanaman endemik inilah yang memantik bangsa Portugis, Spanyol dan Belanda menginjakkan kaki di tanah Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo.

Berdasarkan catatan sejarah, di kota Ternate terdapat delapan benteng peninggalan bangsa Portugis, Spanyol dan Belanda yang tersebar di kecamatan pulau Ternate, Ternate Utara dan Selatan kota Ternate. Kedelapan benteng tersebut, yakni benteng Kastela, benteng Kota Janji, benteng Talangame, benteng Oranje, benteng Kalamata, benteng Takome, benteng Tolukko dan benteng Santosa. Benteng-benteng tersebut, kini ada yang terlihat bentuknya masih terawat dan ada yang telah rusak.

Setelah berkali-kali berkunjung ke objek wisata pantai dan ke sejumlah objek peninggalan sejarah di kota Ternate. Baru kali ini saya tercetus ide untuk mengunjungi dan menulis setiap benteng peninggalan bangsa penjajah: Portugis, Spanyol dan Belanda yang ada di kota Ternate.

Dan' pilihan pertama jatuh pada dua benteng Portugis di kecamatan Ternate Selatan, pada Sabtu (19/4/2025), yakni benteng Santa Lucia, atau biasa disebut benteng Kalamata dan benteng Kayu Merah, serta benteng Kota Janji yang berada tak jauh dari benteng Santa Lucia atau tepatnya di kelurahan Ngade Ternate Selatan.

Untuk benteng Kalamata, walaupun ketiga nama tersebut disematkan pada benteng yang kini berusia 485 tahun tersebut. Namun, oleh warga Ternate cukup familiar dengan benteng Kalamata dan benteng Kayu Merah.

Penyebutan nama Kalamata berdasarkan catatan sejarah, konon berasal dari nama seorang pangeran Ternate (Kaicil Kalamata) yang merupakan kakak dari sultan Mandarsjah dan paman dari sultan Kaicil Sibori.

Putri penulis berpose di depan benteng Kalamata Ternate. Foto: Hilman Idrus
Putri penulis berpose di depan benteng Kalamata Ternate. Foto: Hilman Idrus

Sementara sebutan nama benteng Kayu Merah, lantaran benteng yang dibangun bangsa Portugis di era kepemimpinan Antonio Galvao pada tahun 1540 itu, berada di kelurahan Kayu Merah kecamatan Ternate Selatan. Sehingga, dua nama tersebut menjadi familiar hingga saat ini.

Hanya saja, setelah dilakukan pemugaran pada tahun 1994 dan diresmikan purna pugar oleh menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Prof Dr Wardiman Djojonegoro, nama Kalamata lah yang resmi melekat di papan nama benteng.

Benteng Kalamata berada persis di dekat pantai, dengan posisi tersebut membuat benteng ini terancam dari abrasi laut yang mengikis struktur bangunan benteng. Sehingga pada tahun 1994-1997 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan memutuskan untuk melakukan pemugaran guna menjaga keutuhannya, sehingga membuat benteng ini tetap terjaga hingga kini.

Pembangunan benteng Kalamata oleh bangsa Portugis tepat di pesisir pantai dinilai untuk menjaga wilayah kekuasaannya di Ternate dari ancaman musuh, terutama bangsa Spanyol yang kala itu menancapkan kekuasaanya di Tidore.

Putri penulis berpose di sisi kanan bastion benteng Kalamata. Foto: Hilman Idrus
Putri penulis berpose di sisi kanan bastion benteng Kalamata. Foto: Hilman Idrus

Benteng ini dari sisi arsitektur memang sangat menarik, pasalnya jika dipotret dari udara bentuknya seperti seekor Penyu yang menghadap ke gunung Gamalama.

Sementara dinding benteng memiliki ketebalan 90 cm, dengan tinggi tembok mencapai 3,55 meter, sedangkan di pintu utama dengan ketinggian temboknya mencapai 5,25 meter.

Untuk dinding dan lantai benteng Kalamata dibuat menggunakan batu karang dan batu andesit yang direkatkan dengan hasil pembakaran batu karang (kalero), dengan susunan yang terlihat kokoh serta rapih, dan enak dipandang mata; baik dari dekat maupun kejauhan.

Bahkan, bangsa Portugis dalam pembuatan benteng Kalamata konon bahan campuran perekat dilakukan dengan air rendaman kulit lubin yang diyakini membuat tembok bangunan makin kuat. Dan terbukti, walaupun benteng ini telah berusia 485 tahun tetap terlihat kuat layaknya bangunan yang baru dibangun.

Benteng Kalamata dipotret dari utara ke Selatan saat air laut pasang. Foto: Hilman Idrus
Benteng Kalamata dipotret dari utara ke Selatan saat air laut pasang. Foto: Hilman Idrus

Desain tembok bangunan yang kokoh memang menjadi target agar sulit ditaklukan oleh musuh saat melakukan penyerangan ke benteng, terlebih keberadaan benteng ini kala itu untuk mengantisipasi serangan Spanyol dari Tidore.

Selain bangunan yang kuat, benteng Kalamata memiliki 4 bastion yang dilengkapi dengan 18 lubang bidik meriam yang terbagi sesuai masing-masing bastion dengan ukuran 60-70 cm. Pada posisi timur ada 6 lubang bidik meriam, sementara untuk bagian selatan, utara dan barat masing-masing memiliki 4 lubang bidik meriam.

Putri penulis berpose di lubang bidik meriam di sisi depan benteng Kalamata. Foto: Hilman Idrus
Putri penulis berpose di lubang bidik meriam di sisi depan benteng Kalamata. Foto: Hilman Idrus

Ketika kita memasuki benteng Kalamata dan memandang ke sisi kanan dalam benteng, kita melihat sebuah sumur tua dengan kedalaman kurang lebih 2 meter, yang berada tepat dekat anak tangga menuju ke bagian utara benteng. Walaupun usia benteng telah mencapai ratusan tahun, tapi kondisi air di sumur tersebut masih terlihat jernih layaknya sumur warga pada umumnya.

Konon benteng Kalamata dibangun dengan tujuan sebagai benteng pertahanan dan benteng penyerangan pada bangsa Spanyol di Tidore. Sehingga, menghadap ke pulau Maitara dan Tidore, untuk itu benteng ini menyajikan pemandangan yang menakjubkan; baik saat senja turun maupun di malam hari. Sehingga, warga yang berkunjung ke benteng Kalamata memanfaatkan untuk berswafoto dengan latar kedua pulau tersebut.

Benteng Kalamata dipotret menggunakan kamera DSLR dengan teknik slow speed. Foto: Hilman Idrus
Benteng Kalamata dipotret menggunakan kamera DSLR dengan teknik slow speed. Foto: Hilman Idrus

Selain itu, ketika kita berada di benteng Kalamata, kita dapat menyaksikan kapal ferry dan speedboat melintasi perairan Ternate dan Tidore dan berlabuh di pelabuhan penyeberangan Bastiong Ternate, kemudian menuju pelabuhan Rum-Tidore, begitupun speedboat dari pelabuhan penyeberangan Mangga Dua Ternate menuju ke ibu kota Maluku Utara. Sofifi.

Namun, yang paling spesial saat kita berada di benteng Kalamata pada sore hari adalah menyaksikan senja memayungi pulau Maitara dan Tidore dari kejauhan. Kondisi inilah yang memaksa kita harus mengabadikan lukisan alam yang perlihatkan oleh Yang Maha Kuasa tersebut.

Istri penulis berpose di dekat sumur dalam benteng Kalamata Ternate. Foto: Hilman Idrus
Istri penulis berpose di dekat sumur dalam benteng Kalamata Ternate. Foto: Hilman Idrus

Jika benteng Oranje milik Belanda berada di pusat kota, benteng Kalamata letaknya di selatan kota. Walaupun begitu, jaraknya dengan pusat kota hanya berkisar 5 km. Sehingga, dari pusat kota kita tidak membutuhkan waktu yang begitu lama untuk mencapai lokasi benteng Kalamata.

Lokasi benteng Kalamata juga berdekatan dengan destinasi wisata keluarga Waterboom Ternate, tepatnya sisi kiri benteng. Sehingga, jika berkunjung ke benteng ini jika bersama keluarga, kita juga dapat memanfaatkan waktu untuk memboyong keluarga (anak-anak) menikmati wahana seluncuran air di Waterboom.

Gerbang/Pintu Utama benteng Kalamata Ternate. Foto: Hilman Idrus
Gerbang/Pintu Utama benteng Kalamata Ternate. Foto: Hilman Idrus

Selain itu, terdapat dua masjid yang sangat berdekatan dengan benteng Kalamata, yakni masjid di kelurahan Kayu Merah dan masjid Bastiong Karance. Untuk itu, khusus bagi pengunjung Muslim, saat memasuki waktu salat magrib, tinggal memilih antara kedua masjid tersebut.

Jadi, benteng Kalamata memang tepat dijadikan tempat refreshing di akhir pekan bersama keluarga. Untuk berkunjung ke benteng Kalamata hingga kini tidak dipungut karcis masuk, jadi siapa saja bebas menikmati pemandangan yang tersaji di benteng, hanya saja setiap pengunjung diminta untuk menjaga kebersihan selama berada di lokasi benteng Kalamata.

Sejarah Benteng Kalamata

Sebagai daerah penghasil rempah-rempah, Maluku Utara menjadi pusat perhatian dunia pada pertengahan abad ke-15. Wilayah yang dikenal dengan sebutan Jaziratul Al Mulk ini bukan hanya didatangi oleh pedagang dari Asia seperti Arab dan China. Melainkan juga menarik minat kaum bermata coklat dan berambut pirang, yakni bangsa Eropa atau oleh Sultan Nuku disebut mansia Lada.

Berbeda dengan bangsa Arab dan China, kedatangan bangsa Eropa ke Maluku Utara memiliki niat ganda, yakni bukan hanya menargetkan rempah-rempah: Cengkeh dan Pala. Tapi juga menancapkan pengaruh kekuasaan di wilayah yang juga dikenal dengan Moloku Kie Raha ini.

Bukti dari kekuasaan tersebut terlihat jelas pada sejumlah situs sejarah peninggalan mereka di Maluku Utara, salah satunya keberadaan benteng yang dibangun di era lampau yang tersebar wilayah kekuasaan empat kesultanan: Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo.

Putri penulis berpose di dekat sumur dalam benteng Kalamata. Foto: Hilman Idrus
Putri penulis berpose di dekat sumur dalam benteng Kalamata. Foto: Hilman Idrus

Seperti di Jailolo Selatan, Kabupaten Halmahaera Barat ada benteng yang dibangun bangsa Spanyol di desa Dodinga, di Pulau Bacan Kabupaten Halmahera Selatan ada benteng Barnaveld di desa Amasing Kota kecamatan Bacan.

Sementara di wilayah kesultanan Tidore, sedikitnya 9 benteng yang dibangun oleh bangsa Eropa yang tersebar dari wilayah utara dan Selatan. Sedangkan untuk wilayah kesultanan Ternate terdapat 8 benteng. Untuk benteng yang berada di Tidore dan Ternate, sebagian besar telah rusak dan ada yang masih terjaga dengan baik hingga saat ini.

Seperti benteng Kalamata Ternate, benteng ini dibangun oleh Portugis untuk melebarkan pengaruh kekuasaan yang diinisiasi Antonio Pigaveta pada tahun 1540, ada juga versi lain yang menyebutkan bahwa benteng ini diprakarsa oleh Francisco Serao. Tujuan utama pembangunan benteng ini berdasarkan catatan sejarah dinilai sebagai pertahanan dan ekspansi kekuatan Portugis di wilayah Ternate.

Hanya saja ekspansi kekuasaan yang dilakukan Portugis di Ternate tidak berlangsung mulus, lantaran mendapat perlawanan dari pihak kesultanan Ternate. Terlebih di era kepemimpinan Sultan Baabullah yang tidak ingin Portugis menancapkan pengaruh kekuasaan yang berlebihan di Ternate. Konflik antara Sultan Baabullah dan Portugis, menyebabkan Portugis angkat kaki dari benteng Kalamata, karena dinilai kesalahan yang dilakukan Portugis yakni membunuh sultan Khairun di benteng Kastela Ternate.

Tangga dalam benteng Kalamata di sisi selatan. Foto: Hilman Idrus
Tangga dalam benteng Kalamata di sisi selatan. Foto: Hilman Idrus

Hal inilah yang menyebabkan Sultan Baabullah murka terhadap Portugis dan mengusir dari tanah Ternate pada tahun 1575. Hengkangnya Portugis dari Ternate, benteng Kalamata kemudian dikuasai oleh kesultanan Ternate hingga tahun 1583. Di tahun yang sama, Sultan Baabullah meninggal dunia, sehingga pada tahun selanjutnya benteng Kalamata diambil alih oleh bangsa Spanyol yang sebelumnya menetap di wilayah Tidore.

Dan pada 1609 Belanda di bawah kendali Gubernur Jenderal Pieter Both berhasil mengambil alih benteng Kalamata dari Spanyol, dan memanfaatkan sebagai basis pertahanan Vereenigne Ostindische Compagnie (VOC) di Ternate.

Benteng Kalamata setelah dikuasai Belanda dan sempat jatuh dalam kekuasaan Tidore yang diperebutkan oleh Sultan Nuku dengan bantuan Inggris. Dan benteng Kalamata kemudian dikuasai Inggris pada 1801. Hanya saja penguasaan Inggris untuk benteng Kalamata tak berlangsung lama, karena pada tahun 1810 benteng Kalamata kembali diduduki Belanda. Dan' pada 1843, Belanda secara resmi meninggalkan benteng Kalamata.

Putri penulis berpose di dalam benteng Kalamata dengan latar gunung Gamalama. Foto: Hilman Idrus
Putri penulis berpose di dalam benteng Kalamata dengan latar gunung Gamalama. Foto: Hilman Idrus

Sejak Belanda angkat kaki dari benteng Kalamata, berlangsung sangat lama benteng Kalamata tidak mendapat perhatian, menyebabkan kondisi benteng mulai tidak terawat dengan baik. Sehingga, abrasi air laut mengakibatkan terjadi kerusakan pada benteng. Untuk itu, demi menjaga objek wisata sejarah ini dari daya rusak yang makin besar, akhirnya pada 1 Juli 1994 pemerintah memutuskan untuk melakukan pemugaran benteng Kalamata.

Proyek pemugaran ini menjadikan benteng Kalamata tetap terlihat terawat dengan baik hingga kini. Bahkan, pembangunan rumah dinas milik dinas pariwisata provinsi Maluku Utara di areal benteng Kalamata yang ditempati staf pada dinas tersebut, untuk menjaga objek wisata ini. Sehingga, dari sisi kebersihan tetap terjaga dengan baik.

Benteng San Jao/Kota Janji

Selain benteng Kalamata di kelurahan Kayu Merah Ternate Selatan. Ada satu benteng peninggalan bangsa Portugis yang berada tak jauh dari benteng Kalamata atau sekitar 2 km dari benteng Kalamata.

Benteng tersebut bernama benteng Kota Janji. Pembangunan benteng ini berdasarkan catatan sejarah dibangun pada kepemimpinan Gubernur Antonio de Brito sekitar tahun 1532 dan diberi nama Fort San Jao yang kemudian dikenal sebagai benteng kota Janji.

Benteng ini berada di kelurahan Ngade kecamatan Ternate Selatan. Ihwal penyebutan nama benteng kota Janji merujuk pada kesepakatan perjanjian yang dibuat sultan Khairun dengan bangsa Portugis kala itu.

Benteng Kota Janji dipotret dari arah utara. Foto: Hilman Idrus
Benteng Kota Janji dipotret dari arah utara. Foto: Hilman Idrus

Namun, perjanjian yang disepakati tersebut, kemudian dilanggar oleh Portugis yang melakukan siasat untuk membunuh sultan Khairun di benteng Nostra Senora del Rosario atau lebih familiar oleh warga adalah benteng Gamlamo/benteng Kastela yang berada di kelurahan Kastela kecamatan pulau Ternate pada tahun 1570.

Sama seperti benteng Kalamata, pembangunan benteng Kota Janji dengan tujuan menjaga keamanan dan antisipasi penyerangan yang dilakukan bangsa Portugis yang berada di Tidore.

Gunung Tidore dipotret dari atas benteng Kota Janji. Foto: Hilman Idrus
Gunung Tidore dipotret dari atas benteng Kota Janji. Foto: Hilman Idrus

Benteng Kota Janji berada di daerah ketinggian sekitar 50 meter di atas permukaan laut. Dibangun di daerah ketinggian, seperti catatan Jalil L.A dan Ujon Sujana tentang Arsitektur Benteng Kolonial di Pulau Ternate yang dipublish Balai Pelestarian Cagar Budaya Maluku Utara menyebutkan bahwa selain bertujuan mengawasi perairan Ternate dan Tidore.

Pembangunan benteng ini juga untuk mengawasi perairan Ternate di bagian selatan yang merupakan jalur pelayaran dari Ternate menuju Ambon maupun sebaliknya.

Papan nama benteng Kota Janji. Foto: Hilman Idrus
Papan nama benteng Kota Janji. Foto: Hilman Idrus

Berbeda dengan benteng Kalamata, Kota Janji merupakan salah satu benteng Portugis yang dengan posisi strategis, karena berdiri di dekat tebing.

Sehingga, benteng ini jika rampung dibangun, praktis secara arsitektur dan view-nya pasti terbilang lebih menarik layaknya benteng Tolukko milik Belanda di kelurahan Toloko kecamatan Ternate Utara, atau seperti benteng Tahula yang dibangun oleh Spanyol di kota Tidore Kepulauan.

Cerita tentang Portugis tidak melanjutkan pembangunan benteng Kota Janji, lantaran terkait insiden pembunuhan sultan Khairun di benteng benteng Gamlamo/benteng Kastela, sehingga Portugis diusir oleh sultan Baabulah dari Ternate. Setelah Portugal angkat kaki dari Ternate.

Benteng Kota Janji dipotret dari arah Selatan. Foto: Hilman Idrus
Benteng Kota Janji dipotret dari arah Selatan. Foto: Hilman Idrus

Dari segi arsitektur, benteng ini disebut menyerupai bintang dengan ujung berbentuk lancip yang diduga sebagai bastion. Selain itu, di benteng ini terdapat dua kolam, yaitu satu kolam berada di tengah-tengah benteng, sementara yang satunya di sisi utara benteng yang kini dikenal sebagai taman.

Pada kolam pertama dihubungkan dengan tangga menuju ke kolam kedua yang berada di tengah atas benteng. Sehingga, jika berada dari sisi utara benteng, kita dapat melihat dengan jelas tangga dari kolam pertama dihubungkan ke kolam kedua.

Kolam di tengah benteng Kota Janji. Foto: Hilman Idrus
Kolam di tengah benteng Kota Janji. Foto: Hilman Idrus

Keberadaan dua kolam di benteng Kota Janji inilah diyakini benteng ini dibangun untuk memantau musuh, serta dimanfaatkan sebagai tempat untuk bersantai, lantaran memiliki view yang sangat menarik. Karena berada di benteng Kota Janji, kita dapat melihat panorama laut yang menakjubkan, terlebih keberadaan pulau Maitara, Tidore, Moti, dan Makin semakin menambah indahnya pemandangan dari benteng Kota Janji.

Selain itu, keberadaan dua kolam di benteng, menurut catatan Jalil L.A dan Ujon Sujana dipublish Balai Pelestarian Cagar Budaya Maluku Utara, dua kolam tersebut kemungkinan difungsikan sebagai tempat pemandian air dingin (kolam di atas benteng) dan tempat pemandian air dingin (kolam di taman). Sistem pemandian ini disebut merupakan bagian dari arsitektur Romawi yang dinamakan thermae atau tempat pemandian yang dijadikan sebagai pusat kehidupan sosial bagi kaum bangsawan.

Gunung Maitara dan Tidore dipotret dari atas benteng Kota Janji. Foto: Hilman Idrus
Gunung Maitara dan Tidore dipotret dari atas benteng Kota Janji. Foto: Hilman Idrus

Berdasarkan catatan Rusli Andi Atjo dalam bukunya: Peninggalan Sejarah di Pulau Ternate (2008), setelah Portugis meninggalkan Ternate, lantaran diusir oleh sultan Baabullah, Benteng Kota Janji lalu diambil oleh bangsa Spanyol, yang kemudian dilengkapi dengan 6 meriam dan dihuni sebanyak 27 orang Spanyol.

Dijadikan sebagai benteng pertahanan oleh Spanyol, sehingga armada-armada milik Spanyol yang datang dari Filipina membawa bahan makanan, amunisi, sering berlabuh di depan benteng Kota Janji apabila kondisi laut teduh.

Tangga turun menuju ke kolam di taman Benteng Kota Janji. Foto: Hilman Idrus
Tangga turun menuju ke kolam di taman Benteng Kota Janji. Foto: Hilman Idrus

Setelah Spanyol meninggalkan Ternate pada tahun 1663 sebagaimana catatan Andi Atjo, benteng Kota Janji kemudian tak terurus. Kondisi tersebut kemudian mendapat perhatian dari pemerintah Indonesia.

Melalui Insus No. 6 tahun 2003, benteng Kota Janji direhabilitasi pada tahun 2005 dengan menghabiskan biaya sebesar Rp 327.286.000, kemudian di tahun 2006, dilanjutkan rehabilitasi dengan menelan biaya Rp 130.000.000.

Pintu masuk ke benteng Kota Janji. Foto: Hilman Idrus
Pintu masuk ke benteng Kota Janji. Foto: Hilman Idrus

Perhatian dari pemerintah inilah yang menjadikan benteng Kota Janji terhindar dari kerusakan, dan dijadikan objek wisata sejarah yang kerap dikunjungi oleh warga.

Terlebih benteng ini berdekatan dengan salah satu restoran terkenal di Ternate, menjadikan benteng ini sering dikunjungi oleh warga dan mengabadikan panorama laut Ternate. (*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun