Mohon tunggu...
Hilman Fajrian
Hilman Fajrian Mohon Tunggu... Profesional -

Founder Arkademi.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Memetakan Nilai dan Masa Depan Digital Agency

9 Agustus 2017   14:44 Diperbarui: 9 Agustus 2017   19:51 2452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(image credit: marketing-mojo.com)

Praktek macam sebenarnya ini sudah sangat lama digunakan dalam penjualan tradisional. Penjual buah kaki lima contohnya. Bila kita membeli rambutan, hampir semua penjual mengizinkan kita mencoba terlebih dulu. Bila cara ini diterjemahkan ke dalam marketing funnel (corong pemasaran), maka strategi penjual buah ini ada di tahap consideration (mempertimbangkan). Kalau mau yang lebih canggih lagi contohnya adalah Go-Jek yang memberikan refferal bonus deposit bagi pemakai awal sehingga bisa mengujicoba layanannya secara gratis, yang diharapkan akan melakukan pembelian/pembayaran (purchase/decision) di masa yang akan datang.

Semua pelaku digital marketing hapal dengan funnel ini: awareness (mengetahui), consideration (mempertimbangkan), decision (memutuskan), retention (kembali), advocacy (menyarankan). Namun ketika value yang kita miliki tidak diinstitusikan dan tak dikemas secara digital agar mampu di-deliver di pintu depan, maka kemungkinan besar kita akan kesulitan membangun tahap awareness dan consideration. 

Dengan mengemasnya dalam bentuk digital, pendistribusiannya juga akan jauh lebih mudah, luas, terukur, dan mudah dioptimasi. Lebih dari itu, bila value tersebut didemonstrasikan secara luas, maka ia bisa menjalani tahap demi tahap validasi untuk dikembangkan lebih jauh --- yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai bisnis kita.

Bila demikian, apakah sebenarnya entitas perusahaan digital marketing seperti media planner/buyer itu? Perusahaan teknologi atau perusahaan marketing/advertising?

Saya berpendapat yang ke-2: perusahaan teknologi bidang marketing/advertising. Kecepatan inovasi dalam arena digital marketing tidak bisa membuat kita hanya jadi pengikut (follower) terus-menerus yang hanya mengandalkan reaksi. Kita mesti turut serta dalam menciptakan kecepatan inovasi itu dan berlaku pro-aktif. 

Kematian Yahoo! mengajarkan kita soal ini: lebih memposisikan diri sebagai perusahaan media periklanan ketimbang perusahaan teknologi membuat mereka tak berdaya di hadapan Google. Terlebih lagi bagi perusahaan digital agency yang menyediakan layanan lebih holistik, posisi sebagai perusahaan teknologi ini menjadi wajib sejak awal.

Memposisikan diri sebagai perusahaan teknologi bagi perusahaan digital marketing juga akan membuat bisnis mereka lebih berkelanjutan karena memiliki kemampuan scale pada teknologi dan mengembangkan pendekatan mereka secara kontinyu. Terlebih lagi, saat ini pun Google Adword tingkat lanjut dan DoubleClick Ad Exchange membutuhkan kemampuan programming. Dengan makin luasnya adopsi machine learning, AI, otomatisasi, dan big data, perusahaan digital marketing mesti terus memperkuat teknologi mereka agar tetap relevan.

Social Lab, startup saya pribadi bidang digital marketing agency, mengalami kesulitan scale karena sangat terbatasnya SDM di Balikpapan/Kaltim untuk mengembangkan teknologi.

DIABAIKANNYA CONTENT MARKETING

Saya adalah inbound marketing believer. Saya percaya bahwa broadcast marketing atau push marketing makin tidak relevan. Digantikan oleh inbound marketing atau pull marketing. Marketer centric berubah menjadi customer centric. Bukan lagi megaphone, tapi magnet. Dalam era surplus informasi, yang kita perebutkan adalah perhatian --- sesuatu yang tak bisa dibeli. Itu sebabnya kita memerlukan cara menciptakan aktivitas marketing yang orang sukai. Caranya adalah mencipakan konten dan konteks yang tepat.

Salah satu cara terpeting mendemonstrasikan value kita di pintu depan adalah berbagi value itu sendiri kepada orang lain. Ada 4 tahap dalam inbound marketing: attract, convert, close, delight. Content marketing berada di tahap pertama, yakni attract atau menarik perhatian. Di tahap ini kita membangkitkan awareness pada masalah yang sedang dihadapi target konsumen, mengedukasi, brain storming, dan menawarkan gagasan akan pendekatan yang kita pilih. Bujukan tak berada di tahap ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun