Mohon tunggu...
Hilman Fajrian
Hilman Fajrian Mohon Tunggu... Profesional -

Founder Arkademi.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mengapa Usaha Kreatif Gagal dan Pendekatan Baru Mengatasinya

24 Mei 2017   13:25 Diperbarui: 24 Mei 2017   18:21 2427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Antara Foto

Hipotesis kali ini membutuhkan sesuatu yang nyata berupa purwarupa. Dalam membuatnya diperlukan intuisi, pengetahuan, atau masukan dari orang sekitar kita. Apapun itu tak masalah. Yang penting kita punya sesuatu untuk diuji. Sebenarnya ada panduan atau metode yang lebih detil untuk menjalani proses ini, tapi terlalu panjang untuk saya tulis di sini.

3. PURWARUPA
Akui saja, setiap kita yang berbisnis pasti diawali dari sebuah tebakan akan selera pasar. Tapi kita seringkali -- bila tidak selalu -- menindaklanjutinya dengan pertaruhan. Kita menganggap jawaban kita pasti benar. Sehingga yang kita lakukan selanjutnya adalah memproduksi dan merilis produk hasil tebakan itu dalam jumlah yang langsung besar dan melempar ke pasar. Anda bukan tiket lotere, maka anda harus berhenti melakukan pertaruhan model ini. 

Dengan membuat purwarupa, kita sudah berhasil menghindari pemborosan amat besar memproduksi sesuatu yang tak pasti dan tak teruji. Tujuan purwarupa kita adalah untuk menguji reaksi target konsumen. Ini sama sekali bukan survei pasar ketika anda datang ke calon pelanggan dan membawa kertas checklist lalu bertanya apa yang mereka inginkan. Tidak. Ini sesuatu yang riil yang berasal dari hipotesis anda sendiri.

Karena masih purwarupa, kita mungkin hanya perlu membuatnya 1-2 buah, secukupnya untuk pengujian. Tidak perlu sempurna, namun bisa mengantarkan pengalaman yang riil kepada calon pembeli, khususnya pada fitur-fitur mendasar sehingga kita bisa mendapatkan reaksi. Purwarupa sebenarnya adalah sebuah ilusi yang tampak realistis, tapi bisa membuat konsumen bertindak secara alamiah dan jujur. Dengan demikian, kita bisa membuat purwarupa dengan cepat dan sangat efisien. Dan ingat, purwarupa adalah sarana kita untuk belajar. Jangan sampai tergoda menghabiskan banyak waktu menyiapkan purwarupa yang bisa membuat anda malah jatuh hati kepadanya.

Kita akan membawa purwarupa ini kepada target konsumen dan menjalankan serangkaian ujicoba. Ingat, datanglah ke target konsumen. Jangan datang ke keluarga atau kenalan karena hasilnya bisa sangat bias. Tawarkan secara terang-terangan atau dengan cara tersembunyi. Misalnya anda menggantungkan purwarupa ke deretan gantungan suvenir di toko rekanan dan berpura-pura menjadi penjual. Lihat reaksi calon pembeli ketika membandingkan suvenir itu dengan suvenir-suvenir lain. Atau mungkin memberi dorongan kecil agar purwarupa itu tampak jelas atau diinteraksikan. Lihat reaksinya. Bila mereka ingin membeli, katakan itu hanya bahan ujicoba. Setelah itu mintalah umpan balik dari mereka melalui pertanyaan dengan jawaban bebas: apa, mengapa, siapa, dimana, kapan, bagaimana.

Bila purwarupa berhasil mendapatkan reaksi ketertarikan yang jujur, bahkan sampai hendak dibeli, plus mendapat umpan balik; anda berhasil. Kini saatnya mengembangkan purwarupa itu ke dalam proses produksi dan menyempurakannya berdasarkan hasil umpan balik. Bila gagal, buang purwarupa itu. Ulangi lagi prosesnya dari awal sampai anda berhasil menggunakan informasi umpan balik.

Di titik ini kita sudah bisa membayangkan bagaimana kegagalan bisa dirancang, dikontrol, dan dimanfaatkan hasilnya untuk kesuksesan. Yang pasti, proses ini tidak menghabiskan uang banyak dan waktu yang panjang. Metode ini membuat kita bisa memperlakukan bisnis bukan sebagai pertaruhan hidup-mati, tapi pembelajaran. Bila kawan saya tadi memiliki modal Rp 10 juta, ia hanya harus menghabiskan Rp 100-200 ribu per purwarupa untuk diuji. Anggaplah ia baru berhasil di purwarupa yang ke-10, maka modalnya hanya habis Rp 2 juta atau seperlima. Setelah itu ia bisa menggunakan sisa modalnya untuk memproduksi produk yang sudah tervalidasi. Kalau 10 purwarupa belum juga gagal, kemungkinan besar memang ada yang salah secara mendasar dan membuat kita harus kembali ke pertanyaan nomor 1.

3. BATCH KECIL
Anda ingin berdagang kuliner dan merasa resep rahasia sayur lodeh nenek buyut anda begitu dahsyatnya. Maka anda ingin bangun restoran. Anda tak mau kecil-kecilan dulu, maunya langsung besar (gengsi dong kalau kecil). Minimal 10 meja. Anda perlu modal besar yang tak anda miliki. Maka anda pergi ke bank dan 'menyekolahkan' sertipikat rumah. Restoran berdiri, pengunjung sepi, setahun tutup, rumah hilang. Terdengar familier?

Saya punya teman sejak SMA, Umy Novita namanya. Dulu ia bekerja sebagai staf di sebuah sekolah internasional di Balikpapan. Suatu hari ia keluar karena ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga dan memulai usaha sendiri. Umy pandai membuat kue. Ia menerima banyak pesanan kue yang dipromosikan dari mulut ke mulut atau media sosial. Ia tak punya toko kue, semuanya dikerjakan di rumah dan dibantu oleh keluarga. Kue yang ia buat hanya berdasarkan pesanan. Merk usahanya bernama Bakul Wadai (bahasa banjar: kue).

Tiba hari dimana Umy melakukan lompatan: menjual burger sebagai produk khas. Merknya Burger Si Lamak (bahasa banjar: gemuk). Usahanya tetap home kitchen dan memproduksi sesuai pesanan. Sampai suatu saat pesanan begitu banyaknya dan konsumen makin menuntut adanya kios. Akhirnya dia menyewa sebuah kios kecil di sentral kuliner di Balikpapan. Dari hanya 1 menu burger, kini Umy punya beberapa model burger yang ia hadirkan secara bertahap. Bisnisnya ramai. Dan kini  Umy meningkatkan lagi usahanya dengan usaha roti di luar burger, tapi masih home kitchen. Umy memang belum bisa beli mobil sport 7 buah dari hasil usahanya. Tapi Umy sukses menumbuhkan usaha kreatifnya secara sehat dan punya daya tahan.

Resep utama keberhasilan bisnis Umy bukan saos atau patty, tapi kemauannya menjalani usaha secara bertahap mulai dari kecil dan terus mengendalikan risiko. Ia menjalankan usaha yang membuatnya bisa tetap lincah dan mampu mendeteksi kesalahan dengan segera. Umy is smart. Be like Umy.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun