Mohon tunggu...
Hilman Fajrian
Hilman Fajrian Mohon Tunggu... Profesional -

Founder Arkademi.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Jalur Cepat Ekosistem Mobil Listrik

30 Desember 2015   11:45 Diperbarui: 30 Desember 2015   11:45 769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana hal ini bisa diterapkan di Indonesia?

Paling mudah adalah tinggal mencontoh saja yang sudah dilakukan negara lain di atas. Regulasi-regulasi baru juga mesti turut dihadirkan. Seperti mewajibkan angkutan umum menggunakan kendaraan listrik, mal dan perkantoran wajib sediakan charging spot dan tempat parkir khusus, serta membiayai penelitian kendaraan listrik. Regulasi juga diperlukan bagi industri otomotif existing dengan mewajibkan memasarkan kendaraan listrik sekian persen dari total yang dijual per tahun. Insentif berupa keringanan pajak bukan saja bisa diberikan ke industri yang memasarkan kendaraan listrik, tapi juga pengguna kendaraan listrik. Dengan demikian, permintaan bisa tercipta karena kendaraan listrik adalah bisnis yang seksi bagi industri dan menjanjikan banyak keuntungan bagi pemiliknya.

[caption caption="Tempat parkir dengan fasilitas pengisianulang baterai mobil listrik di Norwegia. (sumber: inhabitat.com)"]

[/caption]

[caption caption="Tempat parkir dengan fasilitas pengisianulang baterai listrik secara nirkabel. (sumber: bu.edu)"]

[/caption]

OTOMOTIF DALAM OPEN PLATFORM DAN BELAJAR DARI TIONGKOK

"Kita tidak bisa lagi menjalankan industri otomotif dengan cara lama," ucap Bill Ford, Executive Chariman raksasa otomotif Ford.

Ford tahu benar apa dampak industri otomotif bagi peradaban, baik dan buruknya. Kendaraan itu mahal, bahkan aset terbesar kedua rumah tangga. Emisi kendaraan bermotor adalah salah satu penyumbang terbesar pencemaran. Memelihara kendaraan juga tidak murah: harga BBM kian tinggi dan tidak stabil karena sifatnya yang tak terbarukan. Sementara jalan makin macet dan biaya parkir mahal. Tapi, rata-rata penggunaan kendaraan di dunia hanya 1 jam per hari. Sisanya dihabiskan di tempat parkir atau garasi.


Namun punya kendaraan itu menyenangkan. Karena ia tak sebatas alat transportasi pribadi, tapi kebebasan mobilisasi dan status sosial. Tingginya mobilitas dan pertumbuhan ekonomi tidak sebanding pertumbuhan jalan. Di Indonesia pertumbuhan penjualan mobil 1,2 juta unit dan sepeda motor 10 juta unit per tahun. Perlu dibangun lebih banyak jalan dan BBM untuk dibakar. Di negara berkembang luas jalan sudah 40% dari kawasan urban dan pasti meningkat. Betapa berat beban bumi kita, ekonomi masyarakat dan nasib masa depan.

Itu sebabnya industri otomotif berlomba-lomba menciptakan produk ramah lingkungan dan hemat energi. Standar kelayakan yang ditetapkan oleh organisasi otomotif juga makin tinggi dalam aspek keramahan lingkungan.

"Tapi, lupakan hybrid," tukas Agassi.

Ia katakan, satu-satunya kendaraan yang bebas emisi yang sejati untuk masa depan adalah yang bertenaga listrik. Agassi bertaruh harga komponen mobil listrik, terutama baterai, tak lama lagi akan murah. Keterjangkauan harga dan biayanya akan mengalahkan mobil berpembakaran meski harga minyak bumi jatuh.

"Dalam satu dekade ke depan, biaya produksi BBM akan lebih mahal ketimbang memproduksi listrik untuk kendaraan," sergah Agassi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun