Perlu diingat, cinta yang melukai orang lain bukan cinta, itu ego. Perasaan yang tumbuh di atas reruntuhan kepercayaan orang lain bukan anugerah, itu dosa sosial. Dan menyebutnya sebagai "takdir" atau "jalan Tuhan" adalah bentuk penistaan terhadap akal sehat.
Sudah cukup kita memaklumi perasaan yang merusak. Jika kamu tahu seseorang sudah punya pasangan, jangan ikut-ikutan menciptakan "vibes" yang membuat dia dan rekan kerjanya terlihat seperti pasangan. Jangan menjadi bagian dari pelicin jalan menuju pengkhianatan.
Sudah saatnya kita dewasa. Dunia kerja bukan tempat bermain cinta-cintaan murahan yang bisa menghancurkan komitmen orang lain. Sudah terlalu banyak hubungan yang rusak karena candaan iseng yang dianggap lucu. Sudah terlalu banyak hati yang hancur karena perselingkuhan yang bermula dari "cuma dijodohin".
Jika kita ingin menjadi masyarakat yang sehat, produktif, dan bermartabat, kita harus belajar menahan lidah dari perjodohan sembrono. Kita harus belajar menahan tawa saat candaan itu berpotensi merusak. Karena satu candaan hari ini, bisa jadi luka yang tak sembuh selama bertahun-tahun di hubungan orang lain.
Mari jaga etika. Jaga mulut. Dan jaga dunia kerja dari racun bernama "perselingkuhan yang dinormalisasi".
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI