Mohon tunggu...
Hillary Liaw
Hillary Liaw Mohon Tunggu... -

Berambisi untuk memecahkan misteri di atas bumi :D

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dulu, Sekarang, dan Selamanya

3 Januari 2018   22:45 Diperbarui: 3 Januari 2018   22:54 1405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku seorang gadis yang masih tergolong baru di dunia ini. Menginjak tahun ke-17 di hidupku, tidak banyak pengalaman yang sudah kualami, bila dibandingkan dengan orang lain. Hidup yang seputar sekolah dan rumah, tidak banyak yang bisa seorang gadis biasa alami.

Kehidupan yang monoton. Semua orang, baik itu teman sekolahanku, tetanggaku, bahkan kalian semua, pasti berpikir begitu. Tapi, kehidupan yang monoton ini adalah suatu rutinitas yang amat sangat kunikmati, cukup karena keberadaan seorang wanita perkasa, kuat, anggun, dan spesial di hidupku.

Ibuku.

Wanita yang selalu kupanggil dengan sebutan 'Mama'.

Dengan kedua tangannya yang berkeriput dan kasar, Mama menciptakan seorang sosok Hillary ini. Hari demi hari berlalu, tahun demi tahun berganti, Mama terus membuat mukjizat yang penuh cinta dan kasih sayang. Mukjizat yang kukenal dengan pengalaman terindah di hidupku yang sederhana ini.

Waktu aku masih umur 4 tahun, aku dan keluargaku pergi bermain di kolam renang dekat rumah. Kecil dan menggemaskan, aku sangat gembira dan tak sabar untuk menciprat-cipratkan air pada kakakku. Setibanya di kolam renang yang kebetulan hari itu sepi, kami langsung melompat ke dalam kolam renang. Tentu saja, di bagian yang dangkal.

Mama duduk di kursi panjang di sebelah kolam. Sambil berlindung di bawah parasol, Mama menikmati sejuknya udara sore yang adem-adem nikmat itu.

Sedangkan aku dan kakak menciprat-ciprat air ke satu sama lain. Karena waktu itu kami belum bisa berenang, kami hanya berani bermain di bagian dangkal. Setelah bosan bermain di air, kami pun keluar dari kolam dan mulai kejar-kejaran di pinggir kolam yang berbentuk lingkaran itu.

Aku berlari dan kakakku mengejarku di belakang. Kalau bermain kejar-kejaran, pasti yang dikejar berlari sekencang mungkin agar tidak dikejar, ya kan? Itu pula yang kulakukan. Aku berlari sekencang mungkin, sambil mata terarah ke kakakku yang mengejarku. Tahu-tahu, aku sudah di dalam air. Tenggelam.

Sampai kapanpun aku hidup, aku tidak pernah dan tidak bisa melupakan apa yang terjadi sesudah itu. Aku masih ingat, ketika aku sudah merasa lelah di bawah air, pandanganku mengabur, ada sebuah bayangan besar dan tinggi mengangkatku dari bagian kolam yang dalam itu. Kakakku menangis dan menjerit seperti anak hilang, dan sosok bayangan itu, Mama, menyelamatkanku dengan segala akal yang Mama miliki.

Bisa dibilang, aku dilahirkan oleh Mamaku 2 kali. Ketika aku keluar dari Rahim Mama, dan ketika aku dihidupkan lagi di kolam renang itu.

Mama adalah sosok wanita yang sangat kuat dan tegar di hatiku karena Mama tidak pernah menangis di depanku. Aku tidak pernah sekalipun melihat Mama menangis, dan ketika aku melihatnya, aku semakin yakin bahwa Mamaku sungguh perkasa.

Sebagai seorang anak yang terlahir di keluarga yang ekonomi biasa-biasa saja, uang yang keluargaku miliki pas-pasan untuk membayar pengeluaran sehari-hari dan uang sekolah. Apabila ada bonus buat, kata Mama, "Kebutuhan penting lain."

Aku yang kecil dulu tidak tahu menahu apapun. Tentang ekonomi keluarga kita baru kuketahui ketika aku sudah cukup dewasa. Aku yang kecil dulu selalu hidup bahagia dan naif, dengan pikiran bahwa 'keluargaku kaya'. Aku yang kecil dulu tidak pernah khawatir dengan uang dan harta, karena aku yakin keluargaku memiliki segalanya.

Suatu malam hari, seperti biasanya, aku bilang good night ke Mama. Mama mencium keningku dan melambai-lambaikan tangannya ke aku. Lalu aku naik ke lantai atas, masuk kamar, dan tidur. Dan seperti biasanya pula, tidurku nyenyak dan pulas.

Di tengah tidurku, aku terbangun. Entah karena mimpi buruk atau apapun, tiba-tiba aku membuka mata seperti orang terkaget. Setelah itu, aku berusaha tidur lagi, tapi tidak bisa. Ya sudah, aku turun ke lantai bawah, dengan rencana mau minum air dulu baru tidur lagi. Ketika aku turun, aku menyadari bahwa lampu ruang keluarga masih menyala.

Biasanya Mama akan mematikan semua lampu dan listrik sebelum Mama tidur. Karena tidak biasa, aku coba mencari tahu. Siapa tahu ada pencuri atau kriminal masuk ke rumah. Dengan pelan, aku berjalan ke arah pintu.

Sesampainya di depan pintu, aku mengintip ke dalam ruang keluarga. Di dalamnya, adalah seorang wanita yang sangat familier, sedang menangis. Di tangannya, ada selembar kertas yang tidak kuketahui isinya. Sambil menangis, Mamaku menggumamkan beberapa kata, seperti 'Uang', 'Hillary', dan 'Naik'.

"Oh... Uang sekolah naik...." pikirku.

Saat itu, beragam perasaan muncul di diriku. Sedih karena melihat Mamaku, yang kukenal sebagai sosok wanita besi dan selalu ceria, saat itu menangis. Bingung karena kondisi ekonomi keluargaku harusnya sangat berkecukupan alias kaya raya.

Lupakan minum, aku langsung kembali ke kamar dan tidur, dengan macam-macam pikiran di kepalaku malam itu.

Keesokan paginya, Mama sudah siap dengan sarapan di atas meja. Aku dan kakakku duduk dan melahap sarapan nasi goreng kami. Waktu itu, aku sudah siap untuk bertanya pada Mama, "Ma, kemaren Mama nangis kenapa Ma?" Mulutku sudah terbuka, dan pertanyaan itu sudah siap keluar, ketika tiba-tiba Mama bilang, "Nanti pulang sekolah ke Mall yuk."

Aku langsung menutup mulut. Mataku menyipit, hingga kedua alis menyatu jadi satu. Kakakku sudah menjawab sambil menjerit Yok Yok Yok. Sedangkan aku, duduk diam sambil terbingung-bingung. Karena waktu itu, aku berpikir, keluarga kita tidak sekaya yang kubayangkan selama ini. Apa yang barusan dikatakan Mama, jelas bukan sesuatu yang dilakukan keluarga sederhana, karena hari Minggu lalu, kami baru saja jalan-jalan ke Mall.

Melihat aku yang biasanya langsung antusias ketika menyebut Mall kali ini tidak ada respon, Mama mencubit pipiku sambil berkata, "Hill, mau ke Mall?"

Aku membalas dengan anggukan.

Di perjalan ke sekolah, aku terus berpikir, "Sebenarnya apa yang benar?"

Sekarang bagiku, semuanya sangat jelas. Apa yang Mama lakukan semuanya karena Mama cinta dengan aku dan kakakku. Meskipun saat itu kondisi keluarga kami tidak baik, apalagi dengan uang sekolahku yang naik, Mama tetap berusaha untuk membuat segalanya terlihat 'normal' di depanku dan kakakku.

Uang bonus yang Mama dapat? Untuk kebutuhan penting lain?

Sekarang aku juga paham maksud Mama, 'untuk kebutuhan penting lain'. Maksud Mama adalah, hal-hal yang diinginkan oleh aku dan kakakku, entah itu buku tulis warna-warni bergambar Princess, bolpen Power Rangers, tas sekolahan mirip koper, dan barang-barang lainnya.

Semuanya yang Mama pikirkan tiap hari adalah aku dan kakakku. Sampai sekarang, ketika kakakku kuliah di luar kota, yang dipikiran Mama selalu, "Kakak sudah makan belum ya? Kakak mainan komputer lagi ya? Kakak sekolahnya bagaimana?"

Sepenggal pengalaman singkat itu tidak bisa menceritakan betapa cintanya Mama ke aku dan kakak. Maka, dari segenap cintaku, kutuliskan sebuah puisi sederhana untuk Mama.

Mama

Mama,

Kala aku di tengah hujan badai berderu

Kaulah payung yang melindungiku

Di kala salju nan dingin membeku

Kaulah mentari yang menghangatkan daku

Mama,

Segala dirimu akan kujiwai selalu

Di dalam hati, tindakan, dan segenap memoriku

Aku cinta Mama seumur hidupku

Terima kasih Ma, I Love You

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun