Mohon tunggu...
Hildawati Septiani
Hildawati Septiani Mohon Tunggu... Akuntan - Karyawan Swasta

Travelling - Writing "Hidup adalah gerak" "Gerak adalah maju, berjuang, naik gunung, turun gunung, naik lagi"

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Gunung Parang, Pengalaman Pertama Mendaki Gunung dengan Bantuan Tangga Besi

1 Maret 2023   08:00 Diperbarui: 1 Maret 2023   08:00 1421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Halo kompasianer,

Sudah lama sekali aku tidak berbagi pengalaman dengan kalian. Dan kali ini aku mau berbagi pengalaman baru, membuat candu, yang pastinya sangat menantang dalam hidup. Sebuah pengalaman baru dalam menikmati keindahan alam dengan cara yang berbeda, yakni menikmati keindahan alam Purwakarta dengan bantuan Ferrata di Gunung Parang.

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Apa sih Ferrata itu?

Jadi, via ferrata adalah jalur pendakian dengan bantuan besi yang menyerupai anak tangga, yang ditancapkan pada tebing, salah satunya pada gunung parang, merupakan jalur ferrata tertinggi di Asia Tenggara yang memiliki ketinggian 963 M. Gunung parang terletak di Desa Sukamulya, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Gunung parang via ferrata berhasil memberikan sensasi yang memacu adrenalin saat mendaki. Bagi saya, sensasi paling merinding adalah ketika menuruni tebing. Tebing ketika turun lebih tegak lurus dengan tingkat kesulitan yang tinggi karena kita diharuskan fokus melihat anak tangga besi di bawah, jangan sampai lieur.

ODT Backpacker Jakarta #29/Dok Pribadi
ODT Backpacker Jakarta #29/Dok Pribadi

One Day Trip Gunung Parang via Ferrata 300 M bersama backpacker Jakarta

Perjalanan saya dimulai dari meeting point di sekretariat backpacker Jakarta, dengan peserta kurang lebih 35 orang. Awalnya saya mendaftar sendiri, namun ternyata ada 6 orang teman saya dari grup komunitas backpacker jakarta #43 yang juga ikut trip ferrata. 

Pukul 00:06 kami berangkat dari cawang uki, lalu tiba di basecamp pukul 03:35. Menjelang matahari terbit kita disarankan untuk melanjutkan tidur. Namun, karena saya tidak bisa kembali tidur, saya menyantap mie rebus plus telur. Lalu saat orang-orang sudah bangun kemudian sarapan, saya pun ikut sarapan lagi, memesan nasi goreng, hehehe pagi itu saya sudah makan dua kali. Karena tubuhku butuh tenaga ekstra untuk menaklukkan ferrata.

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Pukul 06:00 matahari terbit membantu menyinari jalur ferrata untuk menampakkan keindahannya. Lalu kami bergegas untuk memakai safety equipment yang dibantu oleh guide disana. Karena perjalanan ferrata yang cukup ekstrim, diwajibkan memakai safety equipment yang sudah disediakan, seperti helm, seat harness, dan carabiner. Untuk cara penggunaanya akan dijelaskan sebelum mulai naik oleh kang Baban.

Dan jangan lupa membawa sarung tangan, memakai sepatu yang nyaman namun tidak disarankan memakai sepatu yang memiliki tapak botak, karena takut licin saat memijak besi atau telapak kaki akan terasa sakit. Kemarin saya sangat nyaman memakai sepatu gunung, tidak terasa berat, namun sangat safety saat kaki menginjak besi. 

Saya memakai sarung tangan yang tidak full finger. Namun, jika jari tangan tidak ingin mudah terluka disarankan memakai full finger. Kemudian untuk outfit, apalagi untuk cewek-cewek nih ya, supaya foto makin kece dapat menggunakan manset yang dipadukan dengan kaos. Karena menggunakan manset, tangan lebih fleksibel untuk bergerak.

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Pukul 07:45 kami menuju kaki tebing Gunung Parang. Namun, kita sempat berhenti sejenak untuk briefing dengan ditemani pemandangan alam yang begitu indah, seperti foto diatas. 

Kita mulai menaiki tangga besi pukul 08:20 satu persatu dengan perjalanan yang santai. Jalur menuju 300 meter terdapat jalur yang horizontal untuk kita bersantai sejenak. 

Jalur horizontal terlihat mudah, namun terkadang saya sedikit tremor ketika berpindah pijakan yang berada di pojok tebing seperti memutar. Sering mengucap “aduh” tapi setelahnya dilanjutkan dengan “semangat hil! fokus! fokus!”. 

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Setelah sampai di ketinggian 300 meter, tempat ternyaman menurut saya adalah seperti foto diatas. Berdiri diatas besi, bersandar pada badan tebing, serta menatap keindahan alam purwakarta yang dipaparkan jelas didepan mata. Belum sampai di puncak parang 900 meter saja pemandangannya sudah sangat indah, bagaimana jika berada di puncaknya? Wah, mungkin next time perlu coba.

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Setelah berdiri beberapa menit, waktunya untuk berfoto bersama, sebuah momen yang wajib diabadikan. Pengambilan foto dilakukan oleh beberapa guide kita yang sudah standby di beberapa spot foto. Kemudian kita akan diarahkan bagaimana cara bergaya yang keren, alhamdulillah guide kita sangat handal dalam mengambil foto dan  sangat ramah-ramah sekali, rating dari saya 10/10. 

Setelah menikmati alam dari ketinggian 300 meter, waktunya kembali turun dengan menuruni jalur besi kembali. Turun dengan jalur besi adalah moment yang paling mengerikan bagi saya. Belum sampai setengah perjalanan, pinggang mulai terasa pegal, dan betis mulai terasa kencang. Seringkali melihat ke belakang untuk mencari jembatan sebagai patokan kalau sudah dekat dengan permukaan tanah.

Pukul 11:33 saya dan dua teman saya berhasil turun, seketika kaki seperti berkata “plis jangan bergerak, saya sangat capek”. Dan ketika saya melihat pijakan besi-besi yang saya lalui tadi, wah gak nyangka ternyata cukup ekstrim, dan ternyata saya bisa melaluinya. Please, give me a round of applause, hehe.

Kami bertiga langsung bergegas menuju basecamp sekitar 10 menit untuk turun, melewati beberapa anak tangga dengan kaki tremor. Capek, haus, lapar, bersamaan ketika itu. Ingin berlari, tapi apalah daya kaki tidak bisa ditekuk, berjalan seperti robot dengan berpegangan pada pagar tangga.

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Sampai di basecamp, melihat makan siang dengan lauk ayam, tahu, tempe, sambal, sayur asem yang sudah disajikan ibu penjaga warung. Bergegas mandi sebelum antri panjang dan lanjut menyantap masakan warga desa sukamulya. Dan untuk di lingkungan basecamp sendiri, menurut aku sangat bersih, dan juga toiletnya cukup besar . Tempat yang benar-benar sangat nyaman untuk kita istirahat.

Cerita perjalanan Gunung Parang via Ferrata (19 Februari 2023) ditutup dengan kulineran sate maranggi sore hari di Purwakarta. Cukup sampai disini cerita perjalanan saya dalam menaklukkan trekking ferrata. Dan setelah ini saya akan kembali berbagi pengalaman perjalanan (26 februari 2023) namun masih seputar Purwakarta hanya berbeda tempat. Mungkin bisa disebut seperti “Menikmati alam Purwakarta dari sudut pandang yang berbeda”. 

Semoga setelah membaca pengalaman saya ini, kalian juga bisa menaklukkan Gunung Parang via Ferrata ya guys. Semangat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun