Mohon tunggu...
hilda fatikasari
hilda fatikasari Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya menyukai seni, memotret, menulis, menggambar dan lain lain

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Rendahnya literasi pada siswa sekolah dasar meningkatkan tingkat kewaspadaan terhadap disleksia

8 Oktober 2025   09:43 Diperbarui: 8 Oktober 2025   09:43 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Literasi merupakan kemampuan dasar yang sangat penting untuk dikuasai sejak dini, terutama bagi siswa sekolah dasar (SD). Kemampuan membaca dan menulis menjadi fondasi utama agar anak mampu memahami berbagai materi pembelajaran di sekolah. Namun, kenyataannya masih banyak siswa SD di Indonesia yang mengalami rendahnya tingkat literasi. Masalah ini tidak hanya menghambat perkembangan akademik mereka tetapi juga berpotensi menimbulkan risiko gangguan belajar seperti disleksia. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap disleksia sebagai salah satu konsekuensi dari rendahnya kemampuan literasi pada anak-anak usia sekolah dasar.

Rendahnya literasi pada siswa SD memberikan dampak negatif yang cukup serius. Anak-anak yang tidak mampu membaca dengan baik akan kesulitan mengikuti pembelajaran dan menimbulkan rasa frustrasi yang berujung pada penurunan motivasi belajar. Hal ini kemudian dapat memperburuk kondisi jika anak tersebut memiliki disleksia, yaitu gangguan belajar yang ditandai dengan kesulitan mengenali tulisan dan lambang bunyi meskipun memiliki intelegensi normal.

Berdasarkan data terbaru pada tahun 2025, prevalensi disleksia di Indonesia diperkirakan mencapai 0,96% hingga 1% dari total siswa sekolah dasar. Angka ini menunjukkan bahwa satu dari seratus siswa berpotensi mengalami gangguan belajar yang memerlukan perhatian khusus. Rendahnya literasi sering kali menjadi tanda awal yang harus diwaspadai sebagai indikasi disleksia. Oleh sebab itu, dilakukan berbagai upaya untuk mendeteksi dan menangani disleksia sedini mungkin agar anak-anak tidak mengalami kesulitan belajar yang berkepanjangan.

Menurut penelitian oleh Ansya (2023) dan Hidayati (2024), masalah literasi di Indonesia dipengaruhi oleh faktor kurangnya fasilitas belajar yang memadai serta minimnya pelatihan guru dalam menangani anak dengan kesulitan membaca. Lebih lanjut, Thompson et al. (2015) dan Hebert et al. (2018) menegaskan bahwa anak dengan disleksia memerlukan pendekatan pembelajaran yang berbeda agar mereka dapat beradaptasi dan meningkatkan kemampuan literasinya.

Rendahnya literasi pada siswa sekolah dasar tidak hanya menghambat pembelajaran tetapi juga meningkatkan risiko gangguan belajar seperti disleksia. Data menunjukkan bahwa prevalensi disleksia cukup signifikan sehingga perlu menjadi perhatian serius bagi tenaga pendidik dan orang tua. Deteksi dini dan intervensi yang tepat sangat dibutuhkan untuk membantu siswa mengatasi kesulitan membaca sekaligus meningkatkan literasi mereka. Oleh karena itu, sinergi antara sekolah, keluarga, dan pemerintah sangat penting dalam meningkatkan kemampuan literasi sekaligus melakukan pencegahan dan penanganan terhadap disleksia sejak awal.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun