Mohon tunggu...
Hikaru
Hikaru Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Telkom University

Hobi memasak dan bermain game

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Alat Musik Tradisional: Angklung

11 November 2023   12:00 Diperbarui: 11 November 2023   12:13 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pin.it/4FajuuO

Selamat datang! Kalau ngobrolin tentang musik pasti tidak ada ujungnya, karena dari jaman dulu masyarakat Indonesia sangat gemar sekali  bernyanyi dan bermain alat musik. Alat musik jenisnya berbagai macam, ada musik tradisional dan musik modern. Untuk saat ini, saya ingin membagikan pengalaman saya saat berkunjung ke Museum Sri Baduga yang berlokasi di Bandung. Museum Sri Baduga dikatakan berisikan bermacam-macam barang yang bersejarah di sepanjang Jawa Barat. Di sana cukup banyak alat musik tradisional ada gong, kendang, suling, bonang, peking, angklung, dll. Saya tertarik untuk membahas alat musik angklung, karena saat ini saya sedang berada di tanah Sunda jadi rasa ingin tahu saya mengenai tempat tinggal yang baru ini cukup tinggi. 

Angklung diketahui sebagai alat musik tradisional yang berkembang di wilayah Sunda atau  Jawa Barat. Cara memainkan Angklung pada umumnya berbeda dengan alat musik lainnya. Angklung dimainkan dengan cara digoyang atau digetarkan. Sejarah Angklung dimulai di Sunda. Pada tradisi Sunda dahulu, alat musik angklung digunakan dalam berbagai acara, khususnya festival pertanian. Saat itu, angklung disebut Dewi Sri, sosok yang digambarkan sebagai dewi kesuburan yang memberkati tanaman padi agar subur dan sejahtera bagi masyarakat. Dilansir dari CNN Indonesia, Kata angklung berasal dari bahasa Sunda "angkleung-angkleung", yang artinya gerakan pemain dengan mengikuti irama. Sementara kata "klung" adalah suara nada yang dihasilkan instrumen musik tersebut. Jika kalian pernah menonton pentas pertunjukan angklung, suara yang keluar dari angklung sangat merdu dengan tangga irama yang padahal secara bersamaan angklung tersebut digoyangkan beramai-ramai namun terdengar sangat ceria. 

Sebenarnya cara bermain angklung tidak begitu sulit, cukup pegang kerangka angkung yang bagian atas dan goyangkan bagian bawahnya agar mengeluarkan suara. Namun, sebenarnya ada 3 cara menggunakan angklung, yaitu:

  1. Kerulung atau getar, ini adalah cara atau teknik paling umum yang sudah dijelaskan di atas. 

  2. Centok atau sentak, pada teknik ini tabung ditarik dengan cepat oleh jari ke telapak tangan, sehingga angklung akan berbunyi sekali saja seperti suara yang menghentak.

  3. Tengkep, pemain angklung menggetarkan salah satu tabung, sementara tabung pada bagian lain ditahan sehingga tidak ikut bergetar dan hanya menghasilkan satu suara saja.

Biasanya, untuk memainkan sebuah lagu menggunakan aransemen angklung, diperlukan banyak peserta dan seorang konduktor yang akan memimpin pembagian nada. Setiap pemain akan menerima antara satu sampai empat angklung dengan nada yang berbeda. Setelah itu, konduktor akan menyiapkan partitur lagu untuk dipentaskan, dan setiap pemusik diharuskan memainkan angklung sesuai dengan nada dan irama yang diminta oleh konduktor. Pemain angklung harus memperhatikan konduktor agar permainan angklung kompak dan tidak ada salah nada ketika menggoyangkan, setakan, dan tengkepan.

https://pin.it/2qvqlqV
https://pin.it/2qvqlqV
Setelah membahas adanya beberapa nada dalam angklung, ternyata angklung juga memiliki jenis. Ada beberapa jenis angklung, diantaranya:
  1. Angklung Kanekes, yang berasal dari Baduy dan digunakan hanya saat upacara menanam padi.

  2. Angklung Reog, angklung ini digunakan untuk mengiringi tarian Reog Ponorogo di Jawa Timur. Umumnya suara angklung ini berbeda dengan angklung yang biasa, kali ini suaranya lebih keras dan hanya memiliki 2 nada.

  3. Angklung Dogdog Lojor, Dogdog Lojor sendiri adalah sebuah tradisi penghormatan kepada tanaman padi. Angklung jenis ini hanya digunakan untuk ritual tradisi berjalan. Tradisi ini masih dilakukan masyarakat Kasepuhan Pancer Pangawinan atau kesatuan adat Banten Kidul, setiap tahunnya.

  4. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun