Mohon tunggu...
HIJRASIL
HIJRASIL Mohon Tunggu... Administrasi - pemula

menjadi manusia seutuhnya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan Pengejar Fajar

10 November 2018   00:34 Diperbarui: 10 November 2018   01:16 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 Seperti sebuah hajatan besar seluruh tokoh masyarakat di undang, ketua RT, Babinsa, Kapolsek, Ibu-ibu PKK, ketua pemuda, ketua Tani, sampai pengurus masjid tak ketinggalan.

Kehadiran orang-orang di depan kami saat kegiatan sudah di mulai, nampak seperti sekolompok priyai kampung, menunggu di dengungkan ada pundi-pundi kertas bernominal akan jatuh dari ibu kota ke kampung.

Mungkin hari ini sebuah upacara perayaan sekaligus penyambutan kedatangan uang dengan jumlah besar.  mereka hanya memandang dua orang di depan tak lebih hanyalah sapih perahan yang kelak mendatangkan kebahagiaan untuk dompet mereka yang sudah lama kembang kempis.

Tampak dari pandangan aku, seorang perempuan dengan rambut ikal sebahu berkemeja biru di kiri kanannya mengegelantung gelang emas. Namanya ibu miranti, aku tahu namanya saat dia berdiri menyampaikan referensi diri. Sebuah perkenalan hambar, untuk menunjukkan status.

 Sebagai ketua PKK ia sepertinya memberikan daya tarik bagi aku. Gaya bicaranya di alunkan sederhana khas masyarakat kampung tetapi ada semacam ketegasan dari setiap kata-katanya yang keluar.

Aku baru tau pendidikannya hanya sebatas sekolah dasar saat ia mengajak aku dan renaldi bertamu ke rumahnya. Lebih mencengangkan saat aku tahu latar belakang dan seisinya rumahnya. 

Dua anaknya berpendidikan sekolah menegah atas, dan hanya satu melanjutkan kuliah itu pun sebenarnya tidak di setujui ibu mirna, suaminya pun berpendidikan sekolah dasar dan hanya sebagai buruh bangunan. Tetapi rumah di depan aku ini tidak seperti rumah sedarhana atau pun gubuk yang sesuai dengan yang aku bayangkan.

Sambil duduk di sofa terlihat dari luar jendela, seorang perempuan dengan usia sekitara empat puluh tahun lebih, perempuan itu sudah tak asing lagi, dalam benak aku berkata. Sepertinya perempuan paru baya itu yang kemarin aku lihat di pagi hari.

Tiba-tiba dari balik pintu seorang lelaki paru baya, muncul dengan warna kaus memudar. Dia masuk mengobrol dengan kami, dia memperkenalkan diri sebagai adik dari ibu miranti. 

Rumahnya tepat di sebelah rumah ibu miranti. Setelah obrolan kami jeda beberapa menit, lelaki itu menawarkan untuk tinggal di rumahnya bila kami berdua bersedia.

''kalau berkenan biar nanti tinggal saja di rumah pak long",

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun