Mohon tunggu...
Izzah Nuruz Zakiya
Izzah Nuruz Zakiya Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan Nim 23107030015

Saya seorang mahasiswa jurusan ilmu komunikasi di UIN Sunan Kalijaga yang gemar membaca, menulis, menonton film, dan fotografi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dari Kekerasan Verbal Menuju Keadilan Sosial : Peran Komunikasi Profetik dalam Menghadapi Bullying

31 Mei 2025   20:37 Diperbarui: 5 Juni 2025   18:09 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: https://images.app.goo.gl/bhgr5fNRUpDB4iCt5

Kasus bullying semakin marak di tingkat sekolah. Tidak sedikit yang menjadi korban bullying yang mengalami rasa trauma, depresi, hingga luka mental akibat bullying yang didapatkannya. Meskipun pihak sekolah sudah berupaya untuk mencegah bullying ini tidak akan terasa jika pelaku bullying tidak mendapatkan sanksi yang bisa membuat jera. Beberapa korban bullying bahkan ada yang hingga kehilangan nyawa akibat ulah pelaku bullying yang sampai melibatkan kekerasan fisik. 

Mirisnya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Bogor menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. lantaran berdasarkan data dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) mencatat sebanyak 365 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak terjadi sepanjang tahun 2023 dan tahun itu menjadi angka tertinggi dalam berapa tahun terakhir. Meski pada tahun 2024 mengalami sedikit penurunan menjadi 355 kasus, hingga di bulan Januari tahun 2025, sudah tercatat lebih dari 100 kasus kekerasan, dan diperkirakan bisa kembali meningkat jika tidak ditangani secara serius. Kepala DP3AP2KB Kabupaten Bogor, Sussy Rahayu Agustini menyebutkan bahwa bentuk kekerasan yang paling dominan adalah bullying, yang banyak terjadi di lingkungan sosial dan instansi pendidikan.  Sussy juga menyebut bahwa pihaknya telah membentuk satuan tugas perlindungan perempuan di tingkat desa dan kecamatan, serta melakukan pembinaan langsung ke sekolah-sekolah melalui program go to school dan pelatihan guru menjadi pelopor sekolah ramah anak.

Namun, upaya struktural dan kebijakan formal saja belum cukup. fenomena bullying khususnya kekerasan verbal yang kerap dianggap sepele tentunya perlu ditanggapi dengan pendekatan yang menyentuh akar persoalan yaitu hilangnya nilai kemanusiaan, empati dan kesadaran moral. Dalam konteks inilah, komunikasi profetik hadir sebagai pendekatan alternatif yang bisa menyatukan nilai-nilai pembebasan, humanisasi (pemulihan kemanusiaan), dan transendensi (kesadaran spiritual dan moralitas ilahiah). 

Sumber Gambar: https://images.app.goo.gl/rUeVWZnvazfiqJBA6
Sumber Gambar: https://images.app.goo.gl/rUeVWZnvazfiqJBA6

Di balik rutinitas belajar-mengajar di sekolah, masih banyak siswa yang harus menghadapi luka batin akibat perundungan. Bullying, terutama dalam bentuk verbal seperti ejekan, hinaan, dan pengucilan, sering dianggap sebagai candaan biasa. Namun, dampaknya ternyata sangat dalam yaitu menciptakan trauma, menurunkan rasa kepercayaan diri, dan dalam banyak kasus mendorong siswa menarik diri dari lingkungan sosial. Sebagaimana tercatat oleh ketua DP3AP2KB Kabupaten Bogor, bullying merupakan bentuk kekerasan terhadap anak yang paling dominan. Karena, korban tak hanya merasakan sakit secara emosional, tapi juga sering kali tidak berani untuk melapor karena takut dibalas atau dianggap lemah. Hal ini menunjukkan bahwa bullying bukan sekedar persoalan perilaku individual, tetapi persoalan yang membutuhkan pendekatan yang menyeluruh.

Langkah awal yang harus dilakukan dalam menghadapi bullying adalah liberasi atau membebaskan korban dari lingkungan yang menindasnya. Liberasi dalam komunikasi profetik tidak hanya bermakna menyelatkan fisik korban, tetapi juga memberikan ruang aman secara psikis dan sosial. Upaya yang bisa dilakukan melalui

  • Melakukan mekanisme pelaporan kasus yang aman dan cepat: seperti satuan tugas perlindungan perempuan dan anak di sekolah dan desa
  • Intervensi lansung dari pihak sekolah untuk memberikan sanksi edukatif kepada pelaku bukan hanya menghukum
  • Pendampingan untuk korban bullying dengan guru BK, Psikolog, atau petugas yang terlatih yang dapat menjadi tempat berlindung bagi siswa korban bullying

Liberasi mengembalikan rasa aman dan memutus garis ketakutan dan membuka jalan untuk pemulihan yang lebih dalam.

Setelah terbebas dari kekerasan, langkah yang bisa dilakukan berikutnya adalah humanisasi yaitu proses memulihkan nilai kemanusiaan, baik pada korban maupun pelaku. Korban perlu disadarkan bahwa mereka tetap berharga, berhak dicintai, dan punya masa depan. Sementara pelaku tidak boleh hanya di cap "jahat", tapi harus diajak menyadari bahwa setiap manusia memiliki martabat yang wajib dihormati.  Pihak sekolah juga bisa mengambil beberapa langkah konkret berikut:

  • Program Pendidikan karakter dan empati di sekolah
  • Membuat forum anak atau komunitas pelajar yang mengajak siswa aktif menyuarakan kebaikan dan saling mendukung antara satu sama lain.
  • Dialog restorative antara korban dan pelaku yang difasilitasi guru atau konselor untuk membangun kesadaran dan tanggung jawab sosial.

Humanisasi berarti menjadikan sekolah sebagai tempat tumbuh yang memanusiakan semua pihak, menjadi tempat yang aman bagi mental pelajar. Selain itu komunikasi profetik juga tidak berhenti pada aspek sosial dan psikologis saja, tetapi juga menembus ke ranah spiritual. Transendensi berarti menghubungkan persoalan bullying dengan kesadaran ketuhanan dan tanggung jawab moral yang lebih tinggi. Dalam konteks ini

  • Korban diajak untuk tidak merasa kehilangan nilai akan dirinya di hadapan tuhan yang selalu berpihak pada yang lemah dan tertindas
  • Pelaku juga diingatkan bahwa tindakan merendahkan orang lain bertentangan dengan prinsip agama dan kemanusiaan secara menyeluruh

Sumber Gambar: https://images.app.goo.gl/mdNwp1VUHDtv3SGV7
Sumber Gambar: https://images.app.goo.gl/mdNwp1VUHDtv3SGV7

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun