Mohon tunggu...
Hidayat
Hidayat Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bung Hatta, Teladan Generasi Milenial Indonesia

21 Agustus 2017   19:39 Diperbarui: 21 Agustus 2017   20:10 1827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terima kasih, Sang Proklamator Bangsa

Tak akan pernah gentar melawan penjajah bangsa

Walau semangat jadi keringat, dan tekad jadi darah

Semua dilakukanya, untuk INDONESIA

Demikian lah satu bait puisi yag pantas menggambarkan kontribusi Bung Hatta untuk Indonesia, kita para generasi penerus bangsa hanya tinggal menikmati dan meneruskan perjuangan beliau. Jasa dan pengorbanan beliau, takan lekang oleh waktu. Kini, sekarang, dan selamanya kan selalu diingat dan dikenang keteladanan beliau.

Ketika membaca sekilas mengenai biografi beliau, saya terinspirasi sebagai anak muda yang baru berusia 18 tahun, untuk tetap melanjutkan perjuanganya. Tekadnya, kontribusi nya, totalitas nya, dan semangat nya dalam mencari ilmu amat menginspirasi yang membaca biografi beliau.

Siapa yang tidak mengenal salah satu pahlawan atau tokoh Proklamator Indonesia ini bersama Presiden Soekarno. Sangat bersahaja dan sederhana hingga akhir hayatnya ini itulah sosok Mohammad Hatta yang lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi.

Masa Studi di Negeri Belanda
Pada tahun 1921 Hatta tiba di Negeri Belanda untuk belajar pada Handels Hoge School di Rotterdam. Ia mendaftar sebagai anggota Indische Vereniging. Tahun 1922, perkumpulan ini berganti nama menjadi Indonesische Vereniging. Perkumpulan yang menolak bekerja sama dengan Belanda itu kemudian berganti nama lagi menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).

Pada tahun 1926, dengan tujuan memperkenalkan nama "Indonesia", Hatta memimpin delegasi ke Kongres Demokrasi Intemasional untuk Perdamaian di Bierville, Prancis. Tanpa banyak oposisi, "Indonesia" secara resmi diakui oleh kongres.

Kembali ke Tanah Air
Pada bulan Juli 1932, Hatta berhasil menyelesaikan studinya di Negeri Belanda dan sebulan kemudian ia tiba di Jakarta. Antara akhir tahun 1932 dan 1933, kesibukan utama Hatta adalah menulis berbagai artikel politik dan ekonomi untuk Daulat Ra'jat dan melakukan berbagai kegiatan politik, terutama pendidikan kader-kader politik pada Partai Pendidikan Nasional Indonesia.

Proklamasi
Pada awal Agustus 1945, Panitia Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia diganti dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, dengan Soekano sebagai Ketua dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Ketua. Anggotanya terdiri dari wakil-wakil daerah di seluruh Indonesia, sembilan dari Pulau Jawa dan dua belas orang dari luar Pulau Jawa. Pada tanggal 16 Agustus 1945 malam, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mempersiapkan proklamasi dalam rapat di rumah Admiral Maeda (JI. Imam Bonjol, sekarang), yang berakhir pada pukul 03.00 pagi keesokan harinya. 

Panitia kecil yang terdiri dari 5 orang, yaitu Soekarno, Hatta, Soebardjo, Soekarni, dan Sayuti Malik memisahkan diri ke suatu ruangan untuk menyusun teks proklamasi kemerdekaan. Soekarno meminta Hatta menyusun teks proklamasi yang ringkas. Hatta menyarankan agar Soekarno yang menuliskan kata-kata yang didiktekannya. Setelah pekerjaan itu selesai. mereka membawanya ke ruang tengah, tempat para anggota lainnya menanti. Soekarni mengusulkan agar naskah proklamasi tersebut ditandatangi oleh dua orang saja, Soekarno dan Mohammad Hatta. Semua yang hadir menyambut dengan bertepuk tangan riuh.

Tangal 17 Agustus 1945, kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno dan Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia, tepat pada jam 10.00 pagi di Jalan Pengangsaan Timur 56 Jakarta. Tanggal 18 Agustus 1945, Ir Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia dan Drs. Mohammad Hatta diangkat menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia. Soekardjo Wijopranoto mengemukakan bahwa Presiden dan Wakil Presiden harus merupakan satu dwi tunggal.

INDONESIA sedang membutuhkan pemuda-pemuda yang berilmu, berdaya saing, jujur, dan punya nasionalisme yang tinggi terhadap negara. Seperti Bung Hatta, walau harus studi ke luar negeri dengan jangka waktu yang lama, beliau kembali untuk INDONESIA. Mencari ilmu boleh saja se jauh manapun, namun jangan lupa pada INDONESIA. Beliau senang berorganisasi, bisa mengemban tanggung jawab yang besar, jujur, dan bijaksana. Saya yang masih berumur 18 tahun, bertekad dalam hati untuk bisa meneruskan perjuangan beliau. Bismilah...

72 tahun sudah Indonesia merdeka, hakikatnya Indonesia masih menjadi negeri jajahan. Namun, jajahan untuk abad 21 ini tidak dalam perang bertumpah darah, melainkan dengan moral. Anak muda Indonesia dihancuran dengan narkoba, pergaulan bebas, budaya luar dan masih banyak lagi. 2045 INDONESIA menargetkan untuk menjadi Macan Asia bahkan unia. Mereka, para pengkhianat bangsa selalu tidak percaya bahwa Indonesia bisa hebat dengan kemampuan anak mudanya.

Semoga akan tumbuh HATA-HATTA BARU versi generasi milenial saat ini. Semoga Allah SWT selalu memberkahi negeri kita. Aminn...

DIRGAHAYU INDONESIAKU KE-72 TAHUN !

Hidayat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun