Mohon tunggu...
Hafiz Hasibuan
Hafiz Hasibuan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Filsafat Islam

Tinggal di Iran sambil studi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tuhan Cinta Fir'aun

2 September 2020   14:34 Diperbarui: 2 September 2020   14:42 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fir'aun adalah seorang raja yang  sombong hingga menganggap dirinya sebagai tuhan. Pasukannya para tukang sihir yang dapat menyihir segala apa yang diperintahkannya. Begitu tirani sehingga membunuh manusia sesukanya, bahkan bayi Bani Israil yang tidak berdosa juga telah menjadi korban kekejamannya. Coba bayangkan kejahatan apa yang dia tidak bisa lakukan.

Tetapi Tuhan tidak mengazabnya dan tetap membiarkannya dengan semua dosanya. Hingga utusan terbaik Tuhan datang padanya. Kematiannya dikarenakan ketidakpahamannya bahwa air sungai Nil hanya memahami kehendak Musa dan pengikutnya yang sedang melarikan diri dari kejarannya. Ketidakberdayaannya disadari disaat air yang terbelah kembali mengikuti hukum tabiatnya.

Kenapa saya katakan bahwa Fir'aun dicintai Tuhan dikarenakan Tuhan tidak tanggung-tanggung langsung mengirim dua utusan-Nya setelah semua dosa yang dilakukan Fir'aun. Bahkan keagungan kedua manusia itu mendapat julukan sebagai nabi Ulul Azmi yang sangat terbatas dari ribuan nabi yang pernah diutus.
Jika Tuhan tidak sayang pada Fir'aun, dia bisa saja membiarkan Fir'aun dalam dosa dan menghancurkan Fir'aun dalam istana, dan setelah mati memasukkannya kedalam neraka.

Kedua nabi tersebut menyampaikan ajakan Tuhan dengan baik-baik, menunjukkan bukti bahwa mereka adalah utusan Ilahi, mereka menjaminkan maaf dan ampunan, tidak menyerang Fir'aun walaupun sudah mengalahkan tukang sihirnya, dan malah Fir'aun yang berulang kali meminta maaf kepada Musa setelah tak bisa berbuat lagi.

Akhirnya Musa lari darinya dan membawa semua kaum Israil dengan menyeberangi sungai Nil. Firaun meninggal ditengah belahan sungai karena saat mengejar Musa yang telah sampai di seberang sungai, air kembali seperti semula. Setelah matipun jenazah Fir'aun utuh tak rusak sedikitpun.

Begitulah Tuhan memperlakukan makhluk-Nya. Cinta yang dimiliki-Nya jauh lebih besar dari kedurhakaan yang dilakukan hamba-Nya. Yang mendekat akan di tinggikan setinggi-tingginya bahkan melebihi malaikat sekalipun. Sedangkan yang menjauh juga tidak dilupakan, segala cara dilakukan Tuhan, bahkan Dia mengutus makhluk terdekat-Nya untuk kembali kejalan yang benar.

Kisah tentang fir'aun dan Musa akan kita temukan dalam literatur agama besar dunia. Dari Yahudi, Katolik, Kristen dan Islam mengutip kisah ini dalam kitab suci masing-masing. Sehingga kisah ini bisa menjadi pelajaran untuk semua manusia.

Dari kisah di atas layaklah kita mengambil pelajaran darinya.

Maka layaklah kita yang merasa beragama untuk tidak melebihi Tuhan. Mengkafirkan sesama beragama dan melakukan persekusi hanya karena kepercayaan mereka adalah dianut minoritas diantara mayoritas apalagi diwarnai teror dan pembunuhan.

Mereka tidak melakukan dosa seperti Fir'aun dan anda yang mayoritas bukanlah Musa yang memiliki gelar nabi Ulul Azmi.

Power Values Imam Prayogo Membangun UIN Malang

Orang yang benar ketika melihat orang yang salah pasti akan memiliki pengaruh pada dirinya. Pengaruh itu juga menuntut perlakuan yang benar dan tepat supaya memiliki efek yang baik dan membangun untuk semua (pribadi yang benar dan pribadi yang salah).

Setiap pribadi yang benar akan menjadikan dirinya sebagai hamba yang menyerap asma Tuhannya. Semakin tinggi seseorang akan semakin banyak menyerap nilai ketuhanan. Mereka akan mencoba menjadi pemurah seperti Sang Pemurah, penyayang seperti Sang Penyayang, pemaaf seperti Sang Pemaaf dan sifat Tuhan lainnya yang dikaji oleh para sufi dan filosof tentang semua nilai-nilai ketuhanan.

Ketika kebenaran berada pada posisi minoritas maka sikap yang dituntut berbeda ketika kebenaran berada dalam posisi mayoritas. Dan perjuangan kebenaran yang minoritas dituntut lebih dari pada perjuangan komunitas yang mayoritas.

Bagi yang minoritas mereka hanya butuh menunjukkan kebenaran yang mereka miliki dan mencoba bertahan dalam setiap tekanan yang dihadapi mayoritas. Karena kebenaran adalah hal yang terang dan nyata maka suatu saat mereka akan bersinar dan terang. Dengan sabar suatu hari semua akan tercapai.

Tetapi bagi yang mayoritas semestinya akan semakin mudah. Mereka tidak perlu keras terhadap yang minoritas. Cukup menunjukkan kebaikan yang mereka miliki maka semua akan mengikutinya. Sudah menjadi tabiat manusia untuk selalu mengikuti hal yang dapat membuatnya tumbuh dan tumbuh.

Tetapi mengapa minoritas tetap kukuh dengan keminoritasannya karena pasti ada ketidakbaikan yang masih terlihat dari yang mayoritas. Sehingga kebesaran yang mayoritas miliki harus diintropeksi ulang kembali terhadap nilai kebenaran yang mereka miliki.

Jangan sampai mereka sendiri tidak tahu bahwa mereka berada dalam ketidaktahuan (jahil murakkab) yang ada pada mereka sehingga mereka lebih menunjukkan sikap bodoh yang tidak pernah memberikan pengaruh positif kepada orang lain bahkan hanya membuat kebencian yang mendalam bagi minoritas yang akan menciptakan jarak semakin panjang. Boleh jadi kehancuran menimpa yang mayoritas seperti kehancuran Fira'un.

Tetapi seandainya kita semua bukan Musa dan juga bukan Fira'un maka apa artinya semua kegaduhan dan perdebatan yang ada. Apa lagi menyebabkan kehancuran bahkan korban jiwa disaat Tuhan memberikan semua nikmat untuk kita semua tumbuh dan berkembang dalam bumi yang sama.

Bukankah duduk dan mendiskusikannya bersama adalah kesempatan baik untuk kita bersama menjadi Musa. Atau menuliskan semua kebaikan masing-masing untuk saling dipelajari dan dilengkapi. Seperti ulama salaf yang menulis puluhan jilid untuk mengukuhkan pandangannya tanpa harus menghancurkan kehidupan lawannya.

Jika semua memiliki cita-cita yang sama untuk menjadi Musa maka toleransi, kebersamaan seperti nilai-nilai Pancasila yang dianut negara kita adalah solusi. Jika hal seperti itu yang dikembangkan maka yang hancur adalah kebodohan, kesombongan dan kezaliman. Terkecuali ingin menjadi Fir'aun yang akan hancur walaupun sedang dalam kekuasaan dan kearoganan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun