Mohon tunggu...
Hafiz Hasibuan
Hafiz Hasibuan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Filsafat Islam

Tinggal di Iran sambil studi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tuhan Cinta Fir'aun

2 September 2020   14:34 Diperbarui: 2 September 2020   14:42 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Power Values Imam Prayogo Membangun UIN Malang

Orang yang benar ketika melihat orang yang salah pasti akan memiliki pengaruh pada dirinya. Pengaruh itu juga menuntut perlakuan yang benar dan tepat supaya memiliki efek yang baik dan membangun untuk semua (pribadi yang benar dan pribadi yang salah).

Setiap pribadi yang benar akan menjadikan dirinya sebagai hamba yang menyerap asma Tuhannya. Semakin tinggi seseorang akan semakin banyak menyerap nilai ketuhanan. Mereka akan mencoba menjadi pemurah seperti Sang Pemurah, penyayang seperti Sang Penyayang, pemaaf seperti Sang Pemaaf dan sifat Tuhan lainnya yang dikaji oleh para sufi dan filosof tentang semua nilai-nilai ketuhanan.

Ketika kebenaran berada pada posisi minoritas maka sikap yang dituntut berbeda ketika kebenaran berada dalam posisi mayoritas. Dan perjuangan kebenaran yang minoritas dituntut lebih dari pada perjuangan komunitas yang mayoritas.

Bagi yang minoritas mereka hanya butuh menunjukkan kebenaran yang mereka miliki dan mencoba bertahan dalam setiap tekanan yang dihadapi mayoritas. Karena kebenaran adalah hal yang terang dan nyata maka suatu saat mereka akan bersinar dan terang. Dengan sabar suatu hari semua akan tercapai.

Tetapi bagi yang mayoritas semestinya akan semakin mudah. Mereka tidak perlu keras terhadap yang minoritas. Cukup menunjukkan kebaikan yang mereka miliki maka semua akan mengikutinya. Sudah menjadi tabiat manusia untuk selalu mengikuti hal yang dapat membuatnya tumbuh dan tumbuh.

Tetapi mengapa minoritas tetap kukuh dengan keminoritasannya karena pasti ada ketidakbaikan yang masih terlihat dari yang mayoritas. Sehingga kebesaran yang mayoritas miliki harus diintropeksi ulang kembali terhadap nilai kebenaran yang mereka miliki.

Jangan sampai mereka sendiri tidak tahu bahwa mereka berada dalam ketidaktahuan (jahil murakkab) yang ada pada mereka sehingga mereka lebih menunjukkan sikap bodoh yang tidak pernah memberikan pengaruh positif kepada orang lain bahkan hanya membuat kebencian yang mendalam bagi minoritas yang akan menciptakan jarak semakin panjang. Boleh jadi kehancuran menimpa yang mayoritas seperti kehancuran Fira'un.

Tetapi seandainya kita semua bukan Musa dan juga bukan Fira'un maka apa artinya semua kegaduhan dan perdebatan yang ada. Apa lagi menyebabkan kehancuran bahkan korban jiwa disaat Tuhan memberikan semua nikmat untuk kita semua tumbuh dan berkembang dalam bumi yang sama.

Bukankah duduk dan mendiskusikannya bersama adalah kesempatan baik untuk kita bersama menjadi Musa. Atau menuliskan semua kebaikan masing-masing untuk saling dipelajari dan dilengkapi. Seperti ulama salaf yang menulis puluhan jilid untuk mengukuhkan pandangannya tanpa harus menghancurkan kehidupan lawannya.

Jika semua memiliki cita-cita yang sama untuk menjadi Musa maka toleransi, kebersamaan seperti nilai-nilai Pancasila yang dianut negara kita adalah solusi. Jika hal seperti itu yang dikembangkan maka yang hancur adalah kebodohan, kesombongan dan kezaliman. Terkecuali ingin menjadi Fir'aun yang akan hancur walaupun sedang dalam kekuasaan dan kearoganan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun