Pendahuluan
Pada umumnya tradisi sedekah laut merupakan upacara yang dilaksanakan disetiap masyarakat pesisir laut pulau Jawa pada tanggal 1 Muharram atau sering dikenal oleh masyarakat Jawa dengan 1 Suro.Â
Upacara sedekah laut adalah salah satu warisan dalam bentuk kegiatan upacara bagi orang-orang tertentu yang memiliki kepentingan di dalamnya. Akan tetapi hal tersebut menjadi sesuatu yang menarik bagi masyarakat pulau Jawa pada umumnya, khususnya bagi mereka yang tinggal di wilayah pesisir pantai.Â
Bagi masyarakat yang awam upacara sedekah laut merupakan kegiatan pembuangan suatu benda ke dalam laut atau ke dalam sungai yang airnya mengalir sampai ke laut.Â
Berbeda dengan masyarakat di wilayah pesisir pantai selatan pulau Jawa, upacara sedekah laut dilaksanakan dengan memberikan sesaji kepada yang mbau reksa (penguasa) laut selatan yang terkenal yaitu Kanjeng Ratu Kidul (Nyi Roro Kidul).
Salah satu yang paling menonjol budaya di Indonesia adalah budaya jawa atau sering disebut kejawen, orang orang kejawen atau orang yang percaya akan budaya budaya jawa sangat mempercayai apa yang diwarisi leluhur mereka, budaya kejawen meiliki banyak mitos mitos yang diluar nalar manusia, tetapi mereka (masyarakat jawa) masih banyak yang mempercayai jika budaya jawa sebagai bentuk rasa bakti pada leluhur atau roh roh pendahulu mereka.Â
Komunitas kejawen yang amat kompleks telah melahirkan berbagai sekte dan tradisi kehidupan di Jawa. Bahkan, didalamnya terdapat paguyuban-paguyuban yang selalu membahas alam hidupnya.Â
Paguyuban tersebut lebih bersifat mistis dan didasarkan konsep rukun. Modal dasar dari komunitas ini hanyalah tekad dan persamaan niat untuk nguri-uri (memelihara) tradisi leluhur.Â
Masing-masing kehidupan memiliki jalan hidup yang khas Kejawen. Budaya tradisi sedekah laut di Desa Tanggulangin, masyarakat desa Tanggulangin yang notabenenya adalah desa kota pesisir di daerah kecamatan Klirong, kabupaten Kebumen banyak juga yang menjadi nelayan untuk mencari mata pencahariannya sehari-hari, para nelayan di Tanggulangin kebanyakan atau mungkin bisa dibilang semua nelayan , percaya akan ada nya roh atau penunggu yang berada di laut mereka yang keseharian nya untuk mencari ikan.Â
Kepercayan terhadap roh halus , khususnya dhanyang (roh pelindung) sering diwujud kan dalam bentuk selametan. Salah satu bentuk selametan dalah tumbal yaitu upaya persembahan untuk penolakan bala.Â
Begitu pula symbol cultural yang paling tampak dalam rangkaian mistik kejawen. Nelayan di Tanggulangin misalnya, mereka tumbal spiritualnya merepuak kepala kerbau.Â