Mohon tunggu...
hesty Gorang
hesty Gorang Mohon Tunggu... Lainnya - Buku gudang ilmu

📝Penulis buku : Pena Pedang Penulis, Muslimah Kanan. 📝Anggota di FLP NTB 🔮Pemilik blog : Lancarberbahasa.com Penulis buku : Muslimah kanan, Jangan Menulis Nanti Keliling Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Kita: Aku Cemburu

16 Desember 2020   15:40 Diperbarui: 16 Desember 2020   15:54 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita di sini, sepi sendiri menahan diri dari ramainya kota, terdiam  seribu bahasa dan pertanyaan. Aku kenapa dan kau kenapa? Tak ada jawaban atas itu. Namun, ingin ku pastikan bahwa ada sesuatu yang membuat aku cemburu padamu.

Kening mu terus berkerut. Kau paksakan otakmu tuk berpikir tentang keadaan _ini_ . Ingin ku sudahi kecemberutan ini. Namun, hatiku enggan berdamai.

Pertanyaan mu semakin berlebihan. Akhirnya kau mengajakku ke tempat di mana kita saling bertukar pikiran. Yah, di mana lagi kalau bukan kasur. Sedangkan aku masih terdiam. Aku berusaha lagi untuk bicara. Lagi-lagi hatiku belum siap untuk berdamai.
Kau mulai dengan jurus pertamamu. Mendekati ku dan berbisik di telingaku.

"Kau, kenapa?" Tanya mu dengan suara merayu. "Jangan terus diam seperti ini, aku tak bisa melihatmu berada dalam kondisi diam dan terbungkam, katakan saja bila ada yang salah?" Lanjut mu.

"Tidak! Aku tak akan bicara. Kau akan tahu apa yang terjadi denganku. Biarkan aku seperti ini. Terdiam dan memendam kecemburuan atas apa yang kau lakukan." Gumam ku dalam hati.

"Bicaralah, beri tahu aku jika ada salah. Aku tak ingin kita terdiam terlalu lama. Jangan membuat suasana semakin tak nyaman. Kau selalu memberikan senyum manis setiap pagi, namun kenapa beda hari ini, jawablah sayang."

"Jangan bertanya lagi. Aku salah, kau juga salah. Sudah cukup." Akhirnya aku buka mulut dan menjawabnya dengan jawaban yang konyol. Jawaban yang tak punya sangkut paut dengan semua pertanyaan mu.

"Apa perlu layanan dariku." Tak puas bertanya dia pun merayu. 

"Kau boleh menyimpan semua kekesalan mu denganku, tapi aku tidak bisa melihatmu dalam kondisi seperti ini, kau membuka semua pikiran ku untuk terus bertanya, namun tak ada jawaban yang aku dapatkan, maka marilah bersamaku. Bercinta dan melaksanakan sunnah di pagi ini. Siapa tau kau akan mengajakku lebih dari apa yang aku berikan." Tak ada lagi kata dalam bahasa. Kau kecup keningku penuh cinta, kau peluk erat diriku dengan merasa.
Setelah kau melaksanakan tugas sebagai seorang suami kau pun kembali bertanya.


"Aku yakin sekarang kau akan buka mulut. untuk bicara."


Dalam suasana dami karena hasrat sudah terpenuhi. Dan masih dalam dekapan kasihnya aku mulai bicara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun