Mohon tunggu...
hesty kusumaningrum
hesty kusumaningrum Mohon Tunggu... Human Resources - swasta

seorang yang sangat menyukai film

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cegah Radikalisme, Semua Orang Semestinya Tetap Arif Bijaksana

4 Mei 2018   11:01 Diperbarui: 4 Mei 2018   11:03 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cegah Radikalisme - baranews.co

Memasuki tahun politik, kondisi perpolitikan nasional semakin memanas. Tidak hanya dikalangan para pasangan calon yang bertarung di pilkada, panasnya politik untuk kepentingan pilpres 2019 juga sudah mulai terlihat. 

Semua pihak saling saling kritik kebijakan pemerintah. Dalam konteks mengkritisi kebijakan pemerintah sebenarnya masih dalam tahap yang wajar. Sepanjang kritik tersebut bersifat membangun, hal itu sangat diperlukan untuk kemajuan demokrasi.

Namun, pesta demokrasi di Indonesia bukan tanpa ancaman. Pilkada serentak di 171 daerah berpotensi disusupi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Di awal 2018 yang lalu, politik hitam sempat terjadi dan ditujukan ke salah satu pasangan calon. 

Ujaran kebencian untuk menjatuhkan elektabilitasi pasangan calon juga mulai bermunculan. Bahkan, pemerintah yang berkuasa sekarang ini, juga tak luput jadi 'sasaran tembak.' Para elit politisi seringkali melemparkan kritikan pedas, bahkan tak jarang kritik tersebut tanpa data yang valid. Akibatnya, perdebatan antar program pun tidak terjadi. Yang ada justru saling mencaci dan memaki.

Jika masyarakat tak arif menyikapi hal ini, dikhawatirkan antar masyarakat saling mencaci dan memaki. Tidak ada diskusi yang membangun. Para politisi pun tidak memberikan pendidikan politik yang sehat bagi masyarakat. Kondisi ini dikhawatirkan bisa dimanfaatkan oleh kelompok intoleran dan radikal, untuk menyebarkan propaganda radikalisme. 

Perilaku intoleran merupakan bibit dari radikalisme. Sedangkan akar dari terorisme, berasal dari radikalisme. Sadar atau tidak, perilaku saling menghujat dengan menebar kebencian, merupakan perilaku intoleran yang mendekatkan diri pada radikalisme.

Padahal, Indonesia merupakan negara yang sangat berbudaya. Tidak ada satu pun budaya di negeri ini yang mengajarkan bibit kebencian. Keramahan yang diakui oleh dunia, sudah ditularkan sejak dulu. 

Toleransi dan kerukunan antar umat beragama, juga telah diajarkan para pendahulu. Itulah kenapa hidup saling berdampingan dalam keberagaman dan gotong royong antar sesama, telah ditunjukkan para orang tua. Karena itu semua, semestinya para generasi penerus juga bersikap toleran dan menjunjung tinggi keberagaman. Bhineka tunggal ika, meski berbeda tetap tetap satu kesatuan Indonesia.

Di era milenial seperti sekarang ini, perkembangan informasi begitu pesat. Semua orang harus bijak dalam menyebarkan setiap informasi yang ada. Setiap orang juga harus melakukan cek ricek terhadap setiap informasi yang ada. Cek ricek merupakan bagian dari menerapkan budaya literasi media. 

Melalui literasi media, kita tidak akan mudah terprovokasi oleh informasi yang menyesatkan. Karena di tahun politik seperti sekarang ini, bahkan ada saja pihak-pihak yang sengaja menyebarkan informasi menyesatkan untuk membuat masyarakat bingung. Munculnya organisasi seperti Saracen dan MCA, menjadi bukti bahwa masih saja ada pihak-pihak yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.

Mari kita sudahi penyebaran kebencian di tahun politik ini. Jangan menjadi provokator dan orang yang mudah diprovokasi. Jadilah pribadi yang toleran tapi tetap mengedepankan literasi media. Jika kita mengklaim diri kita sebagai warga negara Indonesia, semestinya kita tetap menjadi pribadi yang arif dan bijaksana. Karena sifat itulah yang diajarkan para generasi sebelumnya. Jika kita bisa melakukan itu semua, penyebaran bibit radikalisme bias dicegah. 

Sekarang, pilihannya ada ditangan kita sendiri. Semoga tulisan ini bisa jadi bahan renungan bersama. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun