Mohon tunggu...
Hesti CS
Hesti CS Mohon Tunggu... Lainnya - Bank Indonesia

Analis

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Fenomena Dedolarisasi Pasca-KTT ASEAN 2023

31 Mei 2023   22:49 Diperbarui: 1 Juni 2023   18:02 1017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (KOMPAS.com/MAULANA MAHARDHIKA) 

Dedolarisasi adalah upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap mata uang dolar AS. Seruan ini kembali bergema dari pertemuan kepala negara anggota ASEAN di KTT ke-42 di Labuan Bajo pada tahun 2023. Salah satu deklarasi para pemimpin ASEAN dari KTT ke-42 Labuan Bajo yakni terkait upaya mempercepat konektivitas sistem pembayaran regional dan promosi transaksi menggunakan mata uang lokal atau Local Currency Transaction (LCT).

Dalam dokumen deklarasi tersebut, para pemimpin negara ASEAN mendukung kerja sama lebih lanjut untuk mempromosikan LCT dan peran otoritas keuangan untuk mengurangi kerentanan dari volatilitas eksternal. Para kepala negara juga menugaskan menteri keuangan dan gubernur bank sentral ASEAN untuk mengeksplorasi pengembangan kerangka LCT dengan asistensi dan koordinasi erat bersama badan-badan lainnya.

Kerjasama ini bertujuan untuk mendukung upaya mengurangi kerentanan regional yang berasal dari volatilitas eksternal, ketergantungan tinggi terhadap mata uang utama seperti dolar AS menimbulkan risiko bagi ekonomi dan keuangan negara-negara ASEAN saat situasi kebijakan moneter ketat seperti sekarang. Kerja sama mata uang lokal ini juga mempromosikan penciptaan biaya transaksi yang lebih efisien dan murah. Ini karena dengan kerja sama LCT, maka transaksi tidak perlu lagi menggunakan konversi dolar, tetapi bisa dilakukan langsung antar mata uang.

Beberapa negara telah melakukan upaya dedolarisasi untuk mengurangi ketergantungan terhadap mata uang dolar AS. Negara-negara seperti Arab Saudi, China, India, dan Turki telah melakukan diversifikasi ke mata uang lain atau metode pembayaran yang lain seperti emas. 

China dan Brasil telah mencapai kesepakatan untuk menyelesaikan perdagangan dalam mata uang masing-masing. Khusus untuk Brazil, Rusia, India, China, dan Saudi, mereka membentuk organisasi ekonomi bernama BRICS untuk penguatan ekonomi masing-masing negara dan berkomitmen untuk menggunakan mata uang masing-masing negara untuk transaksi perdagangan.

Organisasi Ekonomi BRICS/parstoday.ir
Organisasi Ekonomi BRICS/parstoday.ir

Ditengah buruknya kinerja perekomian Amerika dan potensi gagal utang yang melanda negara tersebut, ada beberapa alasan mengapa suatu negara tertarik melaksanakan dedolarisasi. Salah satu alasannya adalah untuk mengurangi risiko terhadap fluktuasi nilai tukar dolar terhadap mata uang domestik. Ketergantungan pada dolar dapat membuat perekonomian suatu negara lebih rentan terhadap perubahan dalam kebijakan moneter Amerika Serikat atau perubahan dalam stabilitas nilai tukar dolar.

Selain itu, dedolarisasi juga dapat digunakan sebagai alat kebijakan untuk mencapai tujuan ekonomi dan politik. Negara-negara yang ingin mengurangi dominasi ekonomi Amerika Serikat atau meningkatkan kedaulatan ekonomi mereka sendiri mungkin mencoba untuk membatasi penggunaan dolar dalam transaksi domestik dan internasional.

Proses dedolarisasi dapat melibatkan kebijakan pemerintah seperti peningkatan penggunaan mata uang domestik dalam transaksi perdagangan, pengaturan pembayaran internasional dalam mata uang lain, atau pengurangan cadangan dolar dalam bank sentral. Namun, dedolarisasi bukanlah proses yang mudah, dan penerapannya dapat melibatkan tantangan dan risiko yang signifikan.

Dedolarisasi tidak berarti sepenuhnya menghilangkan penggunaan dolar dalam ekonomi suatu negara atau wilayah. Dolar Amerika Serikat tetap menjadi salah satu mata uang yang paling dominan dan banyak digunakan di dunia. Dedolarisasi lebih berkaitan dengan mengurangi ketergantungan pada dolar dan mempromosikan penggunaan mata uang alternatif sebagai langkah menuju diversifikasi ekonomi dan keuangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun