Mohon tunggu...
Hesa Forester
Hesa Forester Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya suka menulis hal apa saja...

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Pembentukan Karakter via Media Sosial

6 Januari 2021   22:50 Diperbarui: 6 Januari 2021   23:59 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Siapa sih sekarang yang enggak tau tentang media sosial? Pastinya, semua orang sudah tau tentang media sosial apalagi anak-anak sampai orangtua sekarang ini sudah menggunakan sosial media. Buat yang belum tau, lebih gampangnya kita menyebut media sosial itu dengan nama aplikasinya seperti Instagram, Facebook, Whatsapp, Telegram, dll. Lebih tepatnya media sosial adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan orang untuk melakukan kegiatan sosial. Semua orang dapat dengan mudah mendownload media sosial di playstore menggunakan smartphone android secara gratis. Namun, media sosial hanyalah alat seperti pisau, bisa menguntungkan jika digunakan dengan baik dan bisa merugikan orang lain jika ditangan orang tidak baik.

Saya pernah mendapat sebuah kata-kata dari seseorang “Kamu adalah apa yang kamu baca, kamu alami, dan kamu berada”. Ketika kita menggunakan media sosial, kita tidak lepas dari kegiatan membaca yang tentunya tanpa sadar dapat mendoktrin kita secara tidak langsung atau tanpa kita sadari. Misalnya, ada seseorang yang selalu membaca tentang kebaikan suatu kelompok yang dia sukai, ketika ada yang menghina kelompoknya bisa jadi menimbulkan perselisihan. Terlebih sekarang ini media sosial di Indonesia penggunanya semakin meningkat dari hari ke hari, bahkan 1 orang sering memiliki akun media sosial lebih dari satu.

Menurut laporan survey internet dari APJII tahun 2019-2020, pengguna internet paling banyak ada diusia 20-24 tahun. Diusia itu para pemuda sering mencari jati diri dan lebih menyukai hal-hal baru sehingga menjadi sasaran empuk seseorang untuk mempengaruhi perilakunya. Biasanya seseorang yang berniat jahat akan membanjiri media sosial dengan informasi yang dikemas dengan rapi agar diterima dan tujuannya berjalan dengan mulus. Termasuk membentuk perilaku pemuda dalam bermasyarakat dan kegiatan sehari-hari.

Pengguna media sosial dari kalangan pemuda lebih menganggap benar dari apa yang mereka sukai di media sosial daripada mencari kebenaran dari tempat lain. Orang-orang yang telah tercuci otaknya dengan media sosial akan menganggap salah apa yang diutarakan dari orang lain karena menganggap informasi dari sumber lain adalah sebuah sampah.

Yang berperan penting dalam pembentukan karakter bangsa adalah pendidikan. Setidaknya, pendidikan terkhusus di sekolah harus bisa mengajari bagaimana seseorang dalam memilah informasi yang benar dan yang tidak benar. Itu adalah hal yang paling penting karena modal awal untuk menghadapi revolusi industri 4.0 yang semuanya serba digital dan lebih mudah dalam mendapatkan informasi. Jika hal ini terus diabaikan, maka orang-orang akan lebih percaya terhadap hoaks yang ada daripada mencari kebenaran yang sesungguhnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun