Mohon tunggu...
Hery Sinaga
Hery Sinaga Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri Sipil

-Penulis konten -saat ini sedang suka-sukanya menggeluti public speaking -Sedang menyelesaikan buku motivasi -karya novel : Keluargaku Rumahku (lagi pengajuan ke penerbit)

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Berawal dari Hobi, Akhirnya Jadi Hoki karena Konsistensi

1 Maret 2021   15:11 Diperbarui: 1 Maret 2021   15:25 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nasib orang tiada yang tau seperti apa nantinya. Mungkin saat ini keadaannya susah, mungkin nanti bisa berubah jadi senang.

Seperti pepatah, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Mungkin pepatah itu terdengar klise dan tidak masuk akal bagi sebagian orang. atau mungkin saja itu hanya retorika semata sebagai kata pemanis dan hanya menyenangkan saja untuk sementara.

Namun bagi sebagian orang, pepatah itu ada benarnya dan mengalami dengan nyata dalam perjalanan hidupnya yang bersakit-sakit dahulu, susah dulunya, hingga akhirnya senang kemudian. Senang dalam arti tidak jadi milioner juga, paling ngak, ada perubahan nasib yang lebih baik.

Misalnya yang dulunya pekerjaannya serabutan, kini punya pekerjaan menetap yang memberikan penghasilan bulanan. Dulu kerjanya hanya Cuma kernet tempel ban, nanti jadi juragan tempel ban. Dulunya kernet bus metro mini atau angkot, nantinya jadi juragan angkot atau bus. Gak bisa jadi juragan angkot, seenggaknya bisa naik level dari kernet bus metromini, nantinya bisa jadi supir angkot atau bus metromini atau bahkan jadi supir perusahaan umum busway.

Kemungkinan-kemungkinan itu bisa saja terjadi, karena hidup itu kadang-kadang sebuah lelucon, hal-hal lucu bisa saja terjadi ketika melakukan refleksi perjalanan hidup yang walaupun awalnya pahit namun berakhir manis.

Cerita ini terinspirasi dari seorang teman ketika masih duduk di bangku sekolah tingkat pertama (SMP) yang pada masa mencari kerja mengalami situasi yang sangat sulit dan bisa dikatakan pengalaman bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian dia benar-benar alami dalam hidupnya.

Yansen Manurung, adalah nama yang diberikan oleh kedua orangtuanya. Pertemanan kami bermula saat kami berada dikelas yang sama saat duduk di bangku kelas 2 di salah satu SMP negeri di Kabupaten Simalungun.

Keakraban kami dalam pertemanan semakin terjalin ketika saya mengajak Yansen turut ke rumah selepas pulang sekolah setiap hari senin dan jumat yang bertepatan dengan hari "Onan" (dalam bahasa batak) atau dalam bahasa indonesia hari dimana terjadinya aktivitas jual beli di pasar Balata.

Perjalanan hidup dalam dunia kerja dimulai ketika dia menamatkan dari sekolah tinggi menengah (STM) pada tahun 2004 dan memutuskan untuk merantau ke kota Jakarta. Tidak ada niat untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Akhirnya pada tahun 2004, Yansen merantau ke Kota Jakarta tepatnya di Kota Tangerang dan sesampainya di sana dia tidak ada mengenal seorangpun. Namanya juga perantau pasti mengalami hal yang demikian, apalagi di tahun 2004 (sudah 17 tahun berjalan).

Sempat mengalami nasib yang gak jelas juntrungannya, akhirnya dia berpindah dari Tangerang ke Jakarta Timur. Di sana dia bertemu kawan satu kampung yang pekerjaannya seorang supir angkot. Karna ada rasa senasib dan berasal dari kampung yang sama, akhirnya yansen diberi tinggal di kontrakan teman sekampungnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun