Hal yang terpenting saat ini bagi seorang Budi adalah bagaimana mempersiapkan mental selama menjalani masa isolasi mandiri karna harus berpisah untuk sementara dari keluarga dan sanak saudara.
Baginya waktu menjalani isolasi mandiri selama 14 hari serasa 14 tahun lamanya.
Menahan rasa rindu bercengkerama dengan keluarga adalah sebuah dilema yang harus dipendam untuk sementara sampai tiba waktunya.
Mau tidak mau suka tidak suka, ini harus dijalani. Waktu tidak dapat diputar kembali.
Anggap saja ini sebuah ujian, ujian untuk mempertebal iman pada sang pencipta.
Bagi pasien isolasi mandiri apalagi dengan gejala ringan seperti teman saya Budi, terpapar virus itu bukanlah sebuah beban yang terlalu berat. Justru berpisah dengan keluarga adalah beban tersendiri yang cukup menambah beban penyakit itu terasa berat.
Karna suasana setiap hari yang dijalani selama 14 hari masa isolasi mandiri akan terasa sunyi dan berbeda dengan hari-hari sebelumnya tanpa bersama dengan keluarga.
Belum lagi beban sosial dimana sikap dari masyarakat yang mengucilkan pasien isolasi mandiri turut menambah sekelumit beban psikologinya. Sudah jatuh tertimpa tangga pula.
Kurang nya pemahaman secara utuh terkait penularan virus corona, menjadi alasan yang membuat masyarakat menjadi takut sehingga menjauhi pasien yang terpapar covid-19 agar tidak ikut tertular.
Bukannya memberikan dukungan moril dan semangat kepada pasien isoman, justru sikap menjauhi dan mengasingkan yang ditunjukkan oleh masyarakat.
Tentu ini adalah sebuah beban sosial yang harus ditanggung oleh pasien yang menjalani isolasi mandiri yang turut menambah beban itu menjadi terasa berat.