Bagi sebagian orang tulisan mengenai delapan dimensi profil kelulusan sudah banyak yang membahasnya. Tetapi bagi penulis judul diatas memiliki alasan yaitu untuk melengkapi tulisan sebelum nya yang membahas tentang pembelajaran mendalam. Kita semua tahu bahwa kurikulum merdeka hadir membawa angin segar. Salah satu inti dari kurikulum ini adalah Profil Pelajar Pancasila yaitu sebuah panduan penting untuk menggambarkan arah dan tujuan lulusan yang ingin dicapai dalam proses pendidikan.
Profil ini dirumuskan dalam delapan dimensi yang tidak hanya menekankan kemampuan akademik, tetapi juga nilai-nilai karakter dan keterampilan hidup. Pendekatan ini sangat sejalan dengan konsep pembelajaran mendalam sebuah cara belajar yang tidak hanya fokus pada hafalan semata melainkan mengajak siswa berpikir kritis, reflektif, dan kontekstual.
Lantas pertanyaannya adalah apa sebenarnya delapan dimensi profil kelulusan itu. Mengapa begitu penting bagi guru dan siswa serta  bagaimana keterkaitannya dengan pembelajaran mendalam. Mari kita bahas satu per satu secara sederhana namun bermakna.
Pertama yaitu dimensi beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta Berakhlak Mulia. Dalam dimensi ini mengajak peserta didik untuk memiliki dasar spiritual yang kuat. Ini bukan sekadar soal ibadah formal, tapi juga mencakup sikap jujur, hormat pada sesama, serta bertanggung jawab atas perbuatan. Dalam pembelajaran mendalam, dimensi ini bisa dikembangkan lewat diskusi etika, proyek berbasis nilai, dan refleksi personal yang menyentuh sisi hati dan moral siswa.
Kedua yaitu berkebhinekaan global dalam dimensi ini lebih menguatkan kita bahwa Indonesia adalah negara yang kaya budaya dan dunia kini makin terhubung secara global. Siswa tidak hanya perlu menghargai perbedaan di lingkungan sekitar, tapi juga mampu berinteraksi dengan budaya lain tanpa kehilangan jati diri. Dalam pembelajaran mendalam, guru bisa menggunakan pendekatan kolaboratif, eksplorasi lintas budaya, hingga pertukaran informasi lintas daerah atau negara untuk mengasah keterampilan ini.
Ketiga yaitu dimensi gotong royong dalam dimensi ini bukan hal baru bagi kita, tapi seringkali dilupakan dalam praktik pendidikan. Dimensi ini menekankan kolaborasi, empati, dan kepedulian sosial. Pembelajaran mendalam mendorong siswa bekerja dalam tim, menyelesaikan masalah bersama, dan merasakan makna kebersamaan dalam menyelesaikan proyek nyata.
Keempat yaitu dimensi mandiri dimana dalam dimensi ini siswa mampu mengatur diri, bertanggung jawab atas proses belajarnya, dan tidak bergantung terus-menerus pada guru. Ini penting dalam era informasi yang terus berubah. Dalam pembelajaran mendalam, siswa dilatih untuk menetapkan tujuan sendiri, mengevaluasi pencapaiannya, serta belajar dari kesalahan sebagai proses pertumbuhan.
Kelima dimensi bernalar kritis dalma dimensi ini salah satu kunci dari pembelajaran mendalam adalah kemampuan berpikir kritis. Siswa diajak tidak hanya menerima informasi, tetapi juga mempertanyakan, menganalisis, dan menyimpulkan dengan logis. Guru tidak hanya menyampaikan materi, tetapi membimbing siswa menemukan makna dan relevansi pengetahuan terhadap kehidupan nyata.
Keenam kreatif dalam dimensi ini menjelaskan bahwa kreativitas bukan hanya soal seni atau menggambar. Ini juga mencakup kemampuan memecahkan masalah dengan cara-cara baru, menghasilkan ide segar, dan berinovasi. Dalam pembelajaran mendalam, siswa diberi ruang untuk bereksperimen, mencoba, bahkan gagal sebab dari situlah kreativitas tumbuh.
Ketujuh dimensi komunikatif sebuah dimensi yang menjelaskan bahwa berpikir saja tidak cukup jika tidak bisa disampaikan dengan baik. Kemampuan komunikasi baik lisan maupun tulisan sangat penting agar siswa dapat mengungkapkan ide, berdiskusi, dan berkolaborasi. Dalam pembelajaran mendalam siswa didorong untuk menyampaikan gagasannya secara runtut dan meyakinkan, melalui presentasi, debat, atau tulisan reflektif.
Kedelapan yaitu dimensi berorientasi pada masa depan dimana dalam dimensi ini mengajarkan siswa untuk memiliki visi ke depan, membangun cita-cita, dan memiliki kesiapan menghadapi tantangan global. Pembelajaran mendalam menekankan pentingnya konteks dan relevansi. Misalnya, siswa tidak hanya belajar matematika sebagai angka, tetapi memahami penggunaannya dalam keuangan, teknologi, atau sains masa depan.