Dalam dunia pendidikan saat ini terdapat hal menarik dalam pendekatan pembelajaran mendalam yaitu konsep growth mindset atau pola pikir bertumbuh. Gagasan ini diperkenalkan oleh Carol Dweck seorang psikolog dari Stanford University. Beliau menyampaikan bahwa kemampuan seseorang bukanlah sesuatu yang tetap melainkan bisa berkembang melalui proses belajar, usaha, serta ketekunan. Pemikiran ini sangat sejalan dengan prinsip pembelajaran mendalam yang saat ini mulai diterapkan dalam sistem pendidikan di Indonesia.
Pembelajaran mendalam tidak sebatas menghafal atau mengerjakan soal ujian semata. Pendekatan ini mengajak siswa untuk memahami, menganalisis, serta mengaitkan pengetahuan dengan konteks yang bermakna dalam kehidupan nyata. Di sinilah pentingnya peran pola pikir bertumbuh. Tanpa pola pikir yang terbuka terhadap proses belajar siswa akan mudah merasa takut gagal enggan mencoba hal baru, dan cenderung bertahan di zona nyaman.
Mengapa Pola Pikir Bertumbuh Penting
Coba bayangkan seorang siswa yang merasa kesulitan saat belajar matematika. Jika ia memiliki pola pikir tetap, maka ia akan menyimpulkan, saya memang tidak berbakat di matematika, lalu menyerah. Sebaliknya jika ia memiliki pola pikir bertumbuh ia akan mengatakan saya memang belum bisa sekarang tapi saya bisa belajar dan menjadi lebih baik. Sikap inilah yang menjadi dasar dari pembelajaran yang mendalam, karena siswa tidak hanya mengejar hasil akhir, tetapi juga menghargai proses dan usaha yang dilalui.
Pola pikir bertumbuh memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar dari kegagalan menerima masukan, serta memandang tantangan sebagai kesempatan untuk berkembang. Hal ini sangat relevan dengan pembelajaran mendalam yang menuntut siswa untuk berpikir kritis, bekerja sama, dan mengeksplorasi berbagai pendekatan dalam menyelesaikan masalah. Semua ini akan sulit dicapai jika siswa tidak memiliki semangat untuk mencoba dan terus belajar.
Peran Guru dalam Menumbuhkan Pola Pikir Bertumbuh
Guru memegang peran penting dalam menciptakan suasana belajar yang mendukung tumbuhnya pola pikir bertumbuh. Sayangnya di banyak ruang kelas masih sering ditemukan pendekatan yang secara tidak langsung memperkuat pola pikir tetap. Misalnya, fokus yang berlebihan pada nilai, memberi pujian hanya pada hasil akhir, atau melabeli siswa dengan istilah "anak pintar" dan "anak lemah." Cara seperti ini bisa membuat siswa takut gagal dan tidak berani mengambil risiko.
Sebaliknya guru perlu mengubah pendekatan dengan lebih menekankan proses daripada hasil. Memberikan umpan balik yang membangun, mengapresiasi usaha dan strategi belajar, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki kesalahan adalah langkah-langkah sederhana namun berdampak besar. Guru juga bisa menjadi teladan dengan menunjukkan bahwa mereka sendiri juga terus belajar, tidak takut salah, dan terbuka terhadap perubahan.
Contohnya saat seorang siswa memberikan jawaban yang kurang tepat guru bisa mengatakan "Menarik sekali pendapatmu, mari kita telusuri lebih lanjut," daripada langsung menyalahkan. Sikap ini akan menjaga rasa percaya diri siswa dan menunjukkan bahwa kesalahan merupakan bagian wajar dari proses belajar.
Budaya Sekolah sebagai Penunjang
Selain guru budaya yang dibangun di lingkungan sekolah juga harus mendukung tumbuhnya pola pikir bertumbuh. Sekolah bukan hanya tempat belajar materi pelajaran, tetapi juga tempat berkembangnya karakter, motivasi, serta semangat untuk terus belajar. Budaya yang menghargai proses, membolehkan kesalahan sebagai bagian dari pembelajaran, dan mendorong kolaborasi akan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pembelajaran mendalam.