Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pejuang Sejati

10 November 2013   21:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:20 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1384092521272942369

[caption id="attachment_300720" align="aligncenter" width="445" caption="Pesan PB Sudirman yang dapat dibaca di museum Brawijaya Malang. Dok Pribadi"][/caption]

Sampai hari ini kita masih menikmati kemerdekaan yang diproklamasikan 17 Agustus 1945. Memperoleh kemerdekaan itu adalah jalan panjang yang penuh liku. Banyak yang harus dikorbankan: cucuran keringat, darah, dan air mata. Tidak dapat dipungkiri semua itu adalah andil para pejuang. Mereka adalah manusia-manusia khusus yang mendedikasikan hidupnya untuk kepentingan atau cita-cita yang lebih besar. Pendek kata pejuang adalah orang yang berusaha sekuat tenaga mewujudkan keadaan yang lebih baik, tidak peduli nantinya ia akan menikmatinya atau tidak.

Istilah pejuang tidak identik dengan mengangkat senjata. Banyak juga disebut pejuang karena menegakkan nilai-nilai kemanusiaan baik itu yang berkenaan dengan agama, sosial, budaya, ataupun lingkungan. Manusia-manusia seperti itu beterbaran dimana-mana, tidak berdasarkan jenis kelamin atau usia. Dan dunia tidak kekurangan manusia seperti itu, seperti banyak juga diwartakan di media masa (cetak, elektronik) dan media sosial. Beberapa diantaranya berlabel orang besar, selebihnya adalah personal yang tidak dikenal atau luput dari pemberitaan. Semuanya layak diteladani.

Menjadi pejuang adalah panggilan diri dan nurani. Ia terketuk hatinya untuk berbuat langkah nyata, tidak sekedar kata atau jargon belaka apalagi pencitraan diri. Menjadi pejuang memang berat banyak jalan terjal yang ada di hadapan mata. Tantangan dan gangguan kerap ditemui. Dan disitulah pengujian seorang pejuang, jika lolos maka sebutan pejuang sejati layak disandangnya.

Pejuang sejati selaku konsisten terhadap cita-citanya itu tanpa mudah goyah akan godaan yang sifatntya pragmatis, baik itu berupa materi ataupun jabatan. Menjadi pejuang sejati tidak harus memiliki kepandaian seperti layaknya anak “sekolahan”. Karena dasarnya adalah panggilan hati maka semua akan dilakukan sepenuh hati. Sudah banyak kita ketahui bahwa pemenang kalpataru (pahlawan lingkungan hidup) adalah tokoh yang tidak berpendidikan formal bahkan buta huruf, namun mereka tahu apa yang harus dilakukan sehingga merubah lingkungan sekitarnya yang berimbas pula pada masyarakatnya.

Menjadi pejuang yang sejati adalah yang kita harapkan. Mereka tidak memerlukan kompensasi apa-apa. Dan kita harus memberi angkat jempol kepada para dokter, bidan, atau guru yang berada di daerah pedalaman. Mereka tidak menuntut apa-apa dari negara, ketika kita tahu ternyata gajinya kecil, dan mereka pun tidak mempermasalahkan. Seakan-akan hak tidak perlu diperjuangkan, namun kewajiban kemanusiaan lah yang menjadi prioritas utama.

Kehadiaran pejuang sejati jelas diperlukan dalam suatu masyarakat dan bangsa. Semua orang berpotensi untuk itu, karena watak manusia memang berwatak baik (hanif). Kehadirannya itu mampu menjadi suri tauladan bagi kita semua. Yang memberi contoh akan nilai-nilai kebaikan, pengorbanan, serta kesabaran dalam menjalankan cita-cita luhur itu. Dalam kondisi dunia serba materialistik, pragmatis, serta kehidupan yang serba hedonis maka menjadi pejuang adalah menjadi perjuangan tersendiri. Dari kondisi itu memang memerlukan contoh agar masyarakat tahu ada sosok yang masih bertahan dalam kondisi apapun yang penuh godaan.

Dalam keadaan apapun pejuang sejati hanya memperdulikan kondisi terbaik apa yang diperjuangkannya itu. Ia tidak menuntut banyak apa yang akan didapatkannya nanti. Jika hasilnya gagal wajar adanya karena tantangannya berat, ujiannya ketika upaya itu mengalami keberhasilan. Disinilah akan ketahuan siapa yang murni dalam berjuang.

Bagi yang tidak kebagian hasil akan kecewa atas itu. Bagi seorang pejuang sejati tidak begitu mempermasalahkannya karena bukan itu yang diharapkannya. Kita dapat mengambil contoh dari Mahatma Gandhi akan kemurnian perjuangan. Ketika India merdeka, maka Mahatma Gandhi lah sebenarnya yang berhak menyandang Perdana Menteri. Namun ia tidak bersedia dan menyerahkannya yang lebih berkompeten ke Jawaharlal Nehru. Demikian pula dengan Nelson Mandela yang hanya mau menjadi presiden cukup satu kali saja, tidak mau memperpanjang kekuasaannya.

Pejuang sejati dalam berjuang tidak mengenal kata kalah dan putus asa. Ia berjuang hanya menjalankan perintah Tuhan sekaligus sebagai wakil-Nya (kalifatullah), mengharap ridho-Nya (ikhlas) serta tanpa beban (tulus). Balasan ataupun pujian dari manusia tidak pernah diharapkan. Dalam kitap suci pun disebutkan, pejuang sejati selalu berkata: “Aku tidak berharap balasan dari kalian, tidak juga ucapan terima kasih” (QS 76:9).

Selamat Hari Pahlwan....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun