Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Liburan Lebaran di Kampung Wisata Warna-warni Malang bagi Semua Warga

1 Juli 2017   14:59 Diperbarui: 1 Juli 2017   16:54 1005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Liburan lebaran dimanfaatkan warga untuk berwisata dalam suasana kampung. Dok pribadi

Mudik lebaran tidak akan lepas dari kampung halaman. Kata kuncinya: kampung, yaitu suatu tempat  -bisa jadi- seseorang dilahirkan, dibesarkan, atau dimana orangtua kita tinggal. Bagi yang sudah lama meninggalkan kampung halaman entah karena faktor sekolah, pekerjaan, keluarga (baca: menikah) ataupun alasan lainnya, mudik adalah sesuatu yang dirindukannya. Apalagi bila mudik yang dilakukan secara massal seperti di lebaran ini tentulah ada kesan tersendiri, dengan berbagai pernak-pernik proses didalamnya.

Ketika mudik sampai di kampung halaman, suasana semakin ramai. Sesama pemudik dari berbagai kota tumpah ruah di kampung tempat asalnya itu. Silaturrahmi antarkeluarga, teman sepermainan sebisa mungkin dilaksanakan. Bagi yang tidak mudik saling mengunjungi rumah antartetangga adalah sesuatu yang sudah menjadi keharusan. Itulah "ritual" yang dilakukan seusai lebaran tiba, momen yang didapatkan sekali dalam setahun ini dalam suatu kampung.

Namun bagaimana bila suatu kampung tersebut adalah juga sebagai tempat wisata. Tidak semua kampung dapat seperti itu, inilah salah satu yang unik dari suatu kampung yang berada di kota Malang. Kampung yang dimaksud adalah Kampung Warna-warni Jodipan (KWJ) yang beberapa waktu lalu dan sampai saat ini menjadi viral di media sosial.

Suatu kampung yang pada mulanya kumuh yang berada di bantaran sungai Brantas. Yang kemudian dengan inisiasi mahasiswa UMM yang bekerjasama dengan perusahaan cat (dengan program CSR) mengecat kampung tersebut dengan aneka warna. Mulai dari genting, tembok, dinding pagar, serta jalan. Tidak itu saja, beberapa dinding dilukis dengan gambar yang bagus sehingga menarik untuk dibuat latar berfoto.

Tidak dinyana kampung yang dulunya kumuh menjadi "berwarna" yang pada akhirnya menjadi destinasi wisata baru di kota Malang. Nah, momentum lebaran ini, membuat KWJ semakin ramai.  Rabu (28/06) lalu ketika saya mengunjungi KWJ ini, tampak ramai pada sisi gang yang berlalulalang beberapa pengunjung.  Ramai yang pertama oleh para kerabat yang berkunjung ke rumah warga yang kebetulan bermukim di kampung tersebut. Yang kedua, oleh para wisatawan baik dari dan luar Malang, yang bisa jadi oleh para pemudik yang sedang mudik ke Malang.

Kampung wisata dengan cat warna-warni diantara rumah warga dengan kondisi kampung yang tidak rata. Dok pribadi
Kampung wisata dengan cat warna-warni diantara rumah warga dengan kondisi kampung yang tidak rata. Dok pribadi
Sungguh sangat wajar bila KWJ ini menjadi ramai oleh para pengunjung. Liburan lebaran yang cukup panjang selain dipakai untuk bersilaturrahmi dengan kerabat juga kadang disempatkan berkunjung ke tempat wisata, tidak terkecuali dengan KWJ ini. Ada beberapa hal bahwa kampung ini menjadi tempat favorit untuk dikunjungi.

Pertama, lokasinya berada di dalam kota sehingga mudah dijangkau baik kendaraan umum ataupun pribadi. Lokasinya pun tidak jauh dari Alun-alun Tugu dan Stasiun Kota Malang. Kedua, merupakan wisata murah meriah. Cukup membayar dana partisipasi 2 ribu rupiah, kita dapat berkeliling kampung yang didalamnya di cat berwarna-warni. Beberapa bagian diberi aksesoris seperti payung ataupun dekorasi yang menarik.

Dengan mengunjungi kampung yang unik ini selain untuk berwisata juga banyak pelajaran yang dapat dipetik. Bahwa kampung ini menarik karena di cat berwarna-warni adalah nilai lebihnya, dan bisa dihubungkan dengan aspek lainnya. Demikian dengan hidup ini akan terasa lebih indah bila tidak saja berpandangan hitam-putih, ada beragam warna yang perlu diperhatikan. Segala sisi kehidupan diciptakan tidaklah seragam. Dengan segala kekurangan dan kelebihan diharapkan satu sama lain dapat saling mengisi, sehingga menjadi harmoni.

Pelajaran lain yang bisa dipetik adalah kemauan untuk berubah dari yang “buruk” ke arah yang lebih baik. Dahulunya kampung ini termasuk kumuh, dan saat ini tampak bersih plus “bonus” di cat warna-warni. Perilaku warganya juga turut berubah dengan lebih tertip menjaga kebersihan, keindahan, dan kenyamanan kampungnya. Jika kondisi KWJ diaplikasikan dengan kehidupan kita untuk menuju ke arah yang lebih baik, tentu akan ada berubahan yang berarti.

Pengembangan aksesoris terus dilakukan dalam mempercantik kampung. Dok pribadi
Pengembangan aksesoris terus dilakukan dalam mempercantik kampung. Dok pribadi
Tampak pula para wisatawan yang datang dengan penuh suka cita. Terlihat pula berbagai momen tidak saja begitu dilewatkan dengan berfoto ria. Bagi warga kampung ini juga merasa senang akan kedatangan para “tamu” tersebut walau tidak mampir ke dalam rumah. Banyaknya pengunjung juga mendorong geliatnya ekonomi dengan adanya beberapa warung yang dikelola warga.

Segala dinamisasi di kampung ini berjalan secara natural, semua berjalan apa adanya. Tidak ada eksploitasi berlebihan seperti “promosi” yang gencar. Tujuan awalnya KWJ ini adalah untuk memperindah suatu kampung yang kumuh, yang kemudian menjadi “berkah” menjadi kawasan wisata. Walaupun pada suasana lebaran, tidak tampak ornamen yang mendukungnya. Seperti keberadaan gambar ataupun replika ketupat, beduk, ataupun arsitektur masjid seperti layaknya yang ada di pusat pembelanjaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun