Â
Turut hadir dengan menonton langsung -bisa jadi- bagian kecil dalam melestarikan. Magnet bantengan juga begitu kuat, hal itu terbukti hadirnya para pelaku budaya dari luar negeri, di antaranya Australia, Kolombia, Jepang, India, Malaysia, dan beberapa negara lain. Kabarnya mereka turut serta dalam parade. Sayang saat saya menonton, para bule belum "beratraksi".
Festival bantengan ini rasanya perlu dilestarikan dan bisa berlanjut event tahunan. Suatu kesenian yang tumbuh dari zaman nenek moyang kita dahulu. Yang berarti sudah memiliki peradaban sendiri, sebelum ada unsur budaya lain, terutama eropa (baca: Belanda) dengan era kolonial.
Festival kali ini tergolong sweet seventeen, yang mana bagi kalangan remaja merupakan masa spesial, untuk bertransformasi menjadi dewasa. Tiap tahun pasti ada tantangan tersendiri agar festival bantengan terus berjalan. Masa pandemi Covid-19 (2020-2022) menjadi tantangan tersendiri setelah mati suri, dan nyatanya tahun 2025 bisa terlaksana dengan baik.
Dukungan para stage holder (akademisi, pemerintah, swasta, warga) kiranya perlu bersinergi. Jika terus dikembaangkan, bukan tidak mungkin Kota Batu akan menjadi sentral bantengan di Indonesia bahkan dunia. Yang itu akan menambah daya tarik sendiri terhadap Kota Batu yang saat ini mulai memudar sebagai kota apel.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI