Mohon tunggu...
Ir. Herson, Dipl.I.S., M.Sc
Ir. Herson, Dipl.I.S., M.Sc Mohon Tunggu... Kepala Biro Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Tengah -

Aparatur Sipil Negara, Provinsi Kalimantan Tengah, anak suku Dayak Ngaju.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Potong Leher dan Poros Maritim Tanah Dayak

8 Oktober 2015   10:17 Diperbarui: 8 Oktober 2015   10:52 1107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

POTONG LEHER DAN POROS MARITIM TANAH DAYAK

Ratusan tahun yang lalu, di ranah Borneo, suku-suku yang ada di sana terbiasa dengan kegiatan “Mengayau” yaitu mengambil kepala manusia. Headhunter atau berburu kepala manusia. Perburuan ini bukan hanya sepihak, melainkan juga saling serang menyerang “Asang” antara anak / suku-suku yang ada. Yang luar biasa, bahwa diversitas / keragaman suku-suku di Borneo itu amat nyata. Diperkirakan saat ini masih tersisa sekitar 97 suku.

Yang luar biasa dari suku-suku itu ?.

Salah satunya adalah bahwa suku-suku yang menghuni daerah aliran sungai yang berbeda memiliki bahasa yang berbeda pula, bahkan perbedaan itu nyata amat signifikan, sehingga suku yang berada di daerah aliran sungai berdekatan pun bahkan saling tidak memahami bahasa tetangga dekatnya. Kemudian suku-suku tersebut tersebar dalam kelompok-kelompok kecil yaitu sekitar 200 orang dalam satu permukiman, mereka menghuni wilayah secara terdistribusi hampir merata di sepanjang daerah aliran sungai. Maklum Borneo amat banyak sungainya yang panjang dan lebar (lebar sungai tidak merata, namun paling sempit saja sudah sekitar 250 meter sampai terlebar 2 kilometer).

Menggunakan senjata “sumpit” yaitu senjata berbentuk tabung dari kayu panjang yang dilobangi seperti pipa panjang “Blow Pipe”  dimana anak panah kecil disebut “Damek” dimasukkan ke dalam lobang pipa tersebut, dengan ketrampilan khusus, peniupnya mampu membunuh gajah tanpa ada suara seperti bedil. Damek itu amat sangat mematikan karena beracun dari tanaman “ipu” yang di ramu dengan bahan beracun lain.

Secara de facto Borneo tidak mengalami penjajahan yang mendalam seperti penjajahan Belanda di Pulau Jawa.

Mengapa demikian ?

Karena manusia Borneo itu sangat lihai hidup di hutan dan tersebar amat merata di sepanjang aliran sungai. Ekspedisi Belanda di hutan rimba tropis yang amat lembab yang penuh dengan nyamuk dan hewan berbisa menyebabkan daya tahan Belanda / orang asing amat sulit dipertahankan, karena teknologi medis saat itu masih rendah. Sungai-sungai besar itu dengan tepiannya yang dipenuhi rimba lebat rimbun menjadi basis , manusia Borneo untuk menyerang khususnya dengan sumpit siapa saja yang memasuki wilayah mereka.

Tidak seperti di Jawa, amat banyak sisa peninggalan Belanda, di Borneo, hanya sedikit terdapat di pusat kota tertentu yang dulunya mampu di jaga Belanda, karena mereka tak mampu melakukan pembangunan sampai kepelosok dimana kematian yang senyap akan terjadi bila mereka memasuki pedalaman. Secara de jure sebenarnya Borneo belum pernah dikuasai secara utuh oleh Belanda, karena kegemaran berburu kepala orang Borneo juga membuat mereka bersemangat bila melihat orang Belanda yang tinggi besar itu. Sejarah Penginjilan atau misionaris yang gagal di Borneo, lalu pindah ke tanah Batak di Sumatera, lalu balik lagi setelah seratus tahun ke Borneo juga karena mereka mengayau kepala para misionaris itu, siang hari mereka amat bersahabat, malam hari kepala misionaris itu di gondol mereka. Hal ini terjadi juga dengan pendatang dari luar lainnya, biasanya juga dapat di ambil kepalanya bila dipandang sesuai.

Kriteria kepala manusia yang dipandang pantas sesuai untuk di ambil ?

Tak ada yang salah dengan mengambil kepala manusia di masa itu. Karena mereka menganut animisme. Anutan ini meyakini teguh kehidupan di dunia ini adalah jalan menuju kehidupan yang kekal di akhirat. Akhirat sebagai tujuan pokok harus di bangun dari dunia ini sebagai sebuah sistem pemerintahan kerajaan alam baka yang amat sakral dan agung.  Organisasi perangkat kerajaan akhirat ini direkrut dari dunia ini, dengan kriteria fisik, mental, spiritual yang terbaik.  Maka mereka berlomba-lomba melakukan perburuan terhadap manusia dari suku / pihak lainnya untuk direkrut sesuai tugas pokok dan fungsi yang akan diembannya di kerajaan akhirat nanti.

Maka mereka yang diambil kepalanya amat dihormati , karena membawa berkah dan akan menjadi anggota kerajaan akhirat tempat hidup kekal yang harmonis untuk semua.

Berhenti mengambil kepala manusia kepada mengambil kepala hewan ?

Belanda terus menerus melakukan upaya-upaya penetrasi kepedalaman untuk memusnahkan orang Borneo itu, namun tak pernah berhasil, karena beratnya medan dan penyakit serta senjata mereka disertai sulitnya menemukan mereka di rimba raya. Melalui tokoh-tokoh lokal Belanda memasukan ajaran pencerahan agar mereka tidak lagi mengambil kepala manusia. Bahwa kepala manusia bisa di konversi dengan kepala hewan lain seperti kerbau atau sapi, babi dan lainnya.

Di sisi orang Borneo, mereka mulai menyadari bahwa jumlah populasi penduduk mereka bahkan berkurang, sangat sulit mendapatkan calon menantu bagi anak-anak mereka, karena pemuda pemudi yang terbaik makin berkurang jumlahnya menjadi bagian dari kerajaan soga, alam baka karena kayau.

Pada tahun 1894 akhirnya seluruh Kepala Suku di Borneo (termasuk Sabah, Brunei, Sarawak) setuju untuk melakukan pertemuan besar Rapat di Desa Tumbang Anoi (sekarang di Hulu Sungai Kahayan Kalimantan Tengah). Hasil pertemuan yang dipersiapkan oleh Damang Batu (arikel Kompas Rabu, 6 April 2011) selama 5 (lima) bulan itu, sebuah keputusan yang membawa suku Dayak ke dalam era Peradaban Baru yaitu tidak lagi melakukan “Kayau” di ganti dengan pengorbanan hewan yang menandai pula masuknya akulturasi asimilasi interaksi suku Dayak dengan dunia luar, mengakhiri era perang antar suku / anak suku yang menandai perubahan nyata tentang revolusi kebudayaan di ranah Borneo.

Tonggak Perubahan di Ranah Borneo.

Sejak perubahan tahun 1894 tersebut, sampai era awal Kemerdekaan Indonesia suasana kondusif terus tercipta di ranah Borneo yang terus membawa masyarakatnya menapaki era moderen melepaskan sebagian kebiasaan lama yang menghambat interaksi dengan dunia luar.

Tahap yang amat krusial adalah pembentukkan Provinsi Administratif Kalimantan Tengah Tahun 1950 dan Daerah Swatantra Tingkat I yaitu Provinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Tengah dengan UU Darurat Tahun 1957.

Era perubahan yang merupakan berkah dari kemerdekaan Indonesia itu dapat dilihat antara lain dari Film dokumenter Central Kalimantan Documentary di youtube.com dengan link

https://www.youtube.com/watch?v=86-wBJ0BMBQ

Di dalam penjelasan film dokumenter tersebut terdapat pula dua link yang menjelaskan sebagian kondisi Provinsi Kalimantan Tengah dalam era baru masa kemerdekaan Indonesia.

https://www.youtube.com/watch?v=yhhd3z-ObSg

https://www.youtube.com/watch?v=0G7Bvl-5uH0

 

Bagaimana Sebagian Borneo Masuk Kalimantan Indonesia ?

Salah satu pejuang yang menentukan penyatuan sebagian besar Wilayah Borneo menjadi bagian dari Indonesia adalah jasa salah satu Pahlawan Nasional yaitu Bapak Tjilik Riwut berasal dari anak suku Dayak http://kalteng.go.id/TjilikRiwut.htm

Bahwa dalam Pulau Kalimantan atau Borneo saat ini terdapat 3 Negara, yaitu Indonesia, Brunei dan Malaysia. Presiden RI Pertama DR. Ir. Soekarno yang pernah berjuang menyatukan Kalimantan (terkenal dengan Ganyang Malaysia) seutuhnya di bawah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan tujuan amat mulia, yaitu membuka era Kawasan Inetrnasional Baru di Kalimantan dengan manajemen pemerintahan yang kuat di bawah Indonesia.

Peletakkan batu pertama Pendirian Kota Palangka Raya tahun 1957 yang dilakukan Soekarno sendiri merupakan langkah pertama Soekarno untuk mewujudkan Visi Besar beliau membangun Kalimantan Indonesia menjadi sebuah kekuatan utama berorientasi Internasional.

Sisa peninggalan Soekarno itu masih utuh yaitu Istana Isen Mulang di jantung kota Palangka Raya dan bangunan Rumah Jabatan Gubernur serta Gedung DPRD Provinsi Kalimantan Tengah yang telah direnovasi yaitu sebelumnya merupakan Kantor Gubernur pertama Kalimantan Tengah.

Ibu kota Provinsi ini adalah Kota Palangka Raya yaitu kota yang lahir dari suatu grand desain asli Republik Indonesia, yaitu kota ini di bangun oleh prakarsa Presiden RI pertama Bapak Soekarno bersama dengan tokoh pusat dan tokoh daerah yang diwakili oleh Bapak Tjilik Riwut. Kota yang di bangun oleh beragam tangan kebersamaan anak suku bangsa. Inilah satu-satunya kota pertama yang direncanakan dan di bangun dari tiada. Kota yang dapat dikatakan lahir dari buah tangan di masa-masa awal kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 1957.

Kota Palangka Raya dapat dikatakan sebagai tonggak sejarah pembangunan kota bagi Indonesia, karena kota ini dilahirkan melalui buah tangan kemerdekaan dari tiada menjadi nyata. Bahwa Bung Karno pernah mencanangkan kota Palangka Raya - Kalimantan Tengah menjadi kandidat ibu kota negara RI bukanlah sesuatu yang naif, melainkan lahir dari pandangan visioner Bapak Bangsa kita ini.

[caption caption="Poros Maritim Taah Dayak posisi global."][/caption]Skenario konsep utama pembangunan Kota Palangka Raya itu adalah terbentuknya sebuah kota yang bertaraf internasional dengan membangun bandara internasional yaitu Bandara Tjilik Riwut yang sekarang masih bertaraf lokal. Infrastruktur laut dibentuk menyatukannya dengan transportasi darat dan udara. Dimana dengan menguasai utuh Pulau Kalimantan, maka dapat di buat pelabuhan Samudera Internasional di sisi Utara Pulau Kalimantan yang menghadap ke Asia Pacific, pelabuhan Samudera itu akan dihubungkan dengan jalan raya yang membelah Pulau Kalimantan tegak lurus menghubungkan pelabuhan Samudera yang  akan di bangun di pesisir Laut Jawa.

Dengan cara itu kalau berhasil, tentu saja Selat Malaka (Singapura) hanya akan menjadi alternatif transportasi Internasional, semua jalur transportasi Internasional akan membelah Pulau Kalimantan yang akan mengukuhkan kekuatan poros maritim iternasional yang di pegang sepenuhnya oleh Indonesia. Demikian pula dengan integrasi bandara internasional tersebut, jalur penerbangan internasional akan lebih efisien dilakukan dengan persinggahan di Palangka Raya yang terletak di tengah Pulau Kalimantan.

Hal yang amat mendukung peran Pulau Kalimantan menjadi POROS MARITIM Global selain posisi georgafisnya yang amat strategis di peta dunia, juga adanya studi hydropower electric yang telah di kaji oleh JICA Tahun 1961, di mana bila dilakukan pembangunannya di Laung Tuhup dan Muara Joloi Kalimantan Tengah, akan mampu menyediakan listrik untuk ASEAN. Juga terdapat studi JICA Tahun 1990-an tentang Fasilitas Transportasi Koridor Ekologi Dataran Tinggi Kalimantan yang juga merekomendasikan pembangunan super highway membelah Kalimantan untuk membuka zona ekonomi baru Internasional.

Semua itu tentu saja sampai saat ini tentu saja hanyalah menjadi sebuah obsesi besar yang tak tahu kapan akan terwujud, namun semua yang ada di dunia ini tidak akan muncul tanpa adanya mimpi dan kemauan untuk mewujudkan mimpi itu.

The only big Island remained in this world is the Borneo that is not in an enough International behaviour for building a new global role in development at the highest level of its capacity based upon the all aspects of its truly existing consideration.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun