Mohon tunggu...
Rahmat HerryPrasetyo
Rahmat HerryPrasetyo Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Penulis lepas dan editor freelance.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kompasiana, Penerbit Buku, dan Sesruput Kopi di Masa Pandemi

22 Agustus 2020   17:51 Diperbarui: 22 Agustus 2020   17:47 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang terlintas dalam pikiran Anda ketika membaca judul di atas? Setidaknya, jika membaca kata Kompasiana, Anda ingin tahu apa yang saya tuliskan tentangnya. Terutama yang berkaitan dengan aktivitas saya di sini dan mungkin Anda juga ingin tahu apa yang saya peroleh di Kompasiana.

Bagaimana dengan dua kata ini, 'penerbit buku'. Apa lagi yang Anda bayangkan? Tentu saja namanya penerbit buku berarti lini utama bisnisnya adalah menerbitkan karya tulis berupa buku, baik buku fisik maupun e-book.

Nah, kalau kopi? Apalagi ditambahi dengan kata 'sesruput'? Apa yang Anda bayangkan? Kenikmatan? Santai? Rasa nyaman, damai, karena bisa menikmati pahit-manisnya kopi entah itu di pagi atau sore hari?

Namun, ada kata keterangannya yang membuat Anda barangkali sudah malas membacanya:' di masa pandemi'. Kata pandemi inilah yang bagi saya, juga Anda, sangat mengganggu kenyamanan, karena identik dengan beragam bentuk kerepotan.

Kembali kepada judul, tiga hal tersebut memang saat ini sangat lekat dengan saya. Kompasiana, di sinilah saya menulis artikel. Penerbit buku, di situlah saya masih bisa bersyukur karena di masa pandemi, beberapa buku saya tetap diterbitkan. Sesruput kopi juga tidak lepas dari keseharian saya karena ditemani minuman nikmat menyegarkan itulah saya mengalirkan ide, hingga terbentuk karya tulis, yang dapat Anda baca, atau yang dapat banyak orang beli dalam bentuk buku.

Makna lebih dalamnya adalah, saya ingin mengajak Anda untuk tetap produktif dan kreatif di masa pandemi. Melalui Kompasiana, saya menayangkan artikel demi artikel, bentuk-bentuk tulisan ringan-ringan saja, yang bisa saya dan Anda nikmati. Ketika berhasil menayangkan satu tulisan, misalnya, tentu saja saya awali dengan menulis.

Satu demi satu tulisan muncul berarti banyak pula proses menulis saya lakukan. Itulah sebenarnya cara sederhana saya menjaga produktivitas, termasuk di masa wabah Covid-19 ini. Situasi sulit jangan sampai membenamkan kita dalam keputusasaan, bahkan mudah menyerah. Sebaliknya, mari kita tetap produktif melalui cara yang kita bisa.

Kompasiana memberikan ruang kreatif untuk saya menulis artikel maka saya memanfaatkannya. Setidaknya, dengan menayangkan artikel, pikiran saya bekerja, tidak menganggur. Ini akan menyehatkan otak, memberdayakannya untuk menghasilkan karya demi karya yang bermanfaat. Tak perlu berpikir tentang reward, honor, atau uang ketika menulis artikel, karena tujuan utama saya adalah mengisi waktu dan ruang kosong yang saya miliki di masa pandemi.

Jangan sampai ruang dan waktu yang kosong itu menjadikan saya sebagai pribadi yang malas bergerak. Sebaliknya, saya memanfaatkannya untuk mengalirkan ide, bahkan untuk belajar menulis lebih baik lagi. Di situlah produktivitas terawat dengan baik. Selama saya produktif, menghargai waktu dan kesempatan yang ada, maka rezeki pun akan mengikuti dengan sendirinya. Entah dari mana sumber rezeki itu, biarlah waktu yang akan menjawabnya.

Bagaimana dengan penerbit buku? Tentu saja seiring sejalan dengan aktivitas saya di Kompasiana. Mengombinasikan kemampuan menulis tulisan pendek dan kemampuan menulis naskah dalam bentuk rancangan buku, merupakan aktivitas produktif yang bisa saya lakukan, termasuk di masa-masa virus corona juga masih produktif memberi efek takut dan khawatir di jagat raya. Nah, di dunia perbukuan inilah saya berpikir tentang reward, honor, yang biasanya dalam bentuk royalti. Saya berpikir tentang rezeki dalam bentuk uang demi "dapur tetap ngebul".

Agar bisa mendapatkan rezeki dari buku maka kreativitas dan produktivitas tak boleh luntur. Meski di masa pandemi, jangan perlambat diri dalam berkreasi. Meski tantangan atau peluang seakan masih banyak yang tertutup, namun proses berkarya jangan dihentikan, jangan ditutup. Kesulitan jangan dijadikan alasan untuk berhenti berusaha. Bahkan sebaliknya, jadikan pemantik motivasi, pendorong semangat untuk lebih giat lagi mencari solusi. Salah satu solusi itu ada di dalam produktivitas kerja; apa pun bentuk pekerjaan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun