Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Kopi Lali, Lupa Cara Mengeluh

2 Oktober 2025   11:50 Diperbarui: 2 Oktober 2025   17:45 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Limasan Kopi Lali/Foto: Hermard
Limasan Kopi Lali/Foto: Hermard
Menikmati kuliner di sini, kita seakan menjelma sebagai raja atau ratu yang siap dilayani. Begitu sampai di tempat pemesanan, Mbak Atik menanyakan menu yang diinginkan. 

Perempuan itu dengan ramah menyebutkan menu yang tersedia. Dengan sigap ia menata nasi rempah, oseng salak, pindang cabe ijo ke piring Ibu Negara.

"Pakai krupuk atau tidak? Minumnya ada teh rempah, silakan menuang sendiri. Kalau menginginkan kopi, nanti saya buatkan," ujar Mbak Atik.

Seandainya kita menginginkan krupuk, maka akan diambilkan Mbak Atik. Pesanan kopi pun diantarkan dalam waktu  tidak lama. Jangan berharap ada daftar menu beserta harga seperti umumnya di warung makan. 

Menu yang tersedia bisa  dilihat  langsung di etalase pelayanan. Di wadah dalam etalase tertulis menu yang tersedia. Jangankan daftar menu dan harga, di sini  juga tidak ada meja kasir pembayaran. Hanya ada kotak bertuliskan "Ojo lali  bayar di sini seikhlasnya".

Kembali ke alam/Foto: Hermard
Kembali ke alam/Foto: Hermard
Dalam perbincangan hangat, Pak Sujarwo, pensiunan Bank Mandiri, menjelaskan asal-usul nama Kopi Lali.

"Lali itu merupakan gabungan nama anak saya, Maulana dan Lintang. Makna ngopi  sejatinya ngolah pikir. Nah, yen lali ngolah pikir, mampirlah ke Kopi Lali, kita bisa sharing tentang apa saja yang baik-baik," ujar Pak Jarwo hangat saat menemani kami ngobrol.

Lali  bisa juga dibaca sebagai lila, lilahitaala, bermakna  ikhlas. Itu yang menjadi corporete culture bagi  Kopi Lali.

Lali sambat/Foto: Hermard
Lali sambat/Foto: Hermard
Saat ditanya mengapa di Kopi Lali dipasang banyak kata-kata bijak yang dibingkai rapi, Pak Jarwo menyatakan bahwa kata-kata bijak itu sesungguhnya untuk dirinya sendiri.

"Setiap warung tutup jam tiga sore, saya keliling, membaca satu per satu tulisan dalam bingkai itu. Sudah sampai dimanakah diri saya? Kalau saya masih seperti yang kemarin, saya rugi. Jadi harus ada kebaikan berkelanjutan," jawabnya sambil tersenyum lebar.

Sujarwo, owner Kopi Lali/Foto: Hermard
Sujarwo, owner Kopi Lali/Foto: Hermard
Kopi Lali memang bukan warung makan biasa. Siapa pun bisa mengajak owner-nya duduk semeja. Ngobrol tentang hidup dan kehidupan.

Nikmatnya masakan rumahan dan hangatnya suasana di dalamnya, membuat pelanggan bahagia, lupa mengenai keluhan hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun