Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Bersatulah Para Jomlo

18 Februari 2025   16:43 Diperbarui: 23 Februari 2025   13:33 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perempuan yang bahagia(Freepik.com via kompas.com)

Tidak dapat dipungkiri bahwa judul tulisan ini mirip dengan judul puisi  Rendra, "Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta" (dalam antologi Blues untuk Bonnie, Pustaka Jaya, 1976). Lewat puisinya, penyair besar Indonesia itu membela wanita kupu-kupu malam, menonjok kemunafikan para elite, penguasa, yang moralnya bobrok.

Pelacur-pelacur kota Jakarta dari klas tinggi dan klas rendah telah diganyang telah diharu-biru. Mereka kecut keder terhina dan tersipu-sipu. 

Sesalkan mana yang mesti kausesalkan. 

Tapi jangan kau klewat putus asa. Dan kaurelakan dirimu dibikin korban. 

Tak salah kan jika lewat tulisan ini saya juga membela para jomlowan dan jomlowati? Bukankah kita juga pernah mengalami saat-saat menjomlo?

Jejak langkah jomlowati/Foto: Hermard
Jejak langkah jomlowati/Foto: Hermard

Bersatulah Para Jomlo 

wahai para jomlo
jangan biarkan hatimu tertatih
kesendirian bukanlah kutukan
melainkan jalan menuju kemandirian
berdiri tegak, melangkah pasti,
hidup tak perlu disesali
cinta sejati kan datang juga
mari bersatu para petualang tangguh
bersaksi bahwa cinta tak hanya soal memiliki kekasih
tapi  upaya meraih suka cita kebahagiaan
jangan biarkan hati menggelepar
bersatulah para jomlo sejati
cinta kan datang di satu waktu,
pasti!

Mari bersatu/Foto: Hermard
Mari bersatu/Foto: Hermard
Tidak ada yang salah dengan  menjadi jomlo, apalagi dikaitkan dengan  hari Valentine. Hari kasih sayang itu bukan hanya untuk mereka yang memiliki pasangan, tetapi  bagi siapa saja yang merayakan cinta dalam berbagai bentuk---termasuk cinta  diri sendiri, keluarga, dan handai tolan.

Cerita menjomlo diawali  karena diputus pacar cinta monyet (saat SMA) atas desakan sang ibu setelah mengetahui saya diterima kuliah di Fakultas Sastra. 

Meskipun sakit hati, toh itu kenyataan yang harus dihadapi. Sang ibu berpendapat bahwa anak gadisnya tak mungkin kenyang jika diberi makan puisi. Tak akan bahagia jika hanya dijejali imajinasi... 

Saat itu saya tidak bisa berkata apa-apa karena ibunya meyakini bahwa  sastra  tidak menjanjikan hidup anaknya bahagia. Meskipun dalam hati muncul pertanyaan, mengapa Romo Mangunwijaya (arsitek), Putu Wijaya (sarjana kukum), dan Taufiq Ismail (dokter hewan), justeru menggeluti dunia sastra dan mereka bisa hidup mapan?

Ditinggal pacar terus patah hati? Ya iyalah...tapi cerita jomlo  yang terseok tidak harus berkepanjangan. Semester dua langsung tancap gas: mengurusi majalah dinding, ikut mendirikan kelompok  musik Watoni (waton muni- asal bunyi), mengurusi berbagai seminar sastra, nulis di media massa (koran), dan nonton pementasan teater. Semua dilakukan dalam rangka memanjakan diri, menyenangkan diri sendiri.

Kesendirian bukan merupakan beban, justeru itu merupakan kebebasan. Selesai mengikuti kuliah, ngobrol di taman tak kenal waktu bersama teman-teman, merencanakan menerbitkan buku antologi puisi mahasiswa sastra Indonesia, diskusi Kelompok Pecinta Sastra Bulaksumur, penerbitan majalah sastra Humanitas, dan kegiatan lainnya.

Saat itu saya sering menghabiskan waktu bersama Beni Widaryanto (jomlo sejati) dan almarhum Emma Murniati (sudah punya pacar, bekerja di Jakarta). Baik saya maupun Beni kenal dekat dengan ayah-ibu dan keluarga Emma karena kami sering belajar, nonton teater, pembacaan karya sastra, menghadiri diskusi bersama. 

Tentu saja kami tahu diri bagaimana memperlakukan Emma karena perempuan cerdas itu sudah punya pasangan yang direstui orang tuanya. Saat hari Valentine, kami bertiga keluar makan bersama-toh perayaan Valintine bisa bersama siapa saja, tidak harus dengan pacar?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun