Saya lebih memilih tulisan deskriptif, memadukan fakta dengan narasi menarik. Tidak sekadar membeberkan fakta dengan gaya  to the point.
Pilihan lain adalah menampilkan tulisan dengan memberikan analisis mengenai topik tertentu yang terasa lebih  subjektif dengan tujuan memberikan penilaian atau pandangan baru kepada pembaca.
Dengan dua cara di atas, niscaya tulisan  akan memberikan  deskripsi  menyentuh dan kaya informasi.
Manfaatkanlah penggunaan gaya bahasa kreatif demi menarik minat pembaca dengan tetap berpedoman pada penggunaan bahasa Indonesia yang baik, benar, dan komunikatif.
Persoalan Lain Seputar AU
Seorang Kompasianer pernah menyarankan cara mudah agar penulis medapatkan label AU, yaitu dengan menulis topik pilihan yang selalu ditawarkan admin Kompasiana.
Cara ini memang terasa ampuh, asalkan kita mempunyai cara pandang berbeda dengan penulis lain. Saya biasanya memasukan pengalaman-pengalaman pribadi sebagai bumbu penyedap- bukankah seorang penulis adalah seorang koki?
Dulu saya penasaran, bagaimana artikel pilihan bisa berubah menjadi AU, apakah ada tanda-tanda atau "hilal" yang tampak secara kasat mata?
Pengamatan kecil-kecilan menunjukan bahwa jika admin Kompasiana mengganti foto cover, mengubah tanda baca di judul (misalnya titik dua menjadi koma), atau format halamannya berubah, maka dapat dipastikan tidak lama kemudian tulisan menjadi AU.
Satu hal yang pasti, setiap tulisan mempunyai nasibnya sendiri-sendiri. Meskipun sering AU, tidak menutup kemungkinan, suatu ketika tulisan kita hanya berhenti sebagai artikel pilihan. Pastinya artikel seperti ini tidak memenuhi kriteria untuk beringsut menjadi AU. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI