Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Jalan Pagi, Tegur Sapa, dan Kicauan Perkutut

13 Maret 2024   10:25 Diperbarui: 13 Maret 2024   10:29 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam menjalankan ibadah puasa, ada dua hal yang harus dijaga dengan baik. Pertama, meningkatkan kualitas takwa. Kedua, menjaga stamina tubuh agar tetap bugar.

Kegiatan pertama dilakukan dengan menjalankan semua ibadah dalam bulan Ramadan:  puasa, salat terawih, dan memperdalam Al Quran (memperbaiki cara membaca dan meningkatkan pemahaman terhadap isi dan tafsir Al Quran).

Kegiatan kedua dilaksanakan dengan upaya menjaga stamina agar tubuh tetap sehat, sehingga mampu menjalankan ibadah puasa secara nyaman.

Biasanya selepas subuhan, bersama Ibu Negara Omah Ampiran, saya melakukan aktivitas jalan pagi mengelilingi desa sejauh kurang lebih tiga kilometer. Setidaknya olah raga ringan ini membantu menciptakan kebugaran fisik dalam menjaga kesehatan.

Jalan pagi Ibu Negara Omah Ampiran/Foto: Hermard
Jalan pagi Ibu Negara Omah Ampiran/Foto: Hermard
Kebiasaan ini  rutin kami lakukan sejak lima tahun terakhir. Saat masih berumah di desa Jamblangan, Seyegan, Sleman, jalan pagi setelah sahur sangat menyenangkan karena udara terasa begitu segar dengan banyaknya pepohonan besar, aneka tanaman di sawah: padi, jagung, kacang, cabai, melon, dan sebagainya. 

Biasanya saya sambil mengabadikan matahari terbit, petani yang mulai beraktivitas, atau pemandangan alam yang begitu indah lewat kamera handphone.

Membelah pagi/Foto: Hermard
Membelah pagi/Foto: Hermard

Rumah pagi/Foto: Hermard
Rumah pagi/Foto: Hermard
Lebih menyenangkan lagi saat berpapasan dengan penduduk desa dan serombongan anak-anak yang usia mereka kira-kira masih duduk di bangku sekolah dasar.

"Mangga Bu, Pak. Mlampah-mlampah? Mari Bu, Pak. Jalan-jalan?" tanya Yu Karyo, penduduk Babrik, ramah.

Begitulah cara masyarakat desa menjalin komunikasi dengan basa-basi tingkat dewa. Sudah tahu kalau kami jalan-jalan, masih juga ditanya: ibu, bapak, jalan-jalan? 

Tapi cara sederhana itulah yang justeru dapat mempererat hubungan masyarakat di pedesaan. Dalam pertemuan berikutnya, dapat dipastikan obrolan menjadi  lebih panjang, sampai pada tempat tinggal, asal-usul,  jumlah anak, dan hal lainnya yang lebih personal.

Serombongan anak-anak yang kami temui, ada yang masih mengenakan kopiah, berselempang sarung, dan di tangan mereka memegang beberapa mercon rawit (mercon kecil) dan obat nyamuk bakar yang menyala. 

Mereka baru menyulut mercon di pinggir jalan- sepanjang bulak atau galengan sawah-setelah kami lewat. Ini sebagai bentuk penghormatan mereka terhadap orang tua.

Jadi jangan heran kalau jalan di desa Jamblangan, Pundong, dan Babrik, semakin mendekati lebaran, semakin banyak potongan sampah kertas bekas mercon berserakan di pinggir jalan. Bukan saja anak-anak yang menyalakan mercon, tetapi orang dewasa pun berpartisiapasi pada malam hari.

Setelah kami pindah rumah mendekati kota, di daerah seputar Filosopi Kopi, Ngaglik, Sleman, sensasi jalan pagi terasa berbeda. 

Pemandangannya lebih banyak rumah penduduk, meskipun masih ada juga  sawah membentang. Seperti di Jamblangan dan Pundong, di sini  masih terdapat banyak pepohonan besar di tanah-tanah kosong dan beberapa halaman rumah penduduk. 

Dari pohon-pohon besar inilah kami merasakan keasyikan setiap jalan pagi. Suara mercon digantikan  kicauan aneka burung lepasan di pohon-pohon besar, terutama suara burung prenjak, derkuku, dan perkutut yang begitu khas, mengingatkan pada rumah priyayi Jawa yang selalu memelihara burung perkutut. 

Menjaga keseimbangan alam/Foto: Hermard
Menjaga keseimbangan alam/Foto: Hermard
Di wilayah Yogyakarta, burung perkutut sengaja dibebas-liarkan oleh Pemda DIY agar berkembang biak di alam bebas. Di beberapa pohon besar terpasang tulisan larangan berburu.

Sawah membentang/Foto: Hermard
Sawah membentang/Foto: Hermard
Meskipun jalan pagi di tempat yang baru tidak ada lagi percakapan basa-basi, setidaknya sesama pejalan  pagi masih ada beberapa orang  saling bertukar senyum dan ucapan selamat pagi atau sekadar menganggukan kepala.

Selepas jalan pagi, Ibu Negara Omah Ampiran melanjutkan kegiatan bersih-bersih di dapur. 

Sementara saya langsung ke halaman rumah memeriksa kondisi tanaman hias/anggrek, memperhatikan media tanamnya (apakah sudah perlu disiram atau belum), memberi perhatian jika ada hama pengganggu (siput, ulat, kupu putih, dan lainnya), memberi pupuk setiap seminggu sekali, dan terkadang mengabadikan beberapa bunga anggrek untuk diupload ke media sosial.

Brasavola Holiday Long Tone/Foto: Hermard
Brasavola Holiday Long Tone/Foto: Hermard
Selesai berkebun, dilanjutkan mandi. Setelah itu saya mengambil tempat di ruang tamu atau teras depan, membaca-baca buku agar  pikiran lebih terbuka dan tidak cepat pikun. Membaca buku saya lakukan untuk memperkaya ide, rujukan, dalam menulis apa pun, termasuk menulis untuk Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun