Menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan, terutama bagi manula, berarti  harus mengubah ritme kehidupan dan kegiatan. Hal ini menjadi penting agar selama menjalankan puasa, kita berada  dalam keadaan sehat dan fit.
Cara berpuasa kaum muda dan manula tentu saja berbeda. Kaum muda masih aktif beraktivitas (bekerja), sedangkan manula lebih banyak di rumah. Saat berbuka puasa, misalnya, kaum muda lebih suka minuman dingin dan makan sekenyang-kenyangnya (bahkan langsung makan besar).Â
Sementara bagi manula, berbuka puasa cukup diawali dengan menikmati secangkir teh  hangat dan kudapan secukupnya. Setelah melakukan salat magrib, baru menikmati makan besar dengan rumus empat sehat lima sempurna: lauk pauk dan sayuran mengandung  gizi yang dibutuhkan oleh tubuh seperti karbohidrat, protein, vitamin dan mineral.Â
Cara sehat lainnya adalah dengan mengikuti salat tarawih. Bagi manula, salat tarawih di samping menjalankan ibadah juga menggerakan seluruh anggota tubuh (olah raga ringan) setidaknya selama sebelas rakaat.Â
Salat tarawih juga berfungsi menjalin silaturahmi antarjamaah yang membuat pikiran terbuka dan hati senang, mengurangi stres, meningkatkan perasaan positif, membuat  bahagia. Konon, lebih dari itu, silaturahmi  dapat meningkatkan  rasa senang melalui interaksi fisik dan emosional.
Sama seperti saat berbuka puasa, ketika sahur pun manula mengawalinya dengan menyeruput teh hangat, kemudian makan besar, menikmati beberapa  nyamikan. Bagi manula, sahur selalu diakhiri dengan mengosumsi air putih dalam jumlah cukup banyak.
Olah raga ringan, dilakukan setelah salat subuh. Saya bersama ibu negara Omah Ampiran setiap pagi hari jalan-jalan mengelilingi area persawahan desa, kurang lebih tiga kilometer.Â
Di desa, setelah subuhan, jalan-jalan dipenuhi anak-anak remaja yang jalan  berkelompok. Ada yang sekadar menikmati suasana menjelang matahari terbit, ada pula yang menyalakan mercon di pinggir sawah dan jalan desa. Tak heran jika  ramadan, di sepanjang jalan desa dipenuhi sobekan kertas dari pembakaran mercon.