Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sandiwara Radio Berbahasa Jawa dan Sikon Yogyakarta

18 Februari 2023   07:23 Diperbarui: 18 Februari 2023   07:35 2021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siaran ketimuran/Foto: Hermard

Upaya tersebut direalisasikan oleh Dinas Kebudayaan DIY dengan mengadakan Workshop Penulisan Naskah Sandiwara Radio Berbahasa Jawa.

Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka sayembara/lomba penulisan naskah sandiwara radio bahasa Jawa untuk umum dan bagi para pelajar tingkat SMA sederajat, baik SMU, SMK, pun Madrasah Aliyah di wilayah DIY. 

Pada pelaksanaan lomba tahun 2019, panitia menerima  75  naskah dari peserta umum dan 27 naskah dari pelajar. Setelah melalui proses penilaian, terpilih 10 naskah terbaik untuk peserta umum:  "Kutut" (karya Sukrisna), "Pramudani"  (karya Margareth Widhy Pratiwi), "Uwal" (karya Siti Aminah), "Dhangdut Nganyut-anyut" (karya Elyandra Widharta),  "Onthel Glembuk" (karya Albertus Sartono), "Anjani" (karya Agus Suprihono),  "Lemah Warisan" (karya Syamsu Setiaji), "Kali Gedhe Sepuluh Windhu Kepungkur" (karya Fortunata Kaswani Rahayu), "Lemah Cengkar" (karya Fred Wibowo), dan "Kembang Alang-alang Watu Gilang" (karya Indra Tranggono). 

Naskah-naskah tersebut memiliki tema berkaitan dengan tradisi atau kesenian Jawa, persoalan di seputar wong cilik, lingkungan dan perubahan sosial budaya, oposisi orang miskin dengan orang kaya, serta persoalan keluarga. 

Naskah "Kutut" terasa istimewa karena ide ceritanya berkait erat dengan  budaya Jawa ditambah dengan jalan ceritanya  mudah dipahami. Secara tersirat ada upaya pengarang mempertentangkan tradisi dan modernisasi. Di samping dialognya efektif, unsur suspend dan konflik terjaga dengan baik.  

Lewat naskah ini terbersit keinginan pengarang mengedukasi audience mengenai makna perkutut dalam kehidupan masyarakat Jawa, katuranggan perkutut, dan bagaimana upaya memikat perkutut.

Cerita dengan nada nganyelke ditampilkan dalam naskah "Onthel Glembuk"---tokoh  Rudatin "dikerjain" tukang glembuk yang mengakibatkan munculnya konflik antara Rudatin dan istrinya. 

Naskah "Uwal" menggambarkan kegigihan tokoh Mitayani untuk bertahan hidup dengan menari sehingga ia harus beroposisi dengan tokoh Karman dan Winih yang memandang rendah kehidupan penari.  

Pada galibnya, naskah-naskah terpilih tersebut memaparkan kejadian yang dekat dengan masyarakat tanpa pretensi menggurui dan dipaparkan secara sederhana. 

Kalau toh ada beberapa kekurangan, mungkin disebabkan ketergesa-gesaan penulis menyelesaikan naskah sehingga ada penyelesaian cerita yang masih terasa mengambang, penggunaan bahasa kurang pada tempatnya,  serta unsur ndilalah yang mengganggu logika.

Jalan Terus Pantang Mundur (?)
Upaya memperkaya khazanah naskah  radio berbahasa Jawa di Daerah Istimewa Yogyakarta yang diprakarsai Dinas Kebudayaan DIY mendapat sambutan positif dari pandemen sandiwara radio berbahasa Jawa. 

Konon puluhan naskah peserta lomba (dimulai sejak tahun 2018) terus diproduksi, disiarkan melalui media radio, kanal YouTube, dan Sportify. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun